STAN PBB (Autosaved)
STAN PBB (Autosaved)
Email :hendradarwin@yahoo.com
:darwinsupomo53@gmail.com
HP :0815-951-2016
WA :0878-8760-8830
MATERI:
Pajak Bumi
& Bangunan
Rencana Pembelajaran
Semester
6
Buku Rujukan:
7
(UU NO.12/1985 jo. UU NO.12/1994)
PBB
PBB Sektor P2 yang
dikelola PBB Sektor P3L yang dikelola Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
13
Zaman Indonesia Hindu
(Abad V – XVI)
15
Zaman VOC (Kompeni)
( 1600-1800 )
16
Zaman Awal Hindia Belanda
( 1800-1811 )
- Instruksi No. 2 tahun 1810 ttg dipungut pajak in natura atas
tanah sawah seb 1/5 bagian dari hasil panen padi
- Setiap org tanpa kecuali wajib bayar blasting (tanah sawah,
gaga, tipar)
- Komisi tdk diperkenankan memungut lebih atau kurang dari
1/5 bagian dari hasil panen (hasil panen baru)
- Komisi wajib mengawasi bagian padi yg diserahkan
- Komisi tdk boleh menaksir tanaman padi kemudian memungut
1/5 bagiannya
- Disamping pajak ada zakat
17
Zaman Pemerintah Inggris
( 1811-1816 )
- Disebut Land rent (sewa tanah)
- Dalil: tanah milik raja
- Kepala Desa dianggap menyewa
- Tidak dikenakan kpd rakyat jelata
- Sewa berbentuk natura secara tetap sebesar
20% - 50% dari hasil sawah
18
Zaman Kolonial Belanda
( 1816-1942 )
- Land rent menjadi land rente
- Petani wajib menanami 1/5 dari luas tanahnya dg
komoditas yg diperlukan pemerintah Belanda dan
wajib menyerahkannya ke organisasi desa
- Land rente merupakan pendapatan Negara
terbesar (Ordonansi Land Rente 1939)
Zaman Pendudukan Jepang
( 1942=1945 )
20
Zaman Kemerdekaan
1945-1951:
- Land Tax menjadi Pajak Bumi dan dikelola Jawatan
Pajak Bumi kemudian berubah menjadi Jawatan
Pendaftaran dan Pajak Pendapatan Daerah
- Pajak Bumi dihapus diganti dng Pajak Penghasilan
atas Tanah Pertanian (PPTP) dan dikelola oleh
Jawatan Pajak Bumi
21
1951-1956:
- Jawatan Pajak Bumi diubah menjadi Jawatan
Pendaftaran dan Pajak Penghasilan Tanah Milik
Indonesia (P3TMI) dg tugas melakukan pendaftaran
atas tanah2 milik adat di Indonesia
- P3TMI diubah menjadi Jawatan Pendaftaran Tanah
Milik Indonesia (PTMI) dg tugas sama dengan
P3TMI ditambah kewenangan mengeluarkan Surat
Pendaftaran Sementara terhadap tanah milik
22
1959-1965
- Dari materi Ordonansi Land Rente 1939 diterbitkan
PRP No.11 Tahun 1959 yg mengatur Pajak Hasil Bumi
kemudian disahkan menjadi UU No.1 Tahun 1961
- Dengan berlakunya UU No.5 Tahun 1960 (UUPA), Pajak
Hasil Bumi makin luas dan dikelola Dit.Pajak Hasil Bumi
23
1965-1985
- Berdasarkan SK Menteri Iuran Negara tgl 29-11-1965
No.PMPPU 1-1-3 Dit. Pajak Hasil Bumi diubah
menjadi Dit.Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA)
dan Ipeda dikenakan atas: - Perdesaan, - Perkotaan,
- Perkebunan, - Perhutanan, - Pertambangan
- 27 Desember 1985 terbit UU No.12 Tahun 1985
ttg Pajak Bumi dan Bangunan
24
Objek PBB apa yaaa???
Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Bumi : adalah permukaan bumi dan tubuh
bumi yg ada di bawahnya
Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah Indonesia.
(Ps.1 angka 1)
JaLan Kilang,
Tol Pipa
BANGUNAN
(penjelasan)
Kolam Gal.Kapal,
Renang Dermaga
Kuburan, pening-
Objek yg tdk galan purbakala
Dikenakan PBB
Ps.3 a(1)
Hutan lindung/suaka alam/
wisata, tmn nasional, tnh
penggembalaan desa
Perwkl.diplo/ kon
sulat berdsr azas
Badan/Organ. timbal balik
internasional
Subjek Pajak
(Ps.4 a(1)
Dasar Pengenaan
(1). Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yaitu :
Harga rata2 yg diperoleh dari transaksi jual beli yg terjadi secara
wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentu
kan melalui perbandingan harga dg objek sejenis atau nilai pero
lehan baru atau NJOP pengganti
(Ps.1 angka 3 dan Ps.6 a(1)
Pendekatan
3. Nilai Jual Objek Pajak Pengganti
pendapatan
Tapi hrs diingat bahwa utk perhitungan PBB
nilai yg diperoleh hrs di Konversi ke klas utk mendpt NJOP
dengan melihat Tabel Klasifikasi T dan B
Contoh :
Luas tanah : 1.000 M2 ; Nilainya Rp1 milyar
Nilai tanah / M2 = Rp1 M : 1.000 = Rp1 juta
Nilai tanah Rp1 jt di Konversi ke Klas = Klas 065
Utk perhitungan PBB Klas 065 = Rp1.032.000 / M2
NJOP
Peraturan Pemerintah No25 Tahun 2002 Ttg.
Penetapan Besarnya prosentase NJKP pada PBB.
NJKP: 20 @ 40
1. OP dengan nilai 1 Milyar/lebih
NJKP = 40% dari NJOP
0,5 % x 20 % x (NJOP-NJOPTKP)
0,5 % x 40 % x (NJOP-NJOPTKP)
TARIF EFEKTIF
SPPT ya
Jatuh Tempo
1 bulan
Ketua : _________
Anggota : _________
_________
_________
_________
_________
42
Tugas kelompok
• Kel.1: SPOP Perkebunan
• Kel.2: SPOP Perhutanan Hutan Alam
• Kel 3: SPOP Perhutanan Hutan
Tanaman
• Kel 4: SPOP Pertambangan Minerba
• Kel 5: SPOP Pertambangan Migas
• Kel 6: SPOP Panas Bumi
• Kel 7: SPOP Perikanan Tangkap
• Kel 8: SPOP Budidaya Ikan
• Kel 9: SPOP Jaringan Pipa
Pemeriksaan & Penelitian
Pajak Bumi dan Bangunan
44
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan:
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti
yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan PBB.
1 dan/
2
atau
tujuan lain dalam
menguji kepatuhan rangka melaksanakan
pemenuhan kewajiban ketentuan peraturan
PBB perundang-undangan
PBB.
Pemeriksaan untuk Satu atau beberapa Tahun Pajak,
menguji kepatuhan untuTahun Pajak Berjalan atau tahun-
pemenuhan tahun sebelumnya
kewajiban PBB
Pemeriksaan untuk
tujuan lain dalam Penilaian, penentuan, pencocokan,
rangka melaksanakan dan/atau pengumpulan materi yang
ketentuan peraturan berkaitan dengan Pemeriksaan.
perundang-undangan
PBB
Tujuan Pemeriksaan
49
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN UTK
MENGUJI KEPATUHAN
4 bln Sejak
PENGUJIAN Tgl SPHP
penyampaian
dismpaikan
SP2
53
Penelitian adalah serangkaian kegiatan:
pengujian pemenuhan kewajiban PBB
berdasarkan keterangan yang diperoleh dan/atau dimiliki Dirjen Pajak
atau berdasarkan permohonan Wajib Pajak
LHP + PAHP
1. Keberatan sebagai SP
2. Keberatan PBB
3. Banding
4. Pengurangan PBB
5. Pembetulan SPPT/SKP
6. Pembatalan SPPT
7. Penghapusan SPPT
8. Pengangsuran dan Penundaan
9. Restitusi/Kompensasi
59
Kalau saya keberatan atas
PBB bisa gak ya...???
TIMBULNYA KEBERATAN PBB
WP dapat mengajukan keberatan terhadap materi dalam
penetapan besarnya PBB yang terutang pada SPPT/SKP
Penetapan besarnya PBB terutang:
1. Keluasan Objek Pajak
2. Nilai Jual Objek Pajak
3. Perbedaan Penafsiran UU/Peraturan
SYARAT-SYARAT PENGAJUAN KEBERATAN
1. Satu surat keberatan utk satu SPPT atau satu SKP
2. Diajukan secara tertulis dlm bahasa Indonesia
3. Ditujukan kpd Dirjen Pajak melalui KPP
4. Dilampiri SPPT/SKP PBB asli
5. Dikemukakan jumlah PBB terhutang menurut WP
6. Diajukan dlm waktu 3 bln sejak terima SPPT/SKP
7. Ditandatangani WP atau Kuasanya
63
Force Mayeur:
1. Bencana alam
2. Kebakaran
3. Huruhara/kerusuhan masal
4. Diterbitkan SK Pembetulan secara jabatan yang
mengakibatkan jumlah pajak terutang berubah
5. Keadaan lain bedasarkan pertimbangan Dirjen Pajak
64
Pengiriman Surat
Keberatan
1. Langsung
2. Melalui Pos
3. Melalui Jasa Pengiriman
65
Pencabutan Surat Keberatan
66
Penyelesaian Keberatan
67
MEKANISME KEBERATAN PBB
permohonan
3 bln sejak
terima SPPT/SKP
KPP Pratama
WP
Penelitian
Banding
( 3 bln )
Keputusan
(12 bln)
1. Menerima
2. Menolak
Pngdl.Pajak 3. Menambah pajak
Saya mau minta
Pengurangan PBB
permohonan
3 bln sejak
terima SPPT/ 1 bln
sejak terimaSKP KPP Pratama
WP
Pen.Lap.
Keputusan
1. Menerima sel/sbgn
2. Menolak
PEMBETULAN DAN PEMBATALAN
Sebab-sebab Restitusi :
1. Pajak dibayar > pajak terutang :
a. Permohonan pengurangan dikabulkan
b. Permohonan keberatan dikabulkan
c. Permohonan banding dikabulkan
d. Perobahan peraturan
2. Pajak dibayar yg seharusnya tdk terutang
MEKANISME RESTITUSI PBB
permohonan
KPP Pratama
WP
12 bln
Keputusan
SPMKP
1. SKPKP PBB
PBB
2. SPb
(2 bln)
3. SKP
IMBALAN BUNGA
(PerMenKeu: 121/PMK.06/2005; 5-12-05)
SEBAB-SEBAB IMBALAN BUNGA :
1. Keterlambatan penerbitan SKKP PBB
2. Keterlambatan penerbitan SPMKP PBB
3. Kelebihan pembayarn PBB krn Permohonan
Keberatan/Banding diterima sebagian/seluruhnya
4. Kelebihan pembayaran sanksi adm krn
pengurangan/penghapusan sbg akibat diterbitkan
Kep.Keberatan/Put.Banding
Pembayaran
Dan
Pembagian Hasil PBB
77
Pembayaran Pajak
78
79
Pembagian Hasil PBB
80
NOMOR OBJEK PAJAK
(n o p)
NOMOR OBJEK PAJAK
86
Struktur NOP
Dua digit pertama: Kode Propinsi
Digit ke-3 dan ke-4 : Kode Kabupaten/Kota
Digit ke-5 s/d ke-7 : Kode Kecamatan
Digit ke-8 s/d ke-10 : Kode KPP
Digit ke-11 : Kode subsector
Digit ke-12 : Kode jenis bumi
Digit ke-13 : Kode rincian
Digit ke-14 s/d ke-17 : Kode nomor urut
Objek Pajak
Digit ke-18 : Kode sektor Objek Pajak
87
Pemberian NOP
PBB Perkebunan
Digit 1 & 2 : Propinsi
Digit 3 & 4 : Kabupaten/Kota
Digit 5-7 : Kecamatan
Digit 8-10 : KPP
Digit 11 : 1
Digit 12 : 1
Digit 13 : 0
Digit 14-17 : Nomor urut OP
Digit 18 : 1
88
Contoh Pemberian NOP
untuk Objek Pajak yang Melampaui Batas Kabupaten
Perkebunan batas
Kabupaten, ditetapkan
menjadi 2 Objek Pajak
disesuaikan dengan batas
wilayah Kabupaten,
Kode Nomor
Kabupaten/Kota ditulis
dengan angka sesuai
dengan Kode Nomor
Kabupaten/Kota yang
wilayahnya meliputi letak
objek pajak.
Contoh Pemberian NOPuntuk Objek Pajak yang Melampaui
Batas Kecamatan dalam Satu Kabupaten
92
Kode Propinsi dan Kabupaten/Kota: 00
- PBB Migas: offshore
bangunan
tubuh bumi
93
Kode Subsektor (digit 11):
- PBB Migas: 4
- PBB Panas Bumi: 5
94
Kode Rincian (digit 13):
- PBB Migas: 0
- PBB Panas Bumi: 0
95
Pemberian NOP
PBB Mineral dan Batubara
96
Kode Kecamatan (digit 5-7): 000
97
Pemberian NOP
PBB Sektor Lainnya
98
Kode Propinsi dan Kabupaten/Kota: 00
99
Kode Jenis Bumi (digit 12):
- Onshore (ruas tol): 1
- Offshore: 3
100
PERUBAHAN NOP
1. Mutasi seluruh OP
2. Mutasi sebagian OP kepada satu
atau lebih SP
3. Penggabungan beberapa OP
menjadi satu OP
4. Penghapusan NOP: faktor alam,
penggabungan krn berbatasan
(1SP), perubahan sektor, double
NOP.
KETENTUAN BAGI PEJABAT
( Ps. 21 & 22 )
KEALPAAN
{ 1. Tidak mengembalikan SPOP
2. Menyampaikan SPOP ttp isinya tdk lengkap /
tdk benar dan menimbulkan kerugian bagi
negara .
TERUTANG.
SANKSI PIDANA
1. TIDAK MENGEMBALIKAN
KESENGAJAAN SPOP
2. MENYAMPAIKAN SPOP TTP
ISINYA TDK LENGKAP / TDK
BENAR
3. MEMPERLIHATKAN SURAT
/ DOKUMEN PALSU / DIPAL
SUKAN
PIDANA KURUNG
4. TIDAK MEMPERLIHATKAN /
AN SELAMA-LAMA
MEMINJAMKAN SURAT DO
NYA 2 TAHUN ATAU
KUMEN LAINNYA
DENDA SETINGGI-
5. TIDAK MENYAMPAIKAN /
TINGGINYA 5 X
MENUNJUKKAN DATA YANG
PAJAK TERUTANG
DIPERLUKAN .
KETENTUAN PIDANA
TERHADAP BUKAN WAJIB PAJAK YANG BERSANGKUTAN YANG
DENGAN SENGAJA MELAKUKAN TINDAKAN :
* TIDAK MEMPERLIHATKAN ATAU TIDAK MEMINJAMKAN
SURAT ATAU DOKUMEN LAINYA;
* TIDAK MENUNJUKKAN DATA ATAU TIDAK MENYAMPA
KAN KETERANGAN YANG DIPERLUKAN ;
DIPIDANA DENGAN PIDANA KURUNGAN SELAMA-LAMANYA 1
(SATU) TAHUN ATAU DENDA SETINGGI-TINGGINYA Rp 2 JUTA ,-
( DUA JUTA RUPIAH ) .
106
Kisi-kisi
107
Ujian Tengah Semester
PBB PERKEBUNAN
Sebuah Perusahaan Perkebunan memiliki data
sbb: Monggo hitung
PBBnya mas..!
1. Areal Produktif : Ingat cara
ngitung PBB
- tanaman menghasilkan: 40 Ha; NT: ya..
Rp3.000,00/m2
- Standar Investasi Tanaman:
Rp35.714.709,00/Ha
2. Areal Belum Produktif: 10 Ha;
NT=Rp2.500,00/m2
3. Areal Emplasemen: 2 Ha; NT: Rp4.000,00/m2
4. Bangunan Emplasemen:
- rumah karyawan: 0,5 Ha;
NB=Rp700.000,00/m2
- gudang: 20m x 50m ; NB=Rp500.000,00/m2
Permenkeu No: 139/PMK.03/2014 tanggal 10 Juli 2014 tentang
Klasifikasi dan Penetapan NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB
Meliputi:
1. Wilayah yg digunakan utk kegiatan usaha perkebunan yg
mempunyai HGU atau yg sedang dlm proses mendapatkan
HGU
2. Wilayah diluar HGU atau yg sedang dlm proses mendapatkan
HGU yg merupakan satu kesatuan yg digunakan utk kegiatan
usaha perkebunan
PMK: 139/PMK.03/2014
113
OBJEK PBB PERKEBUNAN
PMK: 139/PMK.03/2014
114
PENGENAAN PBB SEKTOR PERKEBUNAN
Form Administrasi
o SPOP dan LSPOP
o FDM (Formulir Data Masukan)
o RPN (Rincian Perhitungan Nilai)
o SK Kakanwil tentang SIT langsung ditetapkan oleh Kakanwil (tidak
menunggu usulan KPP Pratama)
• Untuk jenis tanaman tertentu yang belum ada SBPK dari Ditjenbun,
diupayakan dari Dinas Perkebunan daerah masing-masing
Man teman sekalian....sekarang
kita lihat alur proses ketetapan
perkebunannya.....!
ALUR PROSES KETETAPAN
PBB SEKTOR PERKEBUNAN
WAJIB PAJAK K P P P R AT A M A
o Areal Emplasemen, yaitu areal yang digunakan untuk berdirinya bangunan dan sarana
pelengkap lainnya dalam perkebunan;
o Areal tidak produktif (tidak dapat diusahakan)
o Areal pengaman (areal jalan, tanggul, parit)
o Areal Lainnya (tidak dikenakan PBB)
2. Bangunan
Meliputi segala konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah
dan/atau perairan, yaitu bangunan dan infrastruktur lainnya seperti jalan, jembatan dan
sebagainya.
Nilai Tanah
(+)
Nilai Bgn/m2 Klasifikasi NJOP Bgn/m2 X Luas Bgn NJOP BGN
NT Areal tdk produktif = penyesuaian thd nilai bumi per m2 utk areal belum diolah
NT Areal Emplasemen = perbandingan harga tanah sejenis disekitarnya
NT Areal Pengaman = penyesuaian thd nilai bumi per m2 areal produktif
NT Areal Lainnya = perbandingan harga tanah sejenis disekitarnya
• Sekarang kita coba melihat
yang namanya Standar Investasi
Tanaman (SIT) Perkebunan
FASE
IBT
SBPK 2009
(1) Fase tanaman dikelompokkan menjadi fase TBM dan fase TM.
Fase TBM terdiri dari TBM1 (kegiatan P0 dan kegiatan P1), TBM2 (kegiatan P2) dan seterusnya.
Fase TM terdiri dari TM1 sampai dengan TM22.
(2) Umur tanaman kelapa sawit mulai dari umur 1 tahun sampai dengan umur 25 tahun.
(3) IBT yang digunakan sebagai dasar perhitungan SBT pada fase TM.
(4) SPBK per ha yang diterbitkan oleh Ditjen Perkebunan pada tahun sebelum Tahun Pajak berjalan pada fase TBM.
(5) SBT per ha pada fase TBM untuk Tahun Pajak berjalan.
(7) SIT per ha untuk Tahun Pajak berjalan, dihitung dengan cara sebagai berikut :
(8) SIT per m2 sebagai dasar perhitungan SIT. SIT merupakan bagian nilai tanah Areal Produktif.
1. SIT UNTUK TANAMAN BERUMUR PANJANG
Penghitungan SIT
1. SIT pada fase TBM
a. SIT fase TBM1 merupakan SBT pada fase TBM1;
b. SIT fase TBM2 merupakan penjumlahan dari SIT pada fase TBM1 dengan SBT pada
fase TBM2;
c. SIT fase TBMn merupakan penjumlahan dari SIT fase TBMn-1 dengan SBT fase TBMn.
2. SIT pada suatu tahun dalam fase TM ditetapkan sebesar SIT pada fase TBM terakhir
(TBMn) ditambah dengan SBT pada fase TM tahun tersebut.
3. Rincian fase TBM dan TM sesuai umur tanaman masing-masing jenis tanaman
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran II A SE-149/PJ/2010
4. Apabila terdapat tanaman yang berumur lebih dari umur maksimal tanaman
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran II A SE-149/PJ/2010, SIT tanaman pada umur
tersebut ditetapkan sama dengan SIT pada fase TM terakhir (TMn).
5. Apabila di wilayah kerja kanwil terdapat jenis tanaman yang tidak tercantum dalam
Rincian fase TBM dan TM sesuai umur tanaman (Lampiran II A SE-149/PJ/2010), maka
fase TBM dan TM jenis tanaman tersebut agar diupayakan untuk diperoleh pada dinas
terkait di wilayah setempat.
Penghitungan SBT
1. SBT pada fase TBM
a. SBT pada fase TBM1 adalah sebesar 71% (tujuh puluh satu persen) dari SBPK
untuk kegiatan P0 dan kegiatan P1.
b. SBT pada fase TBM2 adalah sebesar 71% (tujuh puluh satu persen) dari SBPK
untuk kegiatan P2, dan seterusnya.
c. SBPK yang digunakan adalah SBPK untuk tahun sebelum Tahun Pajak berjalan.
d. Dalam hal SBPK tahun sebelum tahun pajak tidak diterbitkan, maka SBT pada fase
TBM Tahun Pajak berjalan ditentukan berdasarkan penyesuaian SBT pada fase TBM
Tahun Pajak sebelumnya dengan tingkat diskonto 10% (sepuluh persen).
2. SBT pada fase TM ditetapkan sebesar SBT pada fase TBM terakhir (TBMn) dikalikan
dengan IBT pada fase TM tersebut.
Besarnya IBT
IBT ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II B SE-149/PJ/2010
134
1. Mengingat Tanaman Berumur Pendek berumur kurang
dari 1 tahun, maka SIT ditentukan sebesar biaya
pengolahan tanah, penanaman, dan pemeliharaan
untuk tanaman tersebut.
2. Penentuan Sektor Perkebunan untuk tanaman berumur
pendek didasarkan pada keadaan objek pajak yang
digunakan untuk mengusahakan jenis tanaman
berumur pendek yang sama secara terus menerus
dalam kurun waktu lebih dari 5 tahun.
RINCIAN FASE TBM DAN TM SESUAI UMUR TANAMAN
Apabila di wilayah kerja Saudara terdapat jenis tanaman yang tidak tercantum dalam Rincian fase TBM dan TM
sesuai umur tanaman sebagaimana ditetapkan pada Lampiran II A Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini, maka fase
TBM dan TM jenis tanaman tersebut agar diupayakan untuk diperoleh pada dinas terkait di wilayah setempat.
INDEKS BIAYA TANAMAN (IBT)
7 WILAYAH PERKEBUNAN
MENURUT DITJEN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN
dimana :
SBTt = SBT Tahun Pajak berjalan;
SBTt-1 = SBT Tahun Pajak sebelumnya;
i = tingkat diskonto yang ditetapkan sebesar10%.
144
PENGHITUNGAN NILAI BANGUNAN
AREAL PERKEBUNAN
Pelaksana Seksi
Wajib Pajak Petugas TPT Kasi Pelayanan Operator Console Kasi PDI Kepala Kantor
Pelayanan
Mulai
Menerima,
Permohonan meneliti
Meneruskan Meneruskan Memerintahkan
Pencetakan RPN kelengkapan,
permohonan permohonan pencetakan RPN
menerbitkan BPS,
dan meneruskan
Mencetak
BPS
SOP Memerintahkan
Pemrosesan dan penatausahaan RPN
Meneruskan
Penatausahaan dan penyampaian
Dokumen dokumen
Selesai
KEMBALI KE ALUR
NAMA KELOMPOK
Ketua : _________
Anggota : _________
_________
_________
_________
_________
YEL-YEL :
_____________________
_____________________
(Max. 10 detik)
156
Tugas kelompok
• Kel.1: Menyusun SIT Perkebunan Sawit Tahun
2020 Wilayah I
• Kel.2: Menyusun SIT Kebun Sawit Tahun 2022
Wilayah III
• Kel 3: Menyusun SIT Kebun Coklat Tahun
2020 Wilah II
• Kel 4: Menyusun SIT Kebun Coklat Tahun
2022 Wilayah IV
• Kel 5: Menyusun SIT Kebun Karet Tahun 2020
Wilayah I
• Kel 6: Menyusun SIT Kebun Karet Tahun 2022
Wilayah III
• Kel 7: Menyusun SIT Kebun Karet Tahun
2024 Wilayah VI
PBB PERHUTANAN
Sebuah Perusahaan mengelola hutan alam memiliki data sbb:
1. Areal Produktif blok tebangan: 100 Ha
2. Areal belum produktif: 200 Ha; NT=Rp250,00/m2
3. Log yards: 5 Ha; NT=Rp300,00/m2
4. Areal Emplasemen: 2 Ha; NT=Rp350,00/m2
5. Bangunan emplasemen:
- rumah karyawan: 0,5Ha; NB=Rp800.000,00/m2
- gudang: 1.000 m2 ; NB=Rp750.000,00/m2
6. Pendapatan Kotor= Rp1,5 milyar
7. Biaya Produksi= Rp300 juta
8. Angka kapitalisasi= 8,5
PMK: 139/PMK.03/2014
162
ALUR PROSES PERHITUNGAN PBB SEKTOR PERHUTANAN
K P P P R AT A M A
Pengenaan
165
AREAL DI DALAM KAWASAN YG DIGUNAKAN UTK KEGIATAN
USAHA PERHUTANAN
Areal Produktif
areal hutan yang telah ditanami pada Hutan Tanaman, atau
areal blok tebangan pada Hutan Alam, dan areal blok pemanenan pd hutan alam
areal yang sudah diolah tetapi belum ditanami dan areal blm diolah pada Hutan Tanaman, atau
areal hutan yang dapat ditebang selain blok tebangan, dan areal blok pemanenan pada Hutan Alam
Areal Tidak Poduktif Tidak dapat diusahakan: sungai, buffer zone, kawasan perlindungan setempat
Areal Pengaman Pendukung dan pengaman: log ponds, log yards, jalan, kanal, parit
Areal Emplasemen Tempat berdirinya bangunan, pekarangan dan areal penunjang lainnya
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil
1 Hutan Kayu (IUPHHK) hutan berupa kayu dan/atau bukan kayu dalam hutan
alam pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan
2 Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) pemasaran
izin untuk mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada hutan lindung
dan/atau hutan produksi antara lain berupa rotan, madu, buah-buahan, getah-
getahan, tanaman obat-obatan, untuk jangka waktu dan volume tertentu
3 Hutan Alam
jumlah biaya tenaga kerja, bahan dan alat yang diinvestasikan untuk
Standar Investasi
1 Tanaman (SIT)
pembukaan lahan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman
surat yang digunakan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk
Surat Pemberitahuan Objek
2 Pajak (SPOP)
melaporkan data objek pajak sektor perhutanan ke Direktorat
Jenderal Pajak
Lampiran Surat formulir yang dipergunakan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak
3 Pemberitahuan Objek Pajak untuk melaporkan data rinci objek pajak sektor perhutanan
(LSPOP)
NJOP PBB
Sektor
Perhutanan
Nilai Tanah
a. Areal Produktif = Luas x (Nilai Tanah/m2 + SIT/m2)
b. Areal Belum Produktif = Luas x Nilai Tanah/m2
Total Nilai Tanah : Total Luas Tanah
c. Areal Emplasemen = Luas x Nilair Tanah/m2
d. Areal Lainnya = Luas x Nlilai Tanah/m2
NJOP
Total Nilai Bangunan : Total Luas Bangunan Tarif NJKP NJOP TKP
Nilai Bangunan
Nilai Tanah
a. Areal Produktif = Nilai Tanah Areal Produktif
b. Areal Belum Produktif = Luas x Nilai Tanah/m2
Total Nilai Tanah : Total Luas Tanah
c. Areal Emplasemen = Luas x Nilai Tanah/m2
d. Areal Lainnya = Luas x Nlilai Tanah/m2
NJOP
Total Nilai Bangunan : Total Luas Bangunan Tarif NJKP NJOP TKP
Nilai Bangunan
Pendapatan Kotor = Jumlah Produksi Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu x
Harga Satuan produksi
SPOP dan LSPOP yang telah diisi dan ditandatangani, disampaikan kepada
KPP Pratama selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal
diterimanya SPOP dan LSPOP oleh subjek pajak.
KPP menyampaikan SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau Wajib Pajak paling
lambat akhir bulan September sebelum tahun pajak
SPOP dan LSPOP yang sudah diisi dengan lengkap, benar dan jelas serta
ditandatangani oleh subjek pajak atau Wajib Pajak harus disampaikan ke KPP
paling lambat akhir bulan Oktober sebelum tahun pajak.
KPP menatausahakan SPOP dan LSPOP dan merekam ke dalam basis data PBB
Sektor Perhutanan
TAHAPAN PENGADMINISTRASIAN PBB SEKTOR
PERHUTANAN
SBPHT
SBT
1 Terendah-Tertinggi
Rp 8,754,200 Rp 875
P0 Rp 10,573,298 1.0330 1.0120 Rp 7,958,364 Rp 8,754,200
1
Rp 9,783,111 Rp 978
P1 Rp 1,242,715 1.0330 1.0120 Rp 935,373 Rp 1,028,910
2
P2 Rp 978,816 1.0330 1.0120 Rp 736,740 Rp 810,414 Rp 10,593,525 Rp 1,059
3
P3 Rp 859,208 1.0330 1.0120 Rp 646,713 Rp 711,384 Rp 11,304,910 Rp 1,130
4
P4 Rp 488,658 1.0330 1.0120 Rp 367,806 Rp 404,586 Rp 11,709,496 Rp 1,171
5
P5 Rp 244,261 1.0330 1.0120 Rp 183,852 Rp 202,237 Rp 11,911,732 Rp 1,191
RINCIAN FASE PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN
FDM Hutan Tanaman
FDM Hutan Alam
FORMAT SIT
RINCIAN PERHITUNGAN NILAI
SEKTOR PERHUTANAN
HUTAN TANAMAN
NILAI BANGUNAN
NO. JENIS BANGUNAN
LUAS PER M2 NILAI BANGUNAN
(M2) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 (3x4)
1 Pabrik/Kilang
a. Bangunan Pabrik
b. Pipa
c. Tangki
d. Silo
2 Perkantoran
3 Perumahan 25/10/2007
4
5
6
Mess/Guest House
Gudang
Ruang Workshop
RPN HUTAN TANAMAN
7 Sarana Olah Raga/Rekreasi
8 PolikliniK Nur Salam
9 MCK
10 Jalan diperkeras 20/10/2007
11 Landasan Pesawat Udara/Helipad
12 Pelabuhan
13 Jembatan
14 Bangunan Lainnya Ratna Sari
JUMLAH
III. PERHITUNGAN PBB TERHUTANG
OBJEK PAJAK LUAS (M2) KELAS NJOP PER M2 TOTAL NJOP
1 2 3 4 5
BUMI
BANGUNAN
NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB =
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) =
NJOP untuk penghitungan PBB =
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) = 40% x
PBB yang Terutang = 0,5% x
PBB YANG HARUS DIBAYAR (Rp)
............................., ......................
Kepala Kantor
Nama
NIP
RINCIAN PERHITUNGAN NILAI
SEKTOR PERHUTANAN
HUTAN ALAM
NILAI BANGUNAN
NO. JENIS BANGUNAN
LUAS PER M2 NILAI BANGUNAN
(M²) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 (3x4)
1 Pabrik/Kilang
........................., ......................
Kepala Kantor
Nama
NIP
PBB PERTAMBANGAN
(MIGAS DAN PABUM)
Permenkeu No: 139/PMK.03/2014 tanggal 10 Juli 2014 tentang
Klasifikasi dan Penetapan NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB
Perdirjen dan SE Drjen ttg Pengenaan PBB Sektor Pertambangan untuk Pertambangan
Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi
Pengertian
PBB Minyak dan Gas Bumi
PBB Migas adalah PBB atas bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan
Gas Bumi.
PMK: 139/PMK.03/2014
198
Hayoo...tahu
gak objek
PBB Migas
dan Pabum
199
Objek Pajak PBB Migas dan Pabum
Objek pajak PBB Migas adalah bumi dan/atau bangunan yang berada di
dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak
Bumi dan Gas Bumi.
Obyek Pajak PBB Panas Bumi adalah bumi dan/atau bangunan yang berada
di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Panas
Bumi.
Areal Produktif
Permukaan bumi Areal Belum Produktif
onshore Areal Tidak Produktif
Areal Emplasemen
Areal Lainnya
minyak
bumi/pan Keterangan:
Areal yang dikenakan PBB
as bumi Areal Produktif
Migas atau PBB Panas Bumi
Areal Belum Produktif
Areal Tidak Produktif Areal Wilayah Kerja (WK)/WS
Areal Emplasemen
Permukaan Bumi Offshore
Keterangan:
Areal yang dikenakan PBB
Migas
Areal Wilayah Kerja (WK)
Minyak Bumi
Objek Pajak PBB Migas dan Pabum
PERMUKAAN BUMI
PERMUKAAN BUMI
Areal PERAIRAN Lepas
Areal DARATAN
Pantai (offshore)
(onshore)
Garis pantai
205
SUBJEK PAJAK & WAJIB PAJAK
Orang pribadi atau badan yg secara nyata mempunyai suatu hak atas
bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan, atas objek
pajak PBB Migas atau PBB Pabum
WAJIB PAJAK
Penatausahaan PBB Migas dan PBB Pabum
Pendaftaran OP
Penilaian NJOP
Lampiran SPOP
PBB Migas Onshore & Offshore: LSPOP Migas Onshore &
Offshore, LSPOP PBB Migas Bangunan Umum & Khusus, LSPOP
PBB Migas Tubuh Bumi
209
Penilaian Objek Pajak (2)
Nilai bumi per m² - Tubuh Bumi Eksploitasi
Angka Hasil
Kapitalisasi Produksi
Harga produksi uap PBB Pabum
Pembangkit listriknya
dikelola sendiri oleh Pengusaha
Panas Bumi
Harga yg ditetapkan dlm
Harga Produksi
APBN/P satu tahun seblm
Minyak Bumi tahun pajak
Apabila ditetapkan
Menkeu Ini tdk berlaku
211
Angka Kapitalisasi & Hasil Produksi
Angka kapitalisasi sebagaimana dimaksud merupakan suatu
faktor untuk mengkonversi hasil produksi menjadi nilai jual
objek
Hasil produksi minyak bumi yang digunakan sebagai dasar
pengenaan pajak adalah berupa minyak bumi yang terjual
(lifting) dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan
Hasil produksi gas bumi yang digunakan sebagai dasar
pengenaan pajak adalah berupa gas bumi yang terjual dalam
satu tahun sebelum tahun pajak berjalan
Hasil produksi panas bumi yang digunakan sebagai dasar
pengenaan pajak adalah berupa uap dan listrik yang terjual
dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan
212
Penatausahaan dan Pembayaran
Penatausahaan PBB Migas dan PBB Panas Bumi
adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pendaftaran
objek pajak, pengadministrasian objek pajak,
penilaian NJOP, perhitungan, penetapan dan
penagihan PBB Migas dan PBB Panas Bumi
213
Alur Penatausahaan PBB Migas
(Ming. Ke-2 Juni)
SeluruhSPPT
Migas (1)
Ditjen
(Ming ke 2 Maret)
KS
(akhir Jan) SPOP SPOP offshore (Akhir Maret)
& tubuh bumi Usul Perhitungan
BP (awal Peb)
(Mei) (Ming. Ke 2 April)
SPPT offshore Persetujuan
Migas SPOP KPP yang
Perhitungan
KP DJP & tubuh bumi (2)
Kanwil ditunjuk
(akhir April)
(awal Maret) (SPPT
akhir April)
onshore (2) SPPT offshore
SPOP (Ming ke 2 Maret) & tubuh bumi (3)
onshore SPOP onshore
(Akhir Maret)
Usul Perhitungan
(Ming. Ke 2 April)
Persetujuan Perhitungan
Kanwil
(akhir April) KPP
SPPT onshore (3) Pratama
214
Alur Penatausahaan PBB Panas Bumi
Pertamina
/KOB
(akhir Jan) SPOP
Ming. Ke 2 Juni)
(awal Peb)
Ditjen PT.
SPPT Pabum (1)
Anggaran SPOP
PGE
KP DJP
(awal Maret) (SPPT
akhir April)
Pabum (2)
SPOP (Ming ke 2 Maret)
onshore SPOP onshore
(Akhir Maret)
Usul Perhitungan
(Ming. Ke 2 April)
Persetujuan Perhitungan
Kanwil
(akhir April) KPP
SPPT Pabum (3) Pratama
215
Khusus KKKS yang
Alur Penatausahaan PBB Migas Tunduk Pada
Ketentuan PP.79/2010
(Tidak Melalui Pemindahbukuan)
KK
KS (Ming ke 2 Maret)
Seluruh SPPT
SPOP offshore
SPOP
(akhir Jan)
Migas (1)
(awal Maret) & tubuh bumi
(Juni)
(Ming. Ke 2 April)
Persetujuan Perhitungan
Kanwil
(akhir April) KPP
SPPT onshore (3) Pratama
216
Khusus Kontrak
Pengusahaan Pabum
yang Tunduk Pada Alur Penatausahaan PBB Panas Bumi
Ketentuan UU
No.27/2003 (Tidak Melalui Pemindahbukuan)
(awal Peb)
(akhir Jan)
(Juni)
SPOP PT. SPOP Pertamina
SPPT Pabum (1) PGE (Juni)
/KOB
SPPT
KP DJP Pabum (1)
(Ming. Ke 2 April)
Persetujuan Perhitungan
Kanwil
(akhir April) KPP
SPPT Pabum (3) Pratama
217
TUGAS KPP PRATAMA
• Melakukan pengadministrasian data objek pajak PBB Migas untuk areal
daratan (onshore) dan PBB Panas Bumi berdasarkan wilayah
kabupaten/kota atau wilayah DKI Jakarta, yang wilayah kerjanya meliputi
letak objek pajak.(Pasal 12)
• Membuat analisis penentuan nilai tanah dan nilai bangunan
untuk
menetapkan NJOP atas objek pajak PBB Migas dan PBB Pabum dan
mengusulkan dalam SK Kakanwil.
• Membuat usulan kepada Kantor Wilayah yang wilayah kerjanya meliputi
letak OP.
• Menetapkan besarnya pajak terutang atas PBB Migas atau PBB Pabum
menurut Keadaan OP pada tanggal 1 Januari berdasarkan SPOP. (Pasal 15
ayat (1))
• Berdasarkan surat persetujuan perhitungan dari Kakanwil, menerbitkan
SPPT (rangkap 4) paling lambat akhir bulan April tahun pajak. (Pasal 15
ayat (2))
• Menyampaikan salinan dan rekapitulasi penerbitan SPPT kepada Direktur
Jenderal Pajak paling lambat akhir bulan Mei tahun pajak. (Pasal 15 ayat
(3)) 218
TUGAS KPP MIGAS
• Melakukan pengadministrasian data objek pajak PBB Migas untuk
areal lepas pantai (onshore) dan tubuh bumi.
• Membuat analisis penetuan nilai tanah dan nilai bangunan untuk
menetapkan NJOP atas objek pajak PBB Migas dan mengusulkan
dalam SK Kakanwil.
• Membuat usulan kepada Kantor Wilayah Jakarta Khusus.
• Menetapkan besarnya pajak terutang atas PBB Migas atau PBB Pabum
menurut Keadaan OP pada tanggal 1 Januari berdasarkan SPOP.
(Pasal 15 ayat (1))
• Berdasarkan surat persetujuan perhitungan dari Kakanwil,
menerbitkan SPPT (rangkap 4) paling lambat akhir bulan April tahun
pajak. (Pasal 15 ayat (2))
• Menyampaikan salinan dan rekapitulasi penerbitan SPPT kepada
Direktur Jenderal Pajak paling lambat akhir bulan Mei tahun pajak.
(Pasal 15 ayat (3))
219
TUGAS KANWIL DJP
Menerima SPOP PBB Migas dan PBB Pabum dari Kantor Pusat DJP dan
meneruskannya kepada KPP Pratama.
Menerima usulan perhitungan PBB Migas dan PBB Pabum dari KPP Pratama.
Menelaah keseimbangan, kesesuaian dan kebenaran perhitungan PBB Migas
dan PBB Panas Bumi yang diusulkan oleh KPP Pratama.
Menerbitkan surat persetujuan penghitungan PBB Migas dan PBB panas
Bumi serta menyampaikannya kepada KPP Pratama.
Menerbitkan SK Kakanwil terkait Klasifikasi NJOP Bumi dan Bangunan atas
OP PBB Migas dan PBB Pabum.
Menerima SPPT (rangkap 3) PBB Migas dan PBB Pabum dari KPP Pratama
dan Menyampaikan SPPT (rangkap 2) PBB Migas dan PBB Pabum tersebut ke
Kantor Pusat DJP.
220
TUGAS KANTOR PUSAT DJP
Menerima SPOP dari KKKS (yang dikoordinir melalui BP Migas),
mengadinistrasikan dan menyampaikannya kepada Kanwil DJP.
Menerbitkan Kep Dirjen terkait dengan kebijakan perhitungan PBB Migas
dan PBB Panas Bumi ( Kapitalisasi, Harga Minyak/Gas, Harga Uap/Listrik
dan NJOP area offshore)
Menerima SPPT (rangkap 2) PBB Migas dan PBB Pabum dari tiap-tiap Kanwil
DJP.
Mengadministrasikan SPPT dan menyampaikan SPPT (rangkap 1) berserta
permintaan pembayaran PBB Migas per Kab/Kota untuk onshore, per
KKKS untuk Offshore dan Tubuh Bumi dan per Kab/Kota untuk PBB
Pabum.
Menunjuk KPP tertentu yang menangani penatausahaan PBB Migas untuk
Offshore dan Tubuh Bumi.
221
PERMINTAAN PEMINDAHBUKUAN
(1) Direktur Jenderal Pajak mengajukan permintaan pembayaran PBB
Migas dan PBB Panas Bumi kepada Direktur Jenderal Anggaran paling
lambat minggu kedua bulan Juni.
(2) Besarnya permintaan pembayaran PBB Migas dan PBB Panas Bumi
yang diajukan dihitung berdasarkan SPPT yang diterbitkan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak.
(3) Pembayaran sebagaimana dimaksud dilakukan melalui
pemindahbukuan dana dari rekening Minyak dan Gas Bumi dan
rekening Panas Bumi ke rekening Bank Persepsi.
(4) Permintaan pembayaran PBB Migas dan Panas Bumi dilengkapi dengan
dokumen berupa:
a. Daftar Ketetapan PBB Migas per KKKS serta salinan SPPT per KKKS per
kabupaten/kota untuk onshore dan salinan SPPT per KKKS untuk
offshore dan tubuh bumi;
b. Daftar Ketetapan PBB Panas Bumi per Pengusaha Panas Bumi serta
salinan SPPT per Pengusaha Panas Bumi per kabupaten/kota.
(2) Permintaan pembayaran PBB Migas dan PBB Panas Bumi, dilunasi
berdasarkan Daftar Ketetapan PBB Migas dan PBB Panas Bumi dan salinan
SPPT yang diterima secara lengkap oleh Direktorat Jenderal Anggaran. 222
Penelitian Kelengkapan Permintaan
Pemindahbukuan
Direktur Jenderal Anggaran meneliti kelengkapan permintaan
pembayaran PBB Migas dan PBB Panas Bumi berdasarkan
kelengkapan dokumen.
Penelitian sebagaimana dimaksud meliputi dokumen PBB
Migas per KKKS dan dokumen PBB Panas Bumi per Pengusaha
Panas Bumi yang sudah menyetorkan bagian pemerintah dan
belum menyetorkan bagian pemerintah
PBB Migas per KKKS dan PBB Panas Bumi per Pengusaha Panas
Bumi yang sudah menyetorkan bagian pemerintah digunakan
sebagai faktor pengurang dalam rangka perhitungan DBH SDA
Migas dan DBH SDA Panas Bumi antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
PBB Migas per KKKS dan PBB Panas Bumi per Pengusaha Panas
Bumi yang belum menyetorkan bagian pemerintah menjadi
beban pemerintah pusat.
223
PEMINDAHBUKUAN
(1) Berdasarkan hasil penelitian, Direktur Jenderal Anggaran
mengajukan permintaan pemindahbukuan pembayaran PBB
Migas dan PBB Panas Bumi kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan dengan tembusan kepada instansi terkait.
(2) Permintaan pemindahbukuan pembayaran PBB Migas dan PBB
Panas Bumi sebagaimana dimaksud disampaikan oleh Direktur
Jenderal Anggaran kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan
paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah diterimanya
permintaan pembayaran PBB Migas dan PBB Panas Bumi dari
Direktur Jenderal Pajak.
(3) Permintaan pemindahbukuan pembayaran PBB Migas dan PBB
Panas Bumi sebagaimana dimaksud dapat dilakukan dalam 4
(empat) tahap.
(4) Dalam hal permintaan pemindahbukuan pembayaran PBB Migas
dan PBB Panas Bumi dilaksanakan secara bertahap, Direktur
Jenderal Anggaran menyampaikan besaran dan waktu
pembayaran untuk setiap tahap kepada Direktur Jenderal Pajak.
(5) Pembayaran PBB Migas dan PBB Panas Bumi sebagaimana
dimaksud dilunasi paling lambat minggu kedua bulan Desember.
224
PENYALURAN DBH PBB MIGAS & PANAS BUMI
PERMINTAAN
PERMINTAAN
SURAT TRANSFER PBB
PENYELESAIAN
PERINTAH MIGAS PER KKKS
PEMBAYARAN PBB
REK 600.000… TRANSFER Sesuai SPPT
MIGAS
Setor
Rekening Koran
(Non MPN) REK DJA DJP
WP PBB
MIGAS
500.000… DJPBN
PERMINTAAN
PENYELESAIAN
PEMBAYARAN PBB
MIGAS
TRANSFER
SURAT PERINTAH
HARI YANG SAMA
MEMBAYAR
MELIMPAHKAN
LAPORAN
PENERIMAAN/PELIMPAHAN
BANK PERSEPSI
PBB = 64,8%
Bank Operasional I
PBB Minerba adalah PBB atas bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam
kawasan yg digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minerba
Kawasan yg digunakan
PMK: 139/PMK.03/2014
229
OBJEK PBB PERTAMBANGAN MINERBA
Areal Produktif
Permukaan
Bumi Cadangan
Onshore Produksi
Areal Blm Produktif
Belum
Dimanfaatkan
Areal Tdk Produktif
Tubuh
Bumi
Areal Emplasemen
Orang pribadi atau badan yg secara nyata mempunyai suatu hak atas
bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan, atas objek
pajak PBB Mineral dan Batubara
WAJIB PAJAK
231
Penatausahaan PBB Minerba
Pendataan OP
Lampiran SPOP
234
Penilaian Objek PBB Minerba (2)
Nilai bumi per m² - Tubuh Bumi Operasi Produksi
Kep.Dirjen
Angka Kapitalisasi
Pajak
Pendapatan Biaya
Hasil Bersih Kotor Produksi
Pendapatan
Hasil Produksi Harga Jual
Kotor
Rata2 harga patokan
mineral logam
Kemeterian
Rata2 harga patokan ESDM
batubara
Harga Jual
Produksi
Rata2 harga patokan
mineral bkn logam
Gubernur/Bupati/
Walikota
Rata2 harga patokan
batuan
Harga rata2 yg
Apabila tdk ada disepakati penjual
dan pembeli
236
Pengupasan
Lapisan Tanah
Pengambilan
Biaya Hasil Produksi
Produksi
Pengolahan/Pemurni
an Hasil Produksi
Pengangkutan
Hasil Produksi
237
PBB Sektor Lainnya
Objek pajak PBB Sektor Lainnya, meliputi:
a.bumi berupa perairan lepas pantai yang digunakan untuk:
1)Usaha Perikanan Tangkap;
2)Usaha Pembudidayaan Ikan;
3)Jaringan Pipa;
4)Jaringan Kabel Telekomunikasi;
5)Jaringan Kabel Listrik; atau
6)Ruas Jalan Tol;
b.bangunan berupa konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada bumi sebagaimana dimaksud pada huruf a.
0,5% 40%
( UU PBB ) ( PP ) Rp12 jt
( PMK )
????
Penentuan Nilai Bumi Areal Perikanan Tangkap
Jumlah Luas
Luas Kapal Areal/Kapal 418.792.
Bumi = (748 kapal)
X
(559.883m2) = 484 m2
Kepdirjen
Ijin KKP Pajak
(2015) (126/201
5)
Nilai Nilai Produksi 7.919.334.00
Bumi = - BO X AK = 0.000
(26.397.781juta – (10)
70%)
Nilai
Nilai Luas
Bumi = Bumi Bumi = Rp18.909,92
per m2
Penentuan NJOP Bumi Areal Perikanan Tangkap
Nilai
Klas 134
Bumi Konversi
(sesuai PMK) (NJOP)
per m2
Rp18.909,92 Rp19.000/m2
Luas NJOP
NJOP
Bumi = Bumi X Bumi per =Rp7.957.057.196.000
total m2
total
418.792.484 m2 Rp19.000/m2
PBB =
Rp15.914.090.392,00
PBB Sektor Lainnya (Budidaya Perikanan)
243
Jawaban:
Nilai Bumi:
Pendapatan kotor: 19.000 x 10,5 x 3.000 = 598.500.000
Rasio Biaya Produksi: 70% = 418.950.000
Pendapatan bersih = 179.550.000
Angka Kapitalisasi: 10
Nilai Bumi = 10 x 179.550.000 = 1.795.500.000
Nilai Bumi/m2 = 1.795.500.000 : 50.000 = Rp35.910
NJOP Bumi/m2: Klas:121 = Rp36.000,-
NJOP Bumi seluruhnya= 50.000 x 36.000 = Rp1.800.000.000
NJOPTKP : 12.000.000
PBB= 0,5% x 40% x 1.788.000.000 = Rp3.576.000,-
244
PBB Jaringan Pipa, Jaringan Kabel Telkom
Jaringan Kabel Listrik dan Jalan Tol
245
Review Materi
PBB Perkebunan
- Pengertian objek dan subjek
- Kawasan perkebunan: HGU non HGU kawasan terkait
- Alur proses ketetapan
- Areal2 : Prod, blm prod, emplasemen, tdk prod,
pengaman, lainnya
- Konsep penilaian
- SIT PKB
- Pembagian wilayah: 7 wilayah
246
Review Materi
PBB Perhutanan
- Pengertian objek dan subjek
- Kegiatan usaha perhitanan: 7 jenis
- Kawasan perhutanan: sesuai 7 jenis ijin
- Alur proses ketetapan
- Areal2 : Hutan tanaman dan alam: prod, blm prod, tdk
prod, emplasemen,pengaman, lainnya
- Konsep penilaian: SIT (hutan tanaman), AK, Biaya
Produksi
- Pembagian wilayah: 4 wilayah
247
Review Materi
PBB Migas dan Pabum
- Pengertian objek dan subjek
- Kawasan Pertamb: wil kerja/sejenisnya, kawasan terkait
- Areal2 : Onshore, Offshore, Tubuh bumi, Eksplorasi,
Eksploitasi
- Konsep penilaian: Onshore (total nilai/total luas)
offshore & tubuh bumi ekplor: Kepdirjen
tubuh bumi eksploitasi: AK x harga jual
- Harga jual: APBN/P, 17,96%harga minyak, Harga
kontrak (uap/listrik Kepdirjen) atau Kepmenkeu
248
Review Materi
PBB Minerba
- Pengertian objek dan subjek
- Kawasan: Wil Ijin Ptb/ Ptb sejenis, kawasan terkait
- Areal2 : onshore, tubuh bumi (eksplor, op.produksi)
- Konsep penilaian: onshore (total nilai/total luas), tubuh
bumi eksplor (Kepdirjen), Op.produksi: Ak x Hasil
Bersih
- Harga jual: KemESDM, Gub/Bup/Wal atau Harga
Pasar
249
Review Materi
PBB Sektor Lainnya
- Perikanan Tangkap
- Budidaya ikan dll
- Jaringan pipa, kabel Telkom, kabel listrik
- Ruas jalan tol
250
Pendaftaran dan Pendataan
Objek Pajak dan Subjek Pajak/Wajib Pajak
Indikasi kewajiban Melakukan penilaian
perpajakan dalam tidak untuk menentukan
SPOP pengisian SPOP tidak besarnya NJOP
kembali sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan
perpajakan yang berlaku Pembetulan
SPPT
SPOP
YA SP/WP YA
membetulkan Kembali dari
SPPT SPOP hasil SP/WP? SPOP
Klarifikasi?
TIDAK Permohonan
TIDAK
(setelah ditegor) Pengembalian
Data Baru LB PBB
Persandingan Data
Atribut Pemanfaatan Data
• SPOP vs Laporan Rutin Spasial
WP ke Dinas terkait
• Overlay Citra Satelit untuk
koreksi/identifikasi keluasan
OP
Sektor Perkebunan
1. Tahap operasional
namun seolah-olah
“non produktif”
2 atau masih tahap
pembangunan
1 pada isian
komposisi/breakd
own luas bumi.
2. Mengecilkan luas
areal produktif
dan/atau pelaporan
tidak seluruhnya,
meliputi : jenis
3 tanaman, tahun
tanam, dan/atau
luas per tahun
Sektor Perhutanan Alam
3 volume produksi/tebangan,
dan/atau mengecilkan harga
jual produksi pada
isian/komponen Areal
Produktif.
3
Sektor Lainnya
1. Mengecilkan hasil produksi
setahun dan/atau pelaporan
tidak seluruhnya pada isian
data yang diperlukan untuk
menghitung pendapatan
kotor.
3
Kapan dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan ?
SP/WP Tidak
Mengembalikan SPOP atau
Indikasi SPOP tidak benar
=
Penelitian atau
Pemeriksaan PBB?
“kriteria tambahan” = terdapat niat kesengajaan SP/WP dan mengakibatkan kerugian negara
“Kriteria tambahan”
Terdapat inkonsistensi pengisian SPOP-LSPOP minimal
pada 3 tahun pajak terakhir, misalnya rincian jenis
tanaman, tahun tanam dan masing-masing luasnya.