Anda di halaman 1dari 37

PERPAJAKAN I

POKOK BAHASAN

• Sistem Pemungutan Pajak


• Jenis Pajak dan penerapannya
• Pajak Pusat dan Pajak Daerah
• Jenis Retribusi Daerah
• Timbul dan Hapusnya Hutang Pajak
• Reformasi Pajak
• Perkembangan Peraturan Perpajakan
SYSTEM PEMUNGUTAN PAJAK

• Official Assessment System


• Pemerintah sebagai pemungut Pajak menghitung dan menetapkan
Pajak Terhutang
• Self Assessment System
• Wajib Pajak sebagai pembayar Pajak menghitung, membayar dan
melaporkan Pajak Terhutang
• With Holding Assessment System
• Wajib Pajak sebagai Pemotong/Pemungut Pajak menghitung,
menyetorkan dan melaporkan Pajak Terhutang
JENIS PAJAK

• Jenis Pajak Menurut Lembaga Pemungutnya


• Pajak Pusat, dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak-
Kementerian Keuangan RI.
• Pajak Daerah, dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah /
Dinas Pelayanan Pajak di Pemerintah Daerah Kota/Propinsi.
PAJAK PUSAT

Dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak -


Kementerian Keuangan
Jenis Pajak :
PPh
PPN/Ppn BM
PBB P3
Bea Materai
GAMBARAN APBN 2020
PENERIMAAN PERPAJAKAN
PAJAK DAERAH

Pajak Propinsi - dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah


Propinsi
Jenis Pajak Daerah Propinsi :
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Air Permukaan
5. Pajak Rokok
PAJAK DAERAH KABUPATEN/KOTA

Dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota

1. Pajak Hotel 6. Pajak Parkir

2. Pajak Restoran 7. Pajak Mineral Non Logam dan


Batuan
3. Pajak Hiburan
8. Pajak Air Tanah
4. Pajak Reklame
9. Pajak Sarang Burung Walet
5. Pajak Penerangan Jalan
10. PBB P2

11. BPHTB
RETRIBUSI DAERAH

Retribusi Jasa Umum


Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Perijinan Tertentu
APBD PROPINSI DKI JAKARTA 2017
KOMPOSISI PAJAK DAERAH DKI JAKARTA
TARIF PAJAK

• Tarif Tetap, misal Bea Materai


• Tarif Sebanding (Proporsional) - Prosentase
tetap, misal tarif Pajak Parkir, PPJ, BPHTB,
PPN dll
• Tarif Progresif, misal tarif PBB, PPh, PKB.
• Tarif Degresif, misal tarif PPh.
SEBAB TIMBULNYA HUTANG PAJAK

• Alasan Formil : Penerbitan Surat Ketetapan


Pajak (SKP) oleh Fiscus (Official Ass system)
• Alasan Material : Karena berlakunya UU.
Pajak dikenakan karena keadaan atau
perbuatan seseorang.
SEBAB TIMBULNYA HUTANG PAJAK

Alasan Formil atau Materiil ?


• Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Tagihan Pajak
kepada wajib pajak karena terlambat menyetorkan pajak.
• Wajib Pajak yang sudah terdaftar sebagai Pengusaha Kena
Pajak, wajib memungut PPN atas barang yang dijual kepada
konsumennya.
• Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta menerbitkan SPPT PBB
kepada pemilik bumi dan bangunan.
• Setiap perusahaan yang membayar gaji kepada karyawannya,
wajib memotong Pajak Penghasilan dari karyawannya.
HAPUSNYA HUTANG PAJAK

• Pembayaran/Pelunasan oleh Wajib Pajak


• Kompensasi atas kelebihan pembayaran
pajak
• Daluwarsa Pajak
• Pembebasan/Penghapusan Pajak yang
dikeluarkan oleh Fiskus berdasarkan UU
KOMPENSASI KELEBIHAN PEMBAYARAN
PAJAK

Wajib Pajak yang melakukan pembayaran melebihi


jumlah pajak yang terhutang, atas kelebihan
pembayaran pajak tersebut dapat diajukan :
Permohonan Restitusi Pajak (Pembayaran Kelebihan Pajak) kepada
Kantor Pelayanan Pajak.
Permohonan Kompensasi atas Kelebihan Pembayaran Pajak pada
Masa/Tahun Pajak berikutnya.
DALUWARSA PAJAK

Hak untuk melakukan penagihan pajak termasuk


bunga, denda, kenaikan pajak dan biaya penagihan
pajak daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima)
tahun terhitung sejak penerbitan STP, SKPKB,
SKPKBT, SK Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan
Pajak, Putusan Banding dan Putusan Peninjauan
Kembali.
Saat daluwarsa penagihan pajak ditetapkan untuk
memberi kepasatian hukum kapan hutang pajak
tersebut tidak dapat ditagih lagi.
EVALUASI (BENAR/SALAH)
PBB sector P2 adalah Pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak.
Wajib Pajak yang melakukan pembayaran Pajak lebih
besar daripada yang terhutang, tidak dapat meminta
kelebihan pembayaran pajaknya.
Pajak terhutang dikatakan sudah daluwarsa apabila
telah melewati 5 tahun sejak jatuh tempo, kecuali wajib
Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
Tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% dari
pendapatan sewa kamar hotel yang dibayarkan oleh
konsumen. Tarif Pajak hotel berdasarkan jenisnya
termasuk tarif tetap.
TAX REFORM

• Reformasi Pajak I Tahun 1983


• Reformasi Pajak II Tahun 1994
• Reformasi Pajak III Tahun 1997
• Reformasi Pajak IV Tahun 2000
• Reformasi Pajak V Tahun 2007
• Reformasi Pajak VI Tahun 2020
PERKEMBANGAN PERPAJAKAN
DI INDONESIA
A. Sejarah Pemungutannya
MASA TAHUN JENIS DAN PRODUK HUKUMNYA
1. Kerajaan-kerajaan di Upeti rakyat atau rakyat jajahan kepada raja dengan tujuan
Indonesia wujud rasa hormat (upetinya bagian kekayaan).

2. Penjajahan Belanda 1825-1830 (Gubernur Landrent (pajak sewa tanah) yang sebelumnya pajak tanah
Jendral Raffles) atau yang berhubungan dengan tanah (tanam paksa) pecah
perang Diponegoro.

1907 Diubah yang disebut dengan rincikan atau pemetaan desa

1908 Inkomsten Blasting (Pajak Pendapatan)


1925 Ordonansi Pajak Perseroan (PPs)
1932 Ordonansi Pajak Kekayaan (PKk)
1939 Rincikan diubah dengan nama Ordonantie Landrente

3. Penjajahan Jepang 1941-1944 Pajak Tanah dan Ordonantie Pajak Pendapatan (1944) untuk
Orang Pribadi
4. Kemerdekaan 1945 Pajak Bumi
1952-1959 Pajak Hasil Bumi yang dikenakan hasil yang dikeluarkan dari
tanah dan dalam tahun 1959 dikeluarkan perubahan
Ordonantie Pajak Pendapatan 1944 dengan lembaran negara
1959 No. 109 yang mengatur tentang pajak pendapatan
terhadap wajib pajak badan (Pasal 2a).

1950 UU No. 12 tahun 1950 Pajak Peredaran Barang dan tahun


1951 diganti dengan Pajak Penjualan (PPn).
1959-1961 Pajak hasil bumi dan nilai tanah (UU No. 11 Prp
1959 disahkan menjadi UU No. 1 tahun 1961)
mengatur tanah adat saja (yaitu tanah yang dimiliki
orang Indonesia asli)

1960 UU No. 5 tahun 1960 materi hukum atas tanah


berlaku atas semua tanah di Indonesia.

1964 Ordonantie Pajak Kekayaan diubah dengan UU


No. 24 tahun 1964 yang mengacu subyek pajak
daripada kekayaan adalah pada prinsipnya orang
pribadi bukan badan. Tetapi menurut Pasal 3
Ordonantie PKk dimungkinkan Perseroan dan
Perkongsian dikenakan PKk untuk menggantikan
kedudukan Perseronya yang tidak dikenal.

1965 SK Menteri Iuran Negara No. PM PPV 1-1-3


tanggal 29 November 1965 diubah menjadi IPEDA
(latar belakangnya pemberian Otonomi Daerah)

1968 UU No. 8 tahun 1968 perubahan ordonantie pajak


perseroan tahun 1925.

1970 UU No. 10 tahun 1970 tentang Pajak atas bunga,


deviden dan royalty.
REFORMASI DAN PEMBAHARUAN UNDANG-UNDANG
PAJAK
A. Tax Reform I Tahun 1983
Latar Belakang dan
Produk Hukum Pokok-pokok Perubahan
Tujuan
1980 harga minyak - UU No. 6 tahun a. Penyederhanaan jumlah dan
bumi mengalami 1983 tentang jenis pajak.
anjlok dan KUTAP b. Penyederhanaan tarif pajak
Indonesia struktur - UU No. 7 tahun untuk memudahkan WP,
keuangannya 1983 tentang menghitung pajaknya. Misalnya
mengandalkan PPh dalam pajak pendapatan dan
sektor minyak. - UU No. 8 tahun perseroan ada 58 jenis tarif
Tujuannya 1983 tentang menjadi 3 tarif.
kemandirian PPN dan PPn c. Menghilangkan insentif pajak.
keuangan negara BM Misalnya bagi penabung dalam
dan - UU No. 12 tahun tabanas, taska dan deposito
menyederhanakan 1985 tentang berjangka.
jenis pajak, PBB d. Self assesement system
kewajiban pajak - UU No. 13 tahun (kepercayaan kepada WP).
dan peran serta 1985 tentang e. Fungsi mengatur dihapus.
masyarakat Bea Materai
B. Tax Reform II Tahun 1994

Latar Belakang dan


Produk Hukum Pokok-pokok Perubahan
Tujuan
- Manfaat yang - UU No. 9 tahun 1994 a. Menyangkut Hukum Pajak
diperoleh dari tentang perubahan Formal
pembaharuan I tahun UU No. 6 Tahun 1983 - Kewajiban WP diperluas
1983 yaitu masuknya tentang KUTAP. sehingga meliputi kewajiban
uang ke negara - UU No. 10 tahun 1994 penghasilan mendaftarkan usahanya
meningkat. tentang perubahan (PKP)
- Self assesement UU No. 7 Tahun 1983 - Jangka waktu daluarsa semula 5
system kurang tentang PPh yang tahun menjadi 10 tahun
berhasil sebelumnya telah - Sebelum terbentuk BPP, maka
- Lemah law diubah dengan UU MPP bertindak sebagai BPP namun
enforcement No. 7 tahun 1991. keputusannya bukan keputusan tata
- UU No. 11 tahun 1994 usaha negara.
Tujuan : tentang perubahan - Sanksi pidana diperberat (Pasal
- Pajak alat utama UU No. 8 Tahun 1983 38, dan 39) UU No. 9 tahun 1994
memperoleh tentang PPN dan PPn - Cakupan sanksi pidana diperluas
pendapatan negara BM. sampai kepada pihak ketiga yang tidak
(fungsi budgeter) - UU No. 12 tahun 1994 memenuhi kewajiban untuk
- Mendorong kegiatan tentang perubahan memberikan keterangan.
ekonomi (fungsi UU No. 12 Tahun
mengatur) 1985 tentang PBB.
Latar Belakang dan
Produk Hukum Pokok-pokok Perubahan
Tujuan
b. Menyangkut PPh
- Subyek pajak BUT dipisahkan
dari subyek pajak badan
- Obyek pajak lebih rinci, jelas dan
tegas untuk kepentingan hukum dan
keadilan dalam pengenaan pajak.
- Perluasan biaya yang
diperbolehkan (biaya penelitian dan
pengembangan perusahaan), biaya
pelatihan magang, dan beasiswa,
biaya pengelolaan limbah.
- Fasilitas perpajakan kepada WP
yang menanamkan di bidang tertentu
dan daerah tertentu.
- Kompensasi 5 tahun diubah
menjadi paling lama 10 tahun.
- WP memilih untuk penyusutan
atas harta berwujud bukan bangunan.
- Lapisan tarif pajak berubah tetapi
masih tarif progresif.
- Perluasan sistem pemotongan
dan pemungutan untuk meningkatkan
kepatuhan WP (pemanfaatan data
pajak)
Latar Belakang dan
Produk Hukum Pokok-pokok Perubahan
Tujuan
c. Menyangkut PPN dan PPn
BM
- Obyek pajak diperluas
semula hanya penyerahan barang
berwujud ditambah dengan
pemanfaatan barang tidak
berwujud.
- Penyerahan aktiva yang
semula tidak diperjual belikan
yang masih tersisa pada saat
pembubaran, sepanjang PPN atas
perolehannya dapat dikreditkan
menjadi objek pajak.

d. Menyangkut PBB
- Adanya NJOPTKP (Nilai Jual
Objek Pajak Tidak Kena Pajak)
- Objek pajaknya bumi dan
bangunan
- Tindak pidana di bidang PBB
C. Tax Reform III Tahun 1997
Latar Belakang dan
Produk Hukum Pokok-pokok Perubahan
Tujuan
- Kebutuhan - UU No. 17 tahun a. Semula MPP menjadi wewenang
peradilan pajak 1997 tentang BPSP.
yang komprehensif Badan b. Putusan BPSP sifatnya final (tidak
atas sengketa Penyelesaian lagi ke PTUN)
pajak dengan Sengketa Pajak c. Penyederhanaan retribusi daerah
proses sederhana, (BPSP) menjadi 3 golongan (retribusi jasa
cepat dan biaya - UU No. 18 tahun umum, jasa usaha, jasa perizinan).
murah. 1997 tentang Pajak d. Perluasan penanggung pajak WP
- Kepastian hukum Daerah dan badan.
dan Retribusi Daerah e. Adanya penagihan seketika.
penyederhanaan - UU No. 19 tahun f. Diatur pengelompokan PNBP dan
UU Pajak Daerah 1997 tentang tarifnya melalui UU dan PP dan
- Kebutuhan UU Penagihan Pajak diatur pengelolaannya.
penagihan pajak dengan Surat g. BPHTB menganut self assesement
- Kebutuhan UU Paksa dan PBB tetap masih official
Penerimaan - UU No. 20 tahun assesement.
Negara Bukan 1997 tentang h. Ancaman hukuman kepada WP,
Pajak (PNBP) PNBP pejabat umum.
- Pungutan Pajak - UU No. 21tahun i. Mengatur pembagian hasil BPHTB
atas BPHTB 1997 tentang untuk pemerintah pusat dan
BPHTB pemerintah daerah.
D. Tax Reform IV Tahun 2000
Latar Belakang dan
Produk Hukum Pokok-pokok Perubahan
Tujuan
- Mengacu kemandirian - UU No. 16 tahun 2000 a. Menyangkut KUTAP
dalam pembiayaan tentang Perubahan - Memperjelas pengertian pengusaha,
negara. Kedua UU No. 6 tahun PKP, NPWP, SKP, SK Pengembalian
- Meningkatkan keadilan 1983 tentang KUTAP Pendahuluan Kelebihan Pajak.
pengenaan pajak dan - UU No. 17 tahun 2000 - Pemberian wewenang kepada Dirjen
memberikan kemudahan tentang Perubahan Ketiga Pajak untuk menetapkan pendaftaran WP,
kepada WP. UU No. 7 tahun 1983 (penetapan jabatan menerbitkan NPWP,
- Meningkatkan investasi tentang PPh NPPKP).
melalui PMA dan PMDN. - UU No. 18 tahun 2000 - Penerbitan surat tegoran SPT tidak
- Penyederhanaan atas tentang Perubahan disampaikan.
hak-hak WP. Kedua UU No. 8 tahun - Kenaikan sanksi administrasi tidak
- Meningkatnya tunggakan 1983 tentang PPN dan menyampaikan atau lewat waktu atas SPT :
pajak. PPn BM SPT masa : 25 rb – 50 rb, SPT tahunan : 50 rb
- Pemerataan - UU No. 19 tahun 2000 – 100 rb
kesejahteraan melalui tentang Perubahan UU - Kenaikan sanksi lebih jelas atas
APBD dan dana No. 19 tahun 1997 pembayaran dengan penyetoran lewat jatuh
perimbangan keuangan tentang Penagihan Pajak tempo.
yang berasal dari APBN dengan Surat Paksa - Ketentuan baru mengenai SKPPKP
- UU No. 20 tahun 2000 (Pasal 17c)
tentang Perubahan UU - Rumusan tindak pidana dan sanksi
No. 21 tahun 1997 pidana dipertegas (Pasal 38 s/d 41A)
tentang BPHTB
- UU No. 34 tahun 2000 b. Menyangkut PPh
tentang Perubahan UU - Perluasan subyek/obyek dan
No. 18 tahun 1997 penyederhanaan/pembebasan pajak.
tentang Pajak Daerah dan - Perubahan struktur tarif.
Retribusi Daerah - Kemudahan kepada WP dengan self
assesement.
- Pemberian insentif kepada WP yang
investasi langsung di Indonesia.
Latar Belakang dan Tujuan Produk Hukum Pokok-pokok Perubahan
c. Menyangkut PPN dan PPn BM
- Mempertegas obyek yang tidak
dikenakan pajak (kebutuhan pokok, yang
sudah dikenakan pajak daerah, hasil
tambang/pengeboran yang diambil langsung
dari sumbernya, alat tukar barang-barang
untuk ekonomi sosial dan budaya.
- Kenaikan tarif PPn
- Pengkreditan PM PPN bila belum
berproduksi.
- Penyederhanaan retribusi.
- Pengkreditan PM PPN bisa 3 bulan
setelah berakhirnya masa pajak.

d. Menyangkut Penagihan
dengan Surat Paksa
- Mempertegas jangka waktu penagihan
aktif.
- Mempertegas tentang penanggung
pajak (komisaris, pemegang saham, pemilik
modal)
- Menaikan nilai usaha peralatan yang
dikecualikan dari sita.
- Memperbanyak jenis barang yang
dikecualikan dari lelang.
- Mempertegas besarnya biaya
penagihan.
- Mempertegas bahwa pengajuan
keberatan dan banding tidak menunda
pembayaran dan pelaksanaan penagihan.
Latar Belakang dan Tujuan Produk Hukum Pokok-pokok Perubahan
- Mempermudah pelaksanaan lelang
- Memperjelas hak penanggung jawab.
- Mempertegas sanksi pidana.

e. Menyangkut BPHTB
- Cakupan obyek pajak diperluas.
- Meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dan WP.
- Memberikan kemudahan dan
perlindungan hukum.

f. Menyangkut Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah meliputi
Pajak Provinsi semula 3 jenis
menjadi 4 jenis :
- Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di atas air
- Bea balik nama
- Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
- Pajak pengambilan dan pemanfaatan
air bersih bawah tanah dan air permukaan

Pajak Kabupaten/Kota semula


6 jenis menjadi 7 jenis :
- Pajak Hotel
- Pajak Restoran
- Pajak Hiburan
- Pajak Reklame
- Pajak Penerangan Jalan
- Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C
- Pajak Parkir
E. Tax Reform V Tahun 2007
Latar Belakang dan
Produk Hukum Pokok-pokok Perubahan
Tujuan
- Meningkatkan efisiensi - UU No. 28 tahun 2007 a. Menyangkut KUTAP, meliputi
pemungutan pajak dalam tentang Perubahan Ketiga antara lain :
mendukung penerimaan UU No. 6 tahun 1983 - Memperjelas pelaksanaan ketentuan
negara. tentang KUTAP perpajakan dan melengkapi ketentuan hukum
- Meningkatkan pelayanan - UU No. 36 tahun 2009 pajak formal sebelumnya.
kepastian hukum dan tentang Perubahan - Mempertegas kewajiban pajak subyektif
keadilan, daya saing Keempat UU No. 7 tahun yang menuju penerapan self assesement
penanaman modal, 1983 tentang PPH system.
mendukung - UU No. 42 tahun 2008 - Menerapkan system elektronik dan
pengembangan UKM tentang Perubahan Ketiga meminimalisir kontak pribadi.
- Penyesuaian UU No. 8 tahun 1983 - Kenaikan sanksi berkaitan
perkembangan sosial tentang PPN dan PPn BM terlambat/tidak menyampaikan SPT : SPT
ekonomi masyarakat, tahunan OP : Rp. 100 rb, SPT Badan : Rp. 1
teknologi informasi, juta, SPT Masa PPN : Rp. 500 rb, SPT Masa
keseimbangan hak dan Lainnya : Rp. 100 rb
kewajiban, penerapan self - Perubahan jangka waktu pembetulan
assesement system SPT rugi atau lebih bayar paling lama 2 tahun.
secara akuntabel/ - Pembayaran pajak yang telah
konsisten. ditentukan Menteri Keuangan sah setelah
- Meningkatkan disahkan oleh pejabat ditempat bayar.
profesionalisme aparatur - Sanksi pidana bagi pengusaha yang
perpajakan, keterbukaan tidak dikukuhkan sebagai PKP bila
administrasi perpajakan menerbitkan faktur pajak.
dan kepatuhan sukarela - Kode etik pegawai Direktorat Jenderal
WP Pajak.
- Pengaturan lebih rinci tentang sanksi
bagi petugas pajak.
- Pengaturan wewenang Dirjen Pajak
untuk melakukan pemeriksaan bukti
permulaan atas data dan informasi pajak.
Latar Belakang dan
Produk Hukum Pokok-pokok Perubahan
Tujuan
a. Menyangkut PPH, meliputi
antara lain :
- Menaikan besarnya PTKP.
- WP OP omzet 4,8 milyar dapat
menggunakan norma penghitungan.
- Surplus Bank Indonesia menjadi
obyek PPh.
- Memperluas pengertian BUT
(meliputi gudang, komputer, agen
elektronik atau peralatan otomatis yang
dimiliki, disewa atau yang digunakan
oleh penyelenggara transaksi elektronik
untuk menjalankan kegiatan usaha
melalui internet.
- Perluasan objek PPH pasal 4 ayat
(2).
- Tarif pemotongan PPH Pasal 21
bagi WP OP yang tidak ber NPWP lebih
besar 20% dari tarif yang ber NPWP.
- Memperluas obyek PPH pasal 26
meliputi pembebasan utang.
- WP yang dikenakan PPH Pasal
22 dan 23 tetapi tidak ber NPWP
diberikan pajak lebih tinggi 100%.
- Pemberian pengurangan tarif
PPH untuk WP Badan Dalam Negeri
yang omzetnya s/d Rp. 30 milyar
menjadi 50% dari tarif semula.
Latar Belakang dan
Produk Hukum Pokok-pokok Perubahan
Tujuan
- Perluasan biaya yang bisa
dikurangkan yaitu mengenai
sumbangan dan beasiswa dan diatur
oleh Menteri Keuangan.
- Memperluas Pasal 26 (2) yang
semula hanya mengatur penghasilan
dari penjualan harta menjadi
penghasilan dari penjualan atau
pengalihan harta.
- Membedakan tarif PPH Pasal 23
untuk :
Deviden, bunga, royalti, hadiah,
penghargaan, bonus dan sejenisnya
dikenakan 15%.
Sewa, penghasilan dari
penggunaan harta, imbalan jasa
teknik/manajemen/ konstruksi/konsultan
dan jasa lainnya 2%.
- Kekurangan pajak terutang harus
dilunasi sebelum SPT disampaikan.
- Tarif PPH WP OP disederhanakan
dan WP Badan menjadi tarif tunggal
28%.
Latar Belakang dan
Produk Hukum Pokok-pokok Perubahan
Tujuan
a. Menyangkut PPN, meliputi
antara lain :
- Obyek
 Ekspor JKP dan BKP tidak
berwujud tarif 0%
- Non Obyek :
 Kepastian hukum tentang
obyek-obyek tertentu yang dikenakan
Pajak Daerah
 Kebutuhan pokok dasar
 Jasa keuangan (termasuk jasa
syariah)
- Tarif PPn BM naik dari 75% menjadi
maksimal 200%
- Pengkreditan PM PPN ditegaskan PKP
yang belum berproduksi dapat mengkreditkan
PPN barang modal dalam jangka waktu 3
tahun.
- Kenaikan prosedur dalam pemusatan
PPN cukup dengan melakukan pemberitahuan
tertulis kepada Dirjen Pajak.
- Saat pembuatan Faktur Pajak, yaitu
pada saat pembayaran dan atau penyerahan
dan WP tidak perlu membuat invoice lagi yang
berbeda dengan Faktur Pajak.
- Saat penyetoran dan pelaporan PPN
paling lama akhir bulan berikutnya.
- Pemberian prestasi turis asing.
- Ditetapkan 15 Oktober 2009
diberlakukan mulai 1 April 2010.
PERKEMBANGAN PERATURAN
PERPAJAKAN DI INDONESIA
1. Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)

•UU Nomor 6 Tahun 1983

•UU Nomor 9 Tahun 1994

•UU Nomor 16 Tahun 2000

•UU Nomor 28 Tahun 2007

UU Nomor 16 Tahun 2009

UU Nomor 11 Tahun 2020

2. Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan (PPh)

UU Nomor 7 Tahun 1983

UU Nomor 7 Tahun 1991

UU Nomor 10 Tahun 1994

UU Nomor 17 Tahun 2000

UU Nomor 36 Tahun 2008, berlaku 1 Januari 2009


PERKEMBANGAN PERATURAN
PERPAJAKAN DI INDONESIA
3. Undang-Undang tentang PPN dan PPn-BM

•UU Nomor 8 Tahun 1983

•UU Nomor 11 Tahun 1994

•UU Nomor 18 Tahun 2000

•UU Nomor 42 Tahun 2009, berlaku 1 April 2010

4. Undang-Undang tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

•UU Nomor 12 Tahun 1985

•UU Nomor 12 Tahun 1994

5. Undang-Undang tentang Bea Meterai

UU Nomor 13 Tahun 1985

UU Nomor 10 Tahun 2020


PERKEMBANGAN PERATURAN
PERPAJAKAN DI INDONESIA
6. Undang-Undang tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB)
•UU Nomor 21 Tahun 1997
•UU Nomor 20 Tahun 2000
7. Undang-Undang Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
•UU Nomor 18 Tahun 1997
•UU Nomor 34 Tahun 2000
•UU N0 28 Tahun 2009, berlaku 1 Januari 2010.
8. Undang-Undang tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
•UU Nomor 19 Tahun 1997
•UU Nomor 19 Tahun 2000

Anda mungkin juga menyukai