Anda di halaman 1dari 54

Pendahuluan

 AIDS menjadi stigma → perilaku diskriminatif →


pelanggaran hak asasi ODHA.
 menangani kasus-kasus pelanggaran HAM di
bidang kesehatan kita harus melihat peranan
hukum dan etika sehingga kita dapat
memberikan suatu tindakan yang tepat ketika
menghadapi PROBLEMA penanganan HIV/AIDS.
Dampak HIV/AIDS
Belum ada obat/vaksin, penyebaran yang cepat 
ketakutan/kepanikan STIGMA  DISKRIMINASI
Perlakuan humanistik
”Bagaimana memperlakukan penderita AIDS dan
pengidap HIV secara benar?
 aspek psikologik
 aspek etik
 aspek hukum
Universal Declaration of
Human Rights (1948)
”Semua manusia dilahirkan dalam keadaan bebas dan
sama dalam martabat dan hak-haknya”
Tantangan
 Perlakuan Hak yang sama dalam perawatan pasien
infeksi .
 kode etik kedokteran tidak membuat perkecualian
terhadap pasien infeksi (HIV) karena kewajiban
dokter untuk memperlakukan semua pasien secara
sama.
Dokter yang tidak sanggup memberikan perawatan
dan pelayanan yang diperlukan oleh pasien AIDS
harus membuat rujukan yang sesuai terhadap
dokter atau fasilitas yang dapat memberikan
pelayanan yang diperlukan.
Kerahasiaan Medis
Setiap orang mempunyai hak atas kerahasiaan dan
martabat pribadi.
Setiap orang mempunyai hak untuk memutuskan
aspek kehidupannya yang mana pribadi dan yang
mana boleh dibagikan dengan masyarakat
Declaration on the Rights of the Patients
Hak pasien terhadap kerahasiaan

Semua informasi yang teridentifikasi mengenai


STATUS KESEHATAN kondisi medis, diagnosis,
prognosis, dan tindakan medis serta semua
informasi lain yang sifatnya pribadi…..harus dijaga
K E R A H A S I A A N nya!
bahkan setelah kematian.
Declaration on the Rights ….
PERKECUALIAN untuk kerabat pasien mungkin
mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang
dapat memberitahukan mengenai resiko kesehatan
mereka.
Pengendoran terhadap prinsip konfidensial
Dalam keadaan tertentu dokter dapat
membocorkan rahasia tersebut tanpa perlu takut
sanksi hukum maupun etik
 Izin dari yang berhak
 Dalam rangka melaksanakan undang-undang
 Keadaan darurat
Melaksanakan UU
 Hak atas kerahasiaan medik dijamin oleh UU
NAMUN ada UU lain yang mengharuskan dokter
membuka rahasia (tingkat hirarki) :
penderita penyakit wabah
kepentingan proses peradilan pidana

(pasal 50 KUHP)
Apakah kewajiban terhadap masyarakat dapat
melebihi asas kerahasiaan?

Asas kerahasiaan boleh dikesampingkan hanya dalam


keadaan apabila kewajiban untuk memberitahukan
pihak ketiga dinilai lebih penting
Bolehkah asas kerahasiaan diabaikan?
 Izin dengan penuh kesadaran dan jelas harus
diperoleh dari pasien sebelum statusnya HIV-nya
diberitakan kepada orang lain.

 Tidak ada seorang petugas layanan kesehatan yang


boleh menduga-duga bahwa persetujuan itu
telah diberikan.

 Apabila pasien tidak memberikan izin, seorang


petugas layanan kesehatan tidak mempunyai hak
otomatis untuk membocorkan informasi.
Aturan ini harus dipertahankan kecuali jika:

 pengadilan memerintahkan pengungkapan informasi


 jelas adanya sikap acuh terhadap keselamatan jiwa
orang tertentu
PEMULASARAAN
JENAZAH
PRINSIP :

• Selalu menerapkan Kewaspadaan


Universal ( memperlakukan setiap
cairan tubuh, darah dan jaringan
tubuh manusia sebagai bahan
yang infeksius )
• Tanpa mengabaikan Budaya dan
Agama yang dianut keluarga
• Tindakan petugas mampu
mencegah penularan
PERAWATAN JENAZAH

Di Sarana Kesehatan :
• Ruang perawatan
• Pengangkutan ke kamar jenazah
• Pengelolaan di kamar jenazah
• Persiapan pemakaman

• Kerahasiaan tentang penyakit sebelumnya


harus dijaga
• Keluarga ada yang mendampingi selama
perawatan jenazah
KATEGORI JENAZAH :

• Perbedaan karena :
 Mode transmisi
 Resiko infeksi dari penyakit berbeda
• Kategori 1 : label Biru
 Tindakan pencegahan yang direkomendasikan
 Penyakit selain kategori 2 dan 3
• Kategori 2 : label Kuning
• Kategori 3 : label Merah
• Kategori 2 :
- Kategori 1 ditambah :
- Penyakit : HIV, Hepatitis C, SARS, Avian Influenza

• Kategori 3 :
- Aturan lebih ketat
- Penyakit : Antrax, Rabies, dll
KETENTUAN UMUM PENANGANAN JENAZAH :

• Semua petugas yang menangani jenazah harus mendapatkan


vaksinasi hepatitis B, vaksinasi influenza tidak efektif !!
• Dokter yang merawat pasien menggolongkan kategori jenazah
• Hindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lainnya
• Luka dan bekas suntikan didesinfektan
• Semua orifisium ( lubang” tubuh ) ditutup dengan kasa absorben
dan di plester kedap air
• Badan jenazah harus bersih dan kering
• Pasang label pada kaki atau ibu jari sesuai kategorinya
• Khusus kategori 2 dan 3 :

 Kantong plastik tebalnya minimal 150 nm dan harus


beresleting / tertutup ketat
 Bagian luar kantong harus didesinfektan
 Bahan yang sekali pakai ditampung pada kantong khusus
 Linen direndam dengan larutan desinfektan / autoclave
selama 30 menit
Ruang Perawatan dan pemindahan jenazah
Persiapan :
1. Sarung tangan latex
2. Gaun pelindung
3. Kain bersih penutup jenazah
4. Klem dan gunting
5. Plester kedap air
6. Kapas, kasa absorben dan pembalut
7. Kantong jenazah kedap air
8. Wadah bahan infeksius
9. Wadah barang berharga
10. Brankart jenazah
Prosedur di Ruang Perawatan dan
pemindahan jenazah

1. Mencuci tangan

2. Yang menangani jenazah memakai sarung tangan, gaun, masker


3. Lepas selang infus dll, buang pada wadah infeksius
4. Bekas luka di plester kedap air
5. Lepaskan pakaian tampung pada wadah khusus
6. Kasa pembalut pada perineum dilekatkan dengan plester kedap air
7. Letakkan jenazah pada posisi terlentang
8. Letakkan handuk kecil di belakang kepala
9. Tutup kelopak mata dengan kapas lembab, tutup telinga dan mulut
dengan kapas / kasa
Prosedur di Ruang Perawatan dan
pemindahan jenazah

10. Bersihkan jenazah


11. Tutup jenazah dg kain bersih disaksikan keluarga
12. Pasang label sesuai kategori di pergelangan kaki / ibu jari kaki
13. Beritahu petugas KM, bahwa pasien meninggal adalah penderita
penyakit menular
14. Masukkan jenazah ke dalam kantong jenazah
15. Tempatkan jenazah ke dalam brankart tertutup dan dibawa ke KM
16. Cuci tangan dan lepas gaun untuk direndam pada tempatnya, buang
bahan yang sekali pakai pada tempat khusus
PERAWATAN JENAZAH DI KAMAR
JENAZAH
PERSIAPAN :
1. Alat pelindung petugas :
 Sarung tangan karet sampai siku
 Sepatu boot
 Gaun
 Celemek platstik
 Masker
2. Tempat memandikan jenazah
3. Waslaf, handuk, Waskom berisi air , desinfektan (larutan klorin 0,5%) dan
sabun
4. Plester kedap air, kapas pembalut, sisir, pewangi
5. Wadah barang berharga
6. Kantong jenazah/ plastik
7. Brankart jenazah
8. Kacamata pelindung
Peralatan
UNIVERSAL PRECAUTION
PETUGAS
 Tujuan UP Petugas :
1. Agar prosedur pemulasaran jenazah dengan HIV AIDS
berjalan dengan baik, dan teratur
2. Menghilangkan resiko penularan HIV AIDS dari
jenazah ke petugas
3. Memberikan rasa aman pada petugas
4. Memberikan rasa aman pada lingkungan tempat
dirawatnya jenazah
Prosedur UP Petugas Pemulasaran jenazah
1. Periksa ada atau tidaknya luka terbuka pada tangan atau kaki
petugas yang akan memandikan jenazah. Jika didapatkan luka
terbuka atau borok pada tangan atau kaki , petugas tidak boleh
memandikan jenazah
2. Kenakan gaun pelindung
3. Kenakan sepatu boot dari karet
4. Kenakan celemek plastik
5. Kenakan masker pelindung mulut dan hidung
6. Kenakan kacamata pelindung
7. Kenakan sarung tangan karet
8. Setelah jenazah selesai dimandikan, siram meja tempat
memandikan jenazah dengan larutan klorin 0,5% , lalu bilas
dengan air mengalir
Prosedur UP Petugas Pemulasaran jenazah
9. Rendam tangan yang masih mengenakan sarung tangan karet
dalam larutan klorin 0,5% , lalu bilas dengan sabun dan air
mengalir
10. Lepaskan kacamata pelindung , lalu rendam dalam larutan klorin
0,5%
11. Lepaskan masker pelindung , buang ditempat sampah medis
12. Lepaskan celemek plastik, buang ketempat sampah medis
13. Lepaskan gaun pelindung , rendam pada larutan klorin 0,5%
14. Celupkan bagian luar sepatu pada lautan klorin 0,5% , bilas
dengan air bersih lalu lepaskan sepatu dan letakkan di tempat
semula
15. Terakhir lepaskan sarung tangan plastik, buang ke tempat
sampah medis.
PROSEDUR PEMULASARAN
DIKAMAR JENAZAH
1. Siapkan lautan Klorin 0,5%
2. Kenakan pakaian yang memenuhi standar Universal Precaution
3. Pindahkan jenazah ke meja tempat memandikan jenazah, tidak
diperbolehkan memandikan jenazah di pangku
4. Lepaskan semua baju yang dikenakan janazah
5. Siram seluruh tubuh jenazah dengan larutan klorin 0,5% secara
merata keseluruh tubuh mulai dari sela sela rambut, lobang telinga,
lobang hidung, mulut, tubuh dan kaki. Lalu tunggu hingga 10 menit
6. Mandikan jenazah dengan sabun dan air mengalir
7. Bilas jenazah dengan air bersih mengalir
8. Keringkan jenazah dengan handuk
9. Sumbat dengan kapas lubang lubang tubuh jenazah yang
mengeluarkan cairan
PROSEDUR PEMULASARAN
DIKAMAR JENAZAH

10. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau pembungkus lain sesuai
dg agama / kepercayaannya
11. Selesai ritual keagamaan, jenazah dimasukkan ke dalam kantong
plastik dengan ketebalan tertentu
12. Pindahkan jenazah langsung ke peti jenazah disaksikan pihak
keluarga, peti ditutup kembali
13. Jenazah diangkut ke dalam mobil jenazah untuk diantarkan ke
rumah duka
14. Siram meja tempat memandikan jenazah dengan larutan klorin 0,5%
, bilas dengan air mengalir
15. Lepaskan perlengkapan Universal Precaution (protap pemakaian
UP)
PEMULASARAN JENAZAH
DI LUAR SARANA KESEHATAN

Tata cara perawatan jenazah dengan HIV AIDS di luar


sarana kesehatan sebaiknya tetap dilakukan oleh
petugas RS dengan tetap memperhatikan faktor faktor
penularan penyakit yang mungkin terdapat pada jenazah.
Prinsip : Sama dengan di Sarana Kesehatan
Tujuanya :
1. Menghilangkan resiko penularan penyakit khususnya
HIV AIDS dan Hepatitis Virus dari jenazah
2. Memberikan rasa aman pada lingkungan tempat
dirawatnya jenazah
PROSEDUR PEMULASARAN JENAZAH
DI LUAR SARANA KESEHATAN
1. Siapkan lautan Klorin 0,5%
2. Kenakan pakaian yang memenuhi standar Universal Precaution
3. Pindahkan jenazah ke meja tempat memandikan jenazah, tidak
diperbolehkan memandikan jenazah di pangku
4. Lepaskan semua baju yang dikenakan janazah
5. Siram seluruh tubuh jenazah dengan larutan klorin 0,5% secara
merata keseluruh tubuh mulai dari sela sela rambut, lobang telinga,
lobang hidung, mulut, tubuh dan kaki. Lalu tunggu hingga 10 menit
6. Mandikan jenazah dengan sabun dan air mengalir
7. Bilas jenazah dengan air bersih mengalir
8. Keringkan jenazah dengan handuk
9. Sumbat dengan kapas lubang lubang tubuh jenazah yang
mengeluarkan cairan
PROSEDUR PEMULASARAN JENAZAH
DI LUAR SARANA KESEHATAN

10. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau pembungkus lain sesuai
dg agama / kepercayaannya
11. Selesai ritual keagamaan, jenazah dimasukkan ke dalam kantong
plastik dengan ketebalan tertentu
12. Pindahkan jenazah langsung ke peti jenazah disaksikan pihak
keluarga, peti ditutup kembali
13. Jenazah diangkut ke dalam mobil jenazah untuk Pemakaman
14. Siram meja tempat memandikan jenazah dengan larutan klorin 0,5%
, bilas dengan air mengalir
15. Lepaskan perlengkapan Universal Precaution (protap pemakaian
UP)
OTOPSI FORENSIK JENAZAH HIV AIDS
 Otopsi : suatu pemeriksaan atas jenazah yang
meliputi bagian luar dan dalam, oleh tenaga
kesehatan yang berwenang dengan
menggunakan cara-cara yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah atas
dasar perintah yang berwajib untuk kepentingan
peradilan .
PROSEDUR OTOPSI JENAZAH HIV AIDS

 PERSIAPAN :
1. Periksa klengkapan dokumen dari kamar terima jenazah
• Surat permintaan visum et repertum
• Label janazah
• Surat persetujuan otopsi dari keluarga jenazah
2. Otopsi dilakukan minimal satu dokter sebagai dissektor dan
dua dokter dissektor pembantu
3. Kenakan Universal Precaution
4. Periksa kelengkapan alat alat otopsi
5. Periksa kelengkapan pemeriksaan Toksikologi, dan
pemeriksaan tambahan lain
6. Mulailah otopsi dengan berdoa menurut agama dan
kepercayaan masing masing
PROSEDUR OTOPSI JENAZAH HIV AIDS

 PEMERIKSAAN LUAR :
1. Periksa keberadaan dan lokasi lebam mayat, kaku
mayat dan tanda tanda pembusukkan
2. Ukur berat dan panjang badan
3. Periksa keberadaan ciri ciri khusus pada tubuh
termasuk pemeriksaan gigi gelili
4. Periksa keberadaan tanda tanda kekerasan
5. Semua hasil pemeriksaan dicatat dan atau dipotret
PROSEDUR OTOPSI JENAZAH HIV AIDS
 PEMERIKSAAN DALAM :
1. Lakukan incisi I atau Y pada bagian ventral tubuh, dilanjutkan
dengan melepas strenum hingga rongga thorak dan abdomen
terbuka
2. Inspeksi rongga thorak dan rongga abdomen
3. Angkat dan lakukan pemeriksaan organ jantung
4. Angkat dan lakukan pemeriksaan traktius respitaorius
5. Angkat dan lakukan pemeriksaan traktus digestivus
6. Angkat dan lakukan pemeriksaan traktus urogenitalis
7. Angkat dan lakukan pemeriksaan alat leher
8. Buka rongga kepala, angkat dan lakukan pemeriksaan pada otak
9. Kembalikan sedapat mungkin semua organ yang dikeluarkan dari
rongga yubuh keposisi semula, kecuali organ yang diambil sebagai
sampel pemeriksaan
10. Semua hasil pemeriksaan dicatat dan atau dipotret
11. Tutup luka dengan jahitan jelujur mungkin
PROSEDUR OTOPSI JENAZAH HIV AIDS
 PENUTUP OTOPSI :
1. Tutuplah otopsi dengan berdoa
2. Bersihkan ruang dan alat alat otopsi yang telah
digunakan
3. Buang alat dan bahan habis pakai pada tempat
pembuagan khusus
4. Persiapkan jenazah untuk dilakukan perawatan sesuai
agama dan keyakainan jenazah
Proses OTOPSI
PROSEDUR PEMBUATAN LARUTAN
KLORIN 0,5%
1. Kenakan sarung tangan karet yang tebal
2. Siapkan 25 liter air dalam bak besar
3. Siapkan 175 gram kaporit 70% atau 200 gram kaporit 60%
4. Letakkan kaporit di atas selembar kain berukuran 40x40
cm , bungkus dengan kain tersebut dengan mengikat
keempat ujung ujungnya
5. Haluskan kaporit dengan pemukul
6. Masukkan kaporit terbungkus kain tersebut dalam air,
remas remas untuk melarutkan hingga larut rata
7. Bagi larutan klorin menjadi dua bak, satu bak untuk
memandikan jenazah dan satu bak untuk dekontaminasi
alat
YANG HARUS DIPERHATIKAN !!

1. Jenazah HIV AIDS tidak boleh di balsem


atau diawetkan.
2. Otopsi terhadap jenazah HIV AIDS hanya
dapat dilakukan oleh petugas khusus
yang sudah terlatih dan sudah
mendapatkan ijin dari keluarga dan
Direktur RS.
3. Jenazah HIV AIDS yang sudah dibungkus
tidak boleh di buka lagi.

Anda mungkin juga menyukai