MODERNISME, POSTMODERNISME,

DAN BUDHISME
1. ASAL MULA BUDHISME
BUDHISME DIKENAL SEBAGAI BUDDHA
DHARMA (BAHASA SANSEKERTA) ATAU
BUDDHA DHAMMA (BAHASA PALI)
BERSUMBER PADA KEBENARAN YANG
DIANGGAP OLEH PENDIRI/PEMBINANYA:
Y.M.S. BUDDHA SAKYAMUNI GAUTAMA,
LEBIH DARI 2500 TAHUN SILAM
1. 1. KELAHIRAN BUDDHA SAKKYAMUNI
GAUTAMA
Y.M.S. BUDDHA SAKYAMUNI GAUTAMA
DILAHIRKAN DI TAMAN LUMBINI,
KAPILAVATTHU, INDIA UTARA PADA BULAN
VESAKH PURNAMA SIDDHI TAHUN 623 SM.
AYAH BELIAU ADALAH RAJA SUDDHODANA,
BERASAL DARI SUKU SAKYA KELAUARGA
GAUTAMA. IBU BELIAU ADALAH DEVI
MAHAMAYA
1.2. CAKKAVATTIN ATAU BUDDHA
TUJUH ORANG SUCI DARI LERENG GUNUNG
HIMALAYA MERAMALKAN BAHWA GAUTAMA
KELAK AKAN MENJADI ORANG BESAR YANG
TERMASHUR, AKAN MENJADI RAJA SEJAGAT
(CAKKAVATTIN). NAMUN DALAM PERJALANAN
HIDUPNYA GAUTAMA AKAN MENEMUI 4
KEJADIAN:
1. ORANG SAKIT
2. ORANG TUA
3. ORANG MATI
4. PERTAPA SUCI
GAUTAMA PASTI AKAN MENINGGALKAN
KEDUNIAWIAN YANG BURUK DAN MENJADI
GURU BESAR DUNIA (BUDDHA)

PADA HARI KE-5 KELAHIRANNYA, GAUTAMA

DIBERI NAMA SIDDHARTA, ARTINYA “YANG
TERCAPAI CITA-CITANYA”. DUA HARI
KEMUDIAN, DEVI MAHAMAYA MENINGGAL
DUNIA. PANGERAN SIDDHARTA LALU DIASUH
OLEH BIBINYA MAHA PAJJAPATI GOTAMI
KETIKA BERUSIA 12 TAHUN, PANGERAN SIDDHARTA DIBERI
PELAJARAN KESUSASTRAAN DAN ILMU PENGETAHUAN
SEBAGAI SYARAT UTAMA SEORANG PANGERAN. BELIAU
MENUNJUKKAN PENGETAHUAN LUAR BIASA, CEPAT
MEMAHAMI AJARAN-AJARAN YANG DIBERIKAN

USIA 16 TAHUN, SIDDHARTA MENGHIBUR DAN MENAMBAH

GAIRAH HIDUP KEDUANIAWIANNYA, MAKA DIDIRIKAN
ISTANA-ISTANA YANG JAUH DARI PEMANDANGAN YANG
DILIPUTI OLEH KESUSAHAN DAN PENDERITAAN. KEMUDIAN
SIDDHARTA DINIKAHKAN DENGAN PUTERI YASODHARA
SETELAH MEMENANGKAN SAYEMBARA KETANGKASAN.
SEBAGAI HADIAH PERNIKAHAN, RAJA SUDDHODANA
MEMBANGUN LAGI SEBUAH ISTANAN
1.3. EMPAT KEJADIAN UTAMA
KETIKA PANGERAN SIDDHARTA DENGAN
PENGAWALNYA KELUAR DARI ISTANA UNTUK
MELIHAT KEHIDUPAN RAKYATNYA, BELIAU
MENYAKSIKAN EMPAT KEJADIAN UTAMA:
1. SEORANG ORANG TUA YANG BUNGKUK,
BERWAJAH SEDIH DAN SENGSARA
2. SEORANG PENDERITA PENYAKIT KUSTA, YANG
TUBUHNYA DIPENUHI BISUL-BISUL BERNANAH,
REBAH DI PINGGIR JALAN.
3. MAYAT YANG TERBARING KAKU
4. SEORANG PERTAPA
 KEMUDIAN BELIAU MEMAHAMI BAHWA:
1. SEMUA ORANG AKAN MENJADI TUA
2. SEMUA ORANG AKAN MENDERITA SAKIT
3. SEMUA ORANG AKAN MATI
4. SEORANG PERTAPA AKAN MENGHADAPI
SEMUA KEJADIAN DENGAN HATI YANG
TENANG
KEJADIAN PERTAMA, KEDUA DAN KETIGA SANGAT
MENGGANGGU PIKIRAN PANGERAN SIDDHARTA.
BELIAU SELALU TERMENUNG MENCARI JAWABAN
MENGAPA MANUSIA HARUS MENGALAMI
PENDERITAAN KELAHIRAN, USIA TUA, SAKIT, DAN
KEMATIAN YANG TIADA AKHIRNYA
 LAHIRNYA RAHULA (BELENGGU)

SEWAKTU PANGRAN SIDDHARTA KEMBALI KE

ISTANA, SEORANG DAYANG ISTANA MENGABARKAN
BAHWA PUTERI YASHODARA MELAHIRKAN SEORANG
PUTERA YANG ELOK RUPAWAN.
“RAHU JATO! RAHU JATO!, SERU PANGERAN
SIDDHARTA. TERNYATA BELIAU TIDAK MERASA
GEMBIRA. RAHHUJATO BERARTI SEBUAH BELENGGU”.
 SEMENJAK KELAHIRAN PUTERANYA YANG
BERNAMA RAHULA (ARTINYA BELENGGU), BELIAU
SEMAKIN SERING MERENUNG DAN MEMIKIRKAN
KETIGA KEJADIAN YANG MENGERIKAN, YAKNI ORANG
TUA USIA, ORANG YANG MENANTIKAN MAUT DAN
SESOSOK TUBUH MAYAT YANG KAKU. KEMUDIAN
DIRENUNGKAN PULA SEORANG PERTAPA YANG
MEMBAWA GETARAN-GETARAN KEDAMAIAN.
 MALAM PELEPASAN AGUNG

KETIKA PANGERAN SIDDHARTA BERUSIA 29

TAHUN, HATI NURANINYA SENANTIASA

MENIMBULKAN PIKIRAN UNTUK MELOLOSKAN DIRI

DARI KURUNGAN ISTANANYA DAN MENUJU KE

TEMPAT YANG SUNYI GUNA MENCARI OBAT UNTUK

MENGATASI PENDERITAAN MANUSIA.

KETIKA ITU BULAN PURNAMA SIDDHI PADA BULAN

VESAKH, SAAT MUSIM SEMI VASATA MENERANGI

SEISI TANAMAN. BELIAU BERTEKAD DAN TERUS

MENINGGALKAN ISTANANYA GUNA MENCARI JALAN

PEMBEBASAN. SAAT MALAM INI DIKENAL SEBAGAI

MALAM PELEPASAN AGUNG.

 MEDITASI DI BAWAH POHON BODHI

PERTAPA SIDDHARTA MENYADARINYA

BAHWA PERTAPAANNYA DI HUTAN
URUVELLA SELAMA ENAM TAHUN DENGAN
CARA MENYIKSA DIRI ADALAH SIA-SIA DAN
TERNYATA TIDAK BERGUNA UNTUK
MENDAPATKAN JALAN PEMBEBASAN YANG
DICARINYA.
 BELIAU LALU MENGUBAH CARA PERTAPAANNYA
SELAMA INI DENGAN MENJAGA KONDISI BADANNYA.
BELIAU MENYADARI PULA BAHWA GUNA
TERCAPAINYA CITA-CITA YANG BENAR, TERLEBIH
DAHULU HARUS MENJERNIHKAN PIKIRAN. UNTUK
ITU, PERLU DIMILIKI JASMANI YANG SEHAT DAN
TERAWAT. MAKA TAK LAMA KEMUDIAN, BADAN
JASMANI PERTAPA SIDDHARTA YANG DULUNYA
KURUS KERING KINI BARANGSUR-ANGSUR MENJADI
SEHAT.
 DI BAWAH POHON ASSATTHA (BODHI) DI TEPI
SUNGAI NERANJARA DEKAT BODHI GAYA, PERTAPA
SIDDHARTA MELAKUKAN PENGHENINGAN CIPTA,
PENENANGAN PIKIRAN DAN BATIN SEPERTI YANG
PERNAH DILAKUKAN PADA MASA KECILNYA, DENGAN
SIKAP PADMASANA. BELIAU BERTEKAD SEBELUM
MENEMUKAN CARA-CARA PEMBEBASAN, TIDAK AKAN
MENINGGALKAN TEMPAT ITU.
 GODAAN-GODAAN MARA

MARA, PENGGODA BESERTA KERABATNYA TERNYATA

TIDAK RELA MELIHAT KEMENANGAN YANG AKAN
DICAPAI PERTAPA SIDDHARTA. MEREKA
MELANCARKAN SEGALA GODAAN. MULA-MULA
MUNCUL GODAAN SIFAT MEMENTINGKAN DIRI
SENDIRI (ATTAVA), KEMUDIAN MENYUSUL SIFAT
KEBIMBANGAN (VICIKICCHA), SIFAT UNTUK
MENJALANI SESUATU HANYA UPACARA LUARNYA SAJA
(SILABBATA PARAMASA)
HAWA NAFSU (KAMA), SIFAT KEBENCIAN (PATIGHA),
KEINGINAN UNTUK HIDUP DALAM ALAM BERBENTUK
(RUPARAGA), KEINGINAN UNTUK HIDUP DI ALAM
TANPA BENTUK (ARUPARAGA), SIFAT SOMBONG
(MANO), DAN SEBAGAINYA. SEGALA GODAAN MARA
TIADA DAPAT MENANGGALKAN TEKAD PERTAPA
SIDDHARTA, DAN JUGA TIDAK DAPAT MEROBOHKAN
KEKOKOHAN POHON BODHI YANG MELINDUNGI
BELIAU.
 DASA SAMYOJANA (10 BELENGGU BATIN)

DENGAN KEKUATAN PRIBADI DALAM SAMADHI,

PERTAPA SIDDHARTA TELAH DAPAT MENGATASI SERTA

MELENYAPKAN 10 BELENGGU BATIN KEHIDUPAN

MANUSIA ( DASA SAMYOJANA) YAITU :

1. SAKKAYADITTHI : KESESATAN YANG
MENGHAYALKAN ADANYA SUATU ROH ATAU DARI
KEKAL ABADI.
2. VICIKICCHA : KERAGU-RAGUAN TERHADAP
DHAMMA.
3. SILABBATAPARAMASA : MENGANGGAP BHAWA
UPACARA-UPACARA LAHIRIAH SEMATA-MATA
DAPAT MENGHASILKAN KESUCIAN DAN
PEMBEBASAN.
 4. KAMARAGA : PERSAAN DAN KEINGINAN NAFSU-
NAFSU INDRINYA.
5. PATHIGA : KEMAUAN JAHAT, KEBENCIAN.
6. RUPARAGA : KEINGINAN UNTUK HIDUP DI ALAM
BERBENTUK/BERWUJUD.
7. ARUPARAGA : KEINGINAN UNTUK HIDUP DI ALAM
TIDAK BERBENTUK/TIDAK BERWUJUD.
8. MANA/MANO : KEANGKUHAN/KESOMBONGAN.
9. UDDHACA : KETIDAK TENTRAMAN
BATIN/KEGONCANGAN PIKIRAN.
10. AVIJJA : KETIDAK TAHUAN/ KEGELAPAN BATIN.
 TERCAPAINYA SAMYAK SAMBODHI

PADA SAAT BULAN PURNAMA SIDDHI BULAN

VESAKH TAHUN 588 SM, KETIKA TEPAT BERUSIA 35

TAHUN, PETAPA SIDDHARTA TELAH MENCAPAI

SAMYAK SAMBODHI, MENJADI ACCHARIYA MANUSSA

(GURU MAMNUSIA), SERTA DEVA (JUGA PARA DEWA).

 BELIAU TELAH MENJADI BUDDHA YANG MAHA
SEMPURNA, YANG MAHA TAU. BELIAU TELAH
MENDAPATKAN JALAN UNTUK MELEPASKAN
MANUSIA DARI PENDERITAAN DENGAN JALAN
TENGAH (MAJJHIMA PATIPADA) YANG DIKENAL
DENGAN NAMA ARIYA ATTHANGIKA MAGGA
(DELAPAN JALAN UTAMA).
MEMUTAR RODA DHAMMA (DHAMMA CAKKA
PAVATTANA)

SETELAH TERCAPAIANYA SAMYAK SAMBODHI, SANG

BUDDHA GAUTAMA BERPIKIR, “ KEPADA SIAPAKAH
PENEMUANKU INI AKAN KUAJARKAN. BAGI ORANG
KEBANYAKAN YANG TIDAK BERMINAT DAN TIDAK
DIPERCAYA KEPADA SANG TATHAGATA, LEBIH-LEBIH
LAGI BAGI MEREKA YANG MASIH DI CENGKRAM OLEH
NAFSU KEDUNIAWIAN, DHAMMA SANG TATGHATA INI
SANGAT DALAM ARTINYA, SUKAR UNTUK DILIHAT,
SULIT UNTUK DITERANGKAN. KALAU BEGITU
KEBENARAN INI AKAN TINGGAL SIA-SIA.
BELIAU LALU DENGAN MATA BATINNYA (DIBBA
CAKKHU) MELIHAT KEADAAN DUNIA, TERLIHAT
OLEHNYA MASIH ADA ORANG YANG DILIPUTI KABUT
KEMAYAAN. DIANTARANYA YANG BODOH, ADA YANG
PANDAI, ADA YANG SELALU BERKELUH KESAH, TAPI
ADA JUGA YANG SELALU TENANG DAN DAMAI.
MELIHAT KEADAAN DEMIKIAN, BELIAU LALU BERTEKAD
AKAN MEMBUKA MATA MASYARAKAT TENTANG
DHAMMANYA. TERUTAMA BAGI MEREKA YANG
MEMERLUKANNYA. SABDANYA : “TERBUKALAH JALAN
KESUCIAN BAGI MEREKA YANG YAKIN!”. SELAMA 45
TAHUN SANG BUDHA GAUTAMA BERKELANA
MENGAJARKAN DHAMMANYA DARI SUATU TEMPAT KE
TEMPAT YANG LAIN, DARI SATU DAERAH YKE DAERAH
YANG LAIN, MELALUI HUTAN-HUTAN, BUKIT, LEMBAH
DAN GUNUNG.
 PESAN-PESAN/ KATA-KATA TERAKHIR

PESAN-PESAN TERAKHIR SANG BUDDHA KEPADA

PARA SISWANYA :
1. WALAUPUN SIDDHARTA TELAH PERGI, NAMUN
BUDDHA TETAP ADA. BUDDHA YANG KEKAL ITU
TERDAPAT DALAM KEBENARAN YANG BELIAU
AJARKAN. DHAMMA ADALAH PENGGANTI BELIAU.
2. AGAR SISWA-SISWANYA TIDAK FANATIK. BILAMANA
PERLU, ATURAN-ATURAN YANG KURANG PENTING
DAPAT DITIADAKAN DAN DISESUAIKAN DENGAN
KEADAAN ZAMAN, ASAL INTISARINYA TIDAK
BERUBAH.
3. SISWA-SISWANYA YANG MASIH SANGSI DAN
MERAGUKAN DHAMMA YANG BELIAU AJARKAN AGAR
MEMINTA PENJELASAN-PENJELASAN YANG BERAKHIR.
 MENCAPAI MAHA PARINIBBANA
PADA USIA 80 TAHUN, Y.M.S. BUDDHA
GAUTAMA TELAH MENCAPAI MAHA PARIBBANA DAN
JASMANI DUNIAWINYA MANGKAT DI KAUSINARA.
SAAT ITU JUGA BULAN VESAKH PURNAMA SIDDHI,
TAHUN 543 SM.
SEBELUM MENCAPAI MAHA PARINIBBANA,
BELIAU BERSABDA, “ PERHATIKANLAH, PARA SISWA,
KAMI AKAN MEMBERI NASEHAT PADAMU. SEGALA
SESUATU ITU SELALU BERUBAH, TETAPI KEBENARAN
(DHAMMA) ITU SELAMANYA KEKAL. DENGAN RAJIN
DAN SADAR, KERJAKANLAH SEGALA SESUATU ITU
UNTUK KEBEBASAN.
 III.2 PERKEMBANGAN BUDDHISME

PADA AWALNYA BUDDHISME DIANGGAP SEBAGAI

PANDANGAN YANG NEGATIF, KARENA BERFOKUS
PADA APA YANG HARUS DIHINDARI BUKAN PADA APA
YANG HARUS DI TERIMA. PENGETAHUAN YANG
DIHARGAI ADALAH PENGETAHUAN YANG BERGUNA
DALAM MENCAPAI PENCERAHAN. DAN PADA
AKHIRNYA BUDDHISME MULAI TERPECAH KETIKA
PARA PENGANUUTNYA BERUSAHA UNTUK
MENJELASKAN SECARA EKSPLISIT TENTANG MAKNA
IMPLISIT DARI FILOSOFI DAN SUTTA-SUTTA AJARAN
BUDDHA (WIKIPEDIA, 2007).
SETELAH SANG BUDHA PARINIBBANA, 500 BHIKKHU
MELAKUKAN PERTEMUAN SANGHA YANG PERTAMA DI
RAJAGAHA, DI BAWAH PIMPINAN KASYAPA. UPALI
MENGULANGI KEMBALI PERATURAN SANGHA
(VINAYA) SESUAI INGATANNYA. ANANDA, SEPUPU,
TEMAN DAN MURID KESAYANGAN SANG BUDDHA-
ORANG YANG DENGAN INGATAN YANG LUAR BIASA-
MENGULANGI KEMBALI AJARAN SANG BUDDHA
(SUTTA). PARA BHIKKHU MEMPERDEBATKAN DETAIL-
DETAIL DAN MEMUTUSKAN VERSI FINALNYA.
HASIL INILAH YANG KEMUDIAN DISETUJUI UNTUK DI

INGAT OLEH PARA BHIKKHU LAINNYA, DAN

DITERJEMAHKAN KEDALAM BERBAGAI BAHASA YANG

ADA DI DAERAH INDIA. HARUS DIPERHATIKAN

BAHWA SEBELUMNYA BUDDHISME DISAMPAIKAN

SECARA ORAL SELAMA LEBIH DARI 200 TAHUN.

BEBERAPA ABAD KEMUDIAN, KESATUAN AWAL
BUDDHISME MULAI TERPECAH. PERPECAHAN YANG
PALING SIGNIFIKAN TERJADI SETELAH PERTEMUAN
SANGHA KE-2 DI VAISALI, 100 TAHUN SETELAH
PERTEMUAN PERTAMA. SETELAH PERDEBATAN
ANTARA KELOMPOK TRDISIONAL DAN KELOMPOK
YANG LEBIH LIBERAL, KELOMPOK LIBERAL PERGI DAN
MENYEBUT DIRI MEREKA “MAHASANGHA”. MEREKA
PADA AKHIRNYA BERKEMBANG MENJADI ALIRAN
MAHAYANA DI ASIA UTARA. KELOMPOK TRADISIONAL
KEMUDIAN DIKENAL SEBAGAI ALIRAN THERAVADA
DAN BERKEMBANG DI SRI LANKA DAN SEBAGIAN
BESAR ASIA TENGGARA. (BOEREE,2004)
DALAM PERKEMBANGAN SELANJUTNYA, BUDDHISME
TERBAGI ATAS BERBAGAI ALIRAN ATAU SEKTE, YANG
MASING-MASING BERADA DALAM UPACARA
KEBAKTIAN MAUPUN FALSAFAHNYA. AKAN TETAPI,
SEKALIPUN TERDAPAT PERBEDAAN ALIRAN DAN
SEKTE, NAMUN SEMUANYA MEMILIKI LANDASAN-
LANDASAN POKOK YANG SAMA, YANG BERSUMBER
PADA AJARAN Y.M.S. BUDDHA SAKYAMUNI GAUTAMA.
 SECARA UMUM, BUDDHISME TERBAGI ATAS :
(ROESLI,1997)
1. ALIRAN SELATAN (THERAVADA/HINAYANA)
MEMPERAKTEKKAN AJARAN SANG BUDDHA
GAUTAMA DENGAN TIDAK MENGUTAMAKAN
UPACARA-UPACARA KEAGAMAAN YANG RUMIT,
BAHKAN MEMPERTAHANKAN KESEDERHANAAN.
2. ALIRAN UTARA (MAHAYANA)
DIPELOPORI BUDDHAGHOSA ATAU ASHVAGHOSA,
PUJANGGA TERNAMA KITAB “MAHAYANA
SHRADDHOTPADA SHASTRA” (BANGUNNYA
KEYAKINAN/ SADDHA MAHAYANA).
MAHAYANA LEBIH MENITIKBERATKAN KEBAKTIAN
PADA SANG TRI RATNA SERTA PARA BODHISATTVA
MAHASATTVA, DENGAN DEMIKIAN DAPAT
MEMUASKAN UMAT BUDDHIS BAIK YANG SEDERHANA
JALAN PIKIRANNYA MAUPUN PARA CENDIKIAWAN.
3. ALIRAN TIBET (VAJRAYANA) DAN ALIRAN ZEN
KEDUA ALIRAN INI MENITIKBERATKAN PADA MEDITASI
GUNA MENCAPAI PENERANGAN SEMPURNA SEBAGAI
JALAN BERPENDEK UNTUK MENYELAMI DHAMMA DAN
MENCAPAI PEMBEBASAN (NIBBANA).
 III.3 INTI BUDDHISME

INTI DARI BUDDHISME TERDIRI DARI :

1. CATTARI ARIYA SACCANI (EMPAT KESUNYATAAN
MULIA TENTANG DUKKHA)
2. ARIYA ATTHANGIKA MAGGA (DELAPAN JALAN
UTAMA)
3. TILAKKHANA (TIGA CORAK UMUM/UNIVERSAL)
4. PATTICA SAMUPPADA (HUKUM SEBAB-AKIBAT
YANG SALING BERGANTUNG)
5. KARMA PALA (HUKUM KARMA) DAN
PUNARBHAVA(HUKUM TUMIMBAL LAHIR)
CATTARI ARIYA SACCANI (EMPAT KESUNYATAAN
MULIA TENTANG DUKKHA)
1. DUKKHA (KESUNYATAAN TENTANG DUKKHA)
MENURUT AJARAN SANG BUDDHA, DUKKHA
ADALAH SUTAU KESUNYATAAN YANG MULIA.
HIDUP DALAM BENTUK YANG BAGAIMANAPUN
ADALAH DERITA. DALAM ALAM SEMESTA KITA INI
PENUH DENGAN SEGALA JENIS PENDERITAAN,
YANG TERUTAMA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
A. KELAHIRAN
B. USIA LANJUT
C. PENYAKIT
D. KEMATIAN
E. BERTEMU DENGAN ORANG-ORANG YANG TIADA
DISENANGI ATAU DI BENCI
F. BERPISAH DENGAN ORANG YANG KITA
CINTAI/SUKAI
G. KEINGINAN YANG TIADA TERCAPAI
H. KELIMA KELOMPOK KEHIDUPAN (5 KHANDA)
MENYALA PENDEK KATA, SEGALA UNSUR
KEHIDUPAN, BAIK JASMANI (RUPA) MAUPUN BATIN
(NAMA) ADALAH DUKKHA.
 DALAM KENYATAANNYA, TIDAK ADA
“KEBAHAGIAAN” MAUPUN “PENDERITAAN” YANG
BERSIFAT OBJEKTIF. APA YANG KITA ANGGAP
SEBAGAI “KEBAHAGIAAN” SESUNGGUHNYA HANYA
“BERKURANG PENDERITAAN”.
2. DUKKHA SAMUDAYA (KESUNYATAAN TENTANG
SEBAB MUSABAB DUKKHA)
ASAL MULA DUKKAHA ADALAH TANHA ATAU
KEHAUSAN,KEINGINAN YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KENIKMATAN NAFSU INDERA, YANG
SELALU MENCARI KESENANGAN BARU DAN
MENGAKIBATKAN TUMIMBAL LAHIR DALAM
LINGKARAN RODA PERPUTARAN SAMSARA.
 SANG BUDDHA MENGAJARKAN TENTANG ASPEK
TANHA PUNARBHAVIKA,YAKNI “KEINGINAN (TANHA)
ADALAH SEBAB MUSABAB DARI TUMIMBAL LAHIR.
KEINGINAN (TANHA ) MEMELIHARA TETAP
BERLANGSUNGNYA PROSES KEHIDUPAN”. JIKA KITA
BERMAKSUD MENGAKHIRI PROSES TERSEBUT, SATU-
SATUNYA JALAN IALAH DENGAN MENAKLUKKAN
TANHA KITA SENDIRI.
3. DUKKHA NIRODHA (KENYATAAN TENTANG
LENYAPNYA DUKKHA)
DENGAN LENYAPNYA KEINGINAN (TANHA) MAKA
PROSES KEHIDUPAN DENGAN SEGALA
PENDERITAANNYA PUN TIDAK AKAN BERLANGSUNG
TERUS. INTINYA, DUKKHA HANYA DAPAT LENYAP
DENGAN PADAMNYA TANHA, YANG BERARTI JUGA
BERHENTINYA TUMIMBAL LAHIR SERTA
TERCAPAINYA PEMBEBASAN (NIBBANA).
4. DUKKHA NIRODHAGAMINI PATIPADA

(KESUNYATAAN TENTANG JALAN MENUJU

LENYAPNYA DUKHA)

JALAN MENUJU LENYAPNYA DUKKHA DISEBUT

DELAPAN JALAN UTAMA.

ARRIYA ATTANGIKA MAGGA (DELAPAN JALAN
UTAMA)

JALAN MENUJU LENYAPNYA DUKKHA DISEBUT

DELAPAN JALAN UTAMA,TERDIRI ATAS :
A. SAMMA-DITTHI (PENGERTIAN BENAR)
PENGERTIAN TENTANG HAKEKAT HIDUP YANG
DILUKISKAN DALAM EMPAT KESUNYATAAN MULIA.
B. SAMMA-SANKAPPA (PIKIRAN BENAR)
PIKIRAN YANG BERSIH DAN BEBAS DARI LOBHA
(KETAMAKAN), DOSA (KEBENCIAN) DAN MOHA
(KEBODOHAN). PIKIRAN YANG PENUH CINTA
KASIH , BELAS KASIHAN DAN SIMPATI.
C. SAMMA-VACA (UCAPAN BENAR)
UCAPAN YANG BEBAS DARI DUSTA, FITNAH,
HARDIKAN, MEMBICARAKAN KEBURUKAN ORANG
LAIN DAN BEBAS DARI UCAPAN YANG MENYAKITI HATI
ORANG LAIN.

D. SAMMA-KAMMANTA (PERBUATAN BENAR)

PERBUATAN YANG DAPAT MENJUNJUNG TINGGI
AGAMA, MENGHORMATI AYAH BUNDA, ORANG TUA
DAN PARA GURU KITA. KITA HARUS TULUS
IKHLAS,JUJUR, SOPAN SANTUN, BELAS KASIHAN,
SUSILA DAN SEDERHANA.
E. SAMMA-AJIVA (PENCAHARIAN BENAR)
MEMPUNYAI MATA PENCAHARIAN YANG TIDAK
MERUGIKAN MENUSIA DAN MAKLHUK LAIN.
F. SAMMA-VAYAMA (DAYA UPAYA BENAR)
BERUSAHA UNTUK MEMPERBAIKI DIRI SENDIRI
DALAM SEGALA BIDANG.
G. SAMMA-SATI (KESADARAN/PERHATIAN BENAR)
MEMPERHATIKAN DENGAN BENAR DAN SEKSAMA
GERAK-GERIK JASMANI, PERASAAN, PIKIRAN DAN
KESADARAN KITA DENGAN MENOLAK SEGALA BENTUK
PIKIRAN YANG MEMBENCI, SERAKAH DAN IRI HAHTI
YANG MERUPAKAN SUMBER DARI PADA KEJAHATAN
DAN PENDERITAAN.
H. SAMMA-SAMADHI (KONSENTRASI BENAR).
PEMUSATAN PIKIRAN YANG TUNGGAL, TERARAH PADA SUATU
OBJEK YANG DIPILIH SEHINGGA MENCAPAI JHANA.
PELAKSANAAN DELAPAN JALAN UTAMA DAPAT
DIRINGKAS MENJADI :
A. SILA (TATA SUSILA/ MORALITAS) MENCAKUP SAMMA-
DITTHI, SAMMA-SANKAPPA, DAN SAMMA-VACA.
B. SAMADHI(PEMBINAAN MENTAL) MENCAKUP SAMMA-
KAMMANTA, SAMMA-AJIVA DAN SAMMA-VAYAMA.
C. PANNA (KEBIJAKSANAAN LUHUR) MENCAKUP SAMMA-SATI
DAN SAMMA-SAMADHI.
TILAKKHANA (TIGA CORAK UMUM/UNIVERSAL)

MENJELASKAN BAHWA SESUATU YANG TERBENTUK

DAN SALING BERGANTUNGAN ADALAH :
1. ANNICA (TIDAK KEKAL)
ARTINYA KETIDAK KEKALAN DALAM DUNIA DAN
ALAM SEMESTA, BAIK UNSUR MATERI MAUPUN
BATIN SELALU DICENGKRAM OLEH PROSES
PERUBAHAN YANG TERJADI TERUS-MENERUS. BAIK
BENDA MAUPUN MANUSIA SELALU MEMPUNYAI
EMPAT PROSES YANG SELALU BERUBAH, YAITU :
BENTUK/MUNCUL, BERKEMBANG, MENJADI
LAPUK DAN AKHIRNYA MUSNAH/MATI.
 ALAM SEMESTA INI MENGALAMI PERUB AHAN
YANG TIADA HENTI-HENTINYA DAN TIADA PUTUS-
PUTUSNYA. TIDAK TERDAPAT SESUATU BAIK BENDA
MAUPUN MANUSIA ATAUPUN PIKIRAN YANG TETAP
SAMA SELAMA DUA SAAT YANG BERTURUT-TURUT.
KEDUA FAKTOR, YAITU PEMBENTUKAN (UPPADA) DAN
KEMUSNAHAN (NIRODHA) TETAP BERLANGSUNNG
TERUS, TIDAK BERHENTI WALAUPUN SEKEJAP. HUKUM
INI BERJALAN TANPA BATAS, DAN BERLAKU BAGI
SEBUTIR DEBU YANG PALING KECIL SAMPAI PADA
MANUSIA DAN BINTANG-BINTANG SERTA PLANET-
PLANET DI ANGKASA.
2. DUKKHA (TERCENGKERAM DERITA)
DUKKHA BERSUMBER DARI NAFSU KEINGINAN
(TANHA) DAN KETIDAK TAHUAN (AVIJJA). BAGI
MEREKA YANG TIDAK TERCAPAI KEINGINAN-
KEINGINANNYA AKAN MERASA GELISAH DAN
MENDERITA BAIK LAHIR MAUPUN BATIN.
DUKKHA ADALAH KESUNYATAAN YANG SECARA WAJAR
MENYERTAI KESUNYATAAN TENTANG KETIDAK
KEKALAN (ANICCA) DAN KEKOSONGAN TANPA DIRI
(ANATTA). PADA HAKEKATNYA, TIADA TERDAPAT
SUATU “ZAT” ATAU “INTI” YANG KEKAL, YANG DAPAT
KITAPEGANG SEBAGAI JAMINAN UNTUK
MENDAPATKAN KATENTRAMAN DAN KEPUASAN.
3. ANATTA (TIDAK MEMPUNYAI INTI YANG KEKAL,

TANPA DIRI, TANPA AKU)

ANATTA ARTINYA TANPA “AKU”, ”PRIBADI”, ”SUKMA”,

ATAU ”TANPA DIRI” YANG KEKAL DAN TIADA BERUBAH.

MENURUT BUDDHA DHAMMA, PADA DIRI MANUSIA

TIDAK ADA SESUATU ZAT INTI ATAU SUKMA YANG

KEKAL ABADI SELAIN NAMA DAN RUPA.

PATICCA SAMUPPADA (HUKUM SEBAB-AKIBAT
YANG SALING BERGANTUNGAN)

PATTICA SAMUPPADA BERARTI POKOK

PERMULAAN YANG SALING BERGANTUNGAN ATAU
“MUNCUL BERSAMAAN KARENA SYARAT-SYARAT YANG
SALING BERGANTUNGAN”. ISTILAH TERSEBUT DAPAT
PULA DIARTIKAN TIDAK ADA SESUATU YANG TIMBUL
TANPA BERGANTUNG KEPADA SUATU SEBAB YANG
MENDAHULUINYA DANTIADA SESUATU YANG TIMBUL
TANPA MENIMBULKAN SESUATU YANG
MENGIKUTINYA. PROSES INI BERLANGSUNG TERUS
MENERUS.
 SEBENARNYA ILMU PENGETAHUAN TIDAK
PERNAH BERHASIL MENEMUKAN “SEBAB YANG
PERTAMA” ATAU “AKIBAT YANG TERKHIR” ITU. SANG
BUDDHA PUN TIDAK PERNAH MEMPERBINCANGKAN
SOAL-SOAL YANG DILUAR KEMAMPUAN MANUSIA
YANG OLEH BELIAU DINAMAKAN “RIMBA PENDAPAT”
YANG TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN DAN HANYA
MENIMBULKAN PERSOALAN-PERSOALAN YANG TIDAK
KONKRIT.
PADA HAKIKATNYA, HUKUM PATICCA SAMUPPADA
TIDAK MENYELIDIKI MASALAH “SEBAB YANG
PERTAMA” ATAU “AKIBAT YANG TERAKHIR”, SEBAB
KOSEPSI ITU BERTENTANGAN DENGAN PRINSIP
PATICCA SAMUPPADA SENDIRI.
SANG BUDDHA BERSAMADHI SAMBIL MERENUNGKAN
SEBAB-MUSABAB DARIPADA KEMATIAN, KELAPUKAN
DAN KESENGSARAAN.
BERBEDA DENGAN ORANG-ORANG LAIN, AYANG ADA
PADA WAKTU ITU MASIH BANYAK DILIPUTI
KETAKHAYULAN. BELIAU TIDAK PERCAYA BAHWA
PENDERITAAN MANUSIA DISEBABKAN MURKANYA
DEWI-DEWI YANG BERMACAM-MACAM. BELIAU
MEMPERGUNAKAN AKAL PIKIRAN UNTUK
MENGUSUT PERSOALAN TERSEBUT SEHINGGA
PENYELIDIKAN-PENYELIDIKANNYA BERSIFAT ILMIAH.
BERDASARKAN HUKUM PATICCA SAMUPPADA,
BELIAU DAPAT MENCARI SEBAB-MUSABAB
PENDERITAAN MANUSIA. KEPADA PARA SISWANYA,
SANG BUDHA MENJELASKAN DAN MENGURAIKAN
APAKAH SEBAB-MUSABAB PENDERITAAN MANUSIA
BERDASARKAN HUKUM PATICCA SAMUPPADA
SEBAGAI BERIKUT :
1. AVIJJA PACCAYA SANKHARA
DENGAN ADANYA KETIDAKTAHUAN (AVIJJA)
MAKA TERJADILAH BENTUK-BENTUK KARMA.
ORANG BERPEGANGAN PADA ADANYA “DIRI”
DAN MELAKUKAN BERMACAM-MACAM KARMA
DENGAN PIKIRAN, UCAPAN DAN PERBUATAN.
2. SANKHARA PACCAYA VINNANANG
DENGAN ADANYA BENTUK-BENTUK KARMA MAKA
TERJADILAH KESADARAN (VINNANA). KESADARAN
MERUPAKAN BUAH/AKIBAT DARI BENTUK-BENTUK
KARMA YANG MENDAHULUINYA.
3. VINANA PACCAYA NAMARUPANG
DENGAN ADANYA KESADARAN, MAKA TERJADILAH
BATIN DAN JASMANI (NAMARUPA). KESADARAN INI
MENYAMBUNG KEMBALI DARI KEHIDUPAN YANG
LAMPAU KEDALAM KEHIDUPAN YANG SEKARANG.
4. NAMARUPA PACCAYA SALATAYANANG
DENGAN ADANYA BATIN DAN JASMANI MAKA
TERJADILAH ENAM INDRIYA(SALAYATANA). KEENAM
LANDASAN INDRIYA ITU, SEMUA OBJEK YANG DAPAT
DICERAP MUNCUL SERENTAK DENGAN NAMARUPA.
5. SALATAYANA PACCAYA PHASSO
DENGAN ADANYA ENAM INDRIYA MAKA
TERJADILAH KONTAK (PHASSA). SEANDAINYA KITA
TIDAK BERMATA, TIDAK ADA OBJEK YANG AKAN
DILIHAT MAKA TIDAK AKAN TERJADI SUATU
KONTAK.
6. PHASSA PACCAYA VEDANA
DENGAN ADANYA KONTAK, MAKA TERJADILAH
PERASAAN (VEDANA). BILAMANA INDRIYA-
INDRIYA KITA BERHUBUNGAN DENGAN DUNIA
LUAR DI SEKELILING KITA, DISITULAH BARU KITA
MERASAKAN SESUATU.
7. VEDANA PACCAYA TANHA
DENGAN ADANYA PERASAAN, MAKA TERJADILAH
KEHAUSAN (TANHA). ANDAI KATA KITA
MEMPEROLEH PERASAAN YANG MENYENANGKAN,
KITA BERKEINGINAN UNTUK MENIKMATINYA.
8. TANHA PACCAYA UPADANANG
DENGAN TERJADINYA KEHAUSAN MAKA
TERJADILAH KEMELEKATAN (UPADANA). JIKALAU
TIDAK ADA KEINGINAN, BAGAIMANA SEORANG
DAPAT MEMILIKI KEMELEKATAN/ IKATAN ?
9. UPADANA PACCAYA BHAVO
DENGAN ADANYA KEMELEKATAN MAKA
TERJADILAH PROSES PENJELMAAN (BHAVA).
KEHIDUPAN KITA INI MERUPAKAN SUATU
RANGKAIAN IKATAN-IKATAN YANG TIADA HENTI-
HENTINYA UNTUK MENGEJAR KEINGINAN-
KEINGINAN DAN MEMUASKAN NAFSU-NAFSU KITA
DI DUNIA INI. ARUS PENJELMAAN BERGANTUNG
PADA KEMELEKATAN.
10. BHAVA PACCAYA JATI
DENGAN ADANYA PROSES PENJELMAAN MAKA
TERJADILAH KELAHIRAN (JATI). KELAHIRAN TIDAK
AKAN MUNGKIN JIKA SEBELUMNYA TIADA ARUS
PENJELMAAN DARI PRIBADI MANUSIA.
11. JATI PACCAYA JARAMARANANG
DENGAN ADANYA KELAHIRAN, TERJADILAH
KELAPUKAN, SAKIT, KEMATIAN (JARAMARANA). DAN
SEBALIKNYA, KEMATIAN, KELAPUKAN DAN
KESENGSARAAN BERGANTUNG KEPADA KELAHIRAN.
SEMUANYA ITU HANYA DAPAT TIMBUL SETELAH
SESEORANG DILAHIRKAN.
12. JARAMARANA
KELAPUKAN, HARI TUA, KEMATIAN JUGA
MERUPAKAN RANTAI DERITA ( KELAHIRAN, SUSAH
HATI, SAKIT, PUTUS ASA, MATI DAN SEBAGAINYA).
TIADA SESUATU YANG TIMBUL DARI KEKOSONGAN.
SESUATU SELALU DIHASILKAN DARI SESUATU YANG
LAIN, YANG TELAH ADA LEBIH DAHULU.
BEGITULAH KEHIDUPAN INI TIMBUL, BERLANGSUNG
DAN BERSAMBUNG TERUS-MENERUS. APABILA KITA
AMBIL URUTAN KE-12 NIDANA INI, DALAM ARTI YANG
SEBALIKNYA, MAKA KITA SAMPAI PADA PROSES
PENGHENTIAN DARI PROSES TERSEBUT. AKAN TETAPI,
HARUS DIPAHAMI PULA, BAHWA TIAP-TIAP POKOK
YANG TERSEBUT DI ATAS ITU “TERJADI” OLEH PATICCA
SAMUPPADA DAN JUGA BERBARENGAN
“MENJADIKAN” PATICCA SAMUPPADA. OLEH KARENA
ITU, MEREKA SEMUA RELATIF ATAU SALING
BERGANTUNGAN SATU SAMA LAIN DAN TIDAK DAPAT
BERDIRI SENDIRI.
SEGALA SESUATU DIALAM SEMESTA INI BERSIFAT
BERUBAH DAN SEMENTARA. ORANG YANG TELAH
MENYELAMI DAN MENEMBUS AKAN
KEBENARAN/KEBIJAKSANAAN TERTINGGI TIDAK
MUNGKIN AKAN BERANGGAPAN BAHWA SESUATU
ITU TETAP ADANYA SELAMA DUA SAAT YANG
BERTURUT-TURUT. DENGAN DEMIKIAN, ORANG
TERSEBUT TIDAK AKAN TERCENGKRAM OLEH
KETIDAKTAHUAN (AVIJJA) SERTA TIDAK AKAN
MEMBUAT KARMA DALAM BERBAGAI BENTUK
(SANKHARA) LAGI.
KESIMPULAN HUKUM PATICCA SAMUPPADA :
1. HIDUP MERUPAKAN PROSES YANG TIDAK PUTUS-
PUTUSNYA DARI BENTUK NAMA-RUPA.
2. YANG TURUN KE DALAM KANDUNGAN IBU IALAH
VINNANA, DAN BUKAN SUKMA, ROH ATAU
NYAWA YANG KEKAL.
3. NAMA-RUPA DAN SALAYATANA MUNCUL
BERBARENGAN DAN BERSAMAAN.
4. HUKUM PATICCA SAMUPPADA HARUS DITINJAU
SEBAGAI SUATU LINGKARAN YANG SAMBUNG-
MENYAMBUNG DAN BUKAN SEBAGAI MATA
RANTAI YANG TERLEPAS.
KARMA PHALA (HUKUM KARMA) DAN PUNARBHAVA
(HUKUM TUMIMBAL LAHIR)
KARMA BERARTI PERBUATAN ATAU HUKUM SEBAB
AKIBAT, YANG DALAM ARTI UMUM MELIPUTI SEMUA
JENIS KEHENDAK (CETANA) DAN MAKSUD PERBUATAN,
BAIK MAUPUN BURUK, LAHIR ATAU BATIN, PERBUATAN
JASMANI ATAUPUN DENGAN KATA-KATA LISAN ATAU
DENGAN PIKIRAN YANG TERJADI KARENA ADANYA
KEHENDAK (CETANA). SANG BUDDHA BERSABDA,
“KEHENDAK UNTUK BERBUAT (CETANA), ITULAH YANG
KAMI NAMAKAN KARMA”.
HUKUM KARMA DISEBUT JUGA HUKUM SEBAB-
AKIBAT DAN KARMA PHALA (HASIL) ATAU KARMA
VIPAKA (AKIBAT). DEFENISI HUKUM KARMA ADALAH
SEMUA PERBUATAN, BAIK ATAUPUN BURUK YANG
DILAKUKAN OLEH PIKIRAN, UCAPAN DAN PERBUATAN
JASMANI AKAN MENGAKIBATKAN HASIL (PHALA)
ATAU MEMBAWA AKIBAT (VIPAKA).
OLEH SEBAB ITU, KITA HARUS MENYADARI BAHWA
SEGALA KEADAAN KITA ADALAH HASIL DARIPADA APA
YANG KITA PIKIRKAN. ANDAIKATA KITA BERBUAT
DENGAN PIKIRAN BAIK MAKA KEBAHAGIAAN AKAN
MENGIKUTI KITA. SEBALIKNYA, JIKALAU KITA BERPIKIR,
BERKATA DAN BERBUAT DENGAN PIKIRAN JAHAT
MAKA AKIBATNYA KITA AKAN DITIMPA PENDERITAAN.
TANPA MEMAHAMI HUKUM KARMA, MANUSIA
UMUMNYA AKAN MELIHAT KEPINCANGAN-
KEPINCANGAN HIDUP YANG SANGAT KURANG ADIL
KELIHATANNYA ,NAMUN TIDAK DEMIKIAN HAL YANG
SEBENARNYA. PADA HAKIKATNYA, HUKUM KARMA
ADALAH SANGAT ADIL, BIJAKSANA, MAHA PENGASIH-
PENYAYANG PADA SEMUA MAKHLUK TANPA
MEMBEDA-BEDAKAN.
KEADAAN HIDUP MANUSIA YANG BERBEDA-BEDA ITU
DISEBABKAN PERBUATAN-PERBUATAN DIRINYA
SENDIRI, BAIK PADA MASA SEKARANG ATAUPUN
DALAM KEHIDUPANNYA YANG LAMPAU. KARMA
SEKARANG INI MERUPAKAN BUAH DARI PERBUATAN
YANG TELAH DILAKUKANNYA DAHULU.
SANG BUDDHA PERNAH BERSABDA :
“SESUAI DENGAN BENIH YANG TELAH DITABUR,
DEMIKIANLAH BUAH YANG AKAN DIPETIKNYA.
PEMBUAT KEBAIKAN AKAN BEROLEH KEBAIKAN,
PEMBUAT KEJAHATAN AKAN BEROLEH KEJAHATAN
PULA “.
(SAMYUTTA NIKAYA 1:227)
MANUSIA ADALAH AHLI WARIS DARI PERBUATAN-PERBUATANNYA
SENDIRI, TANPA ADANYA CAMPUR TANGAN DARI PARA MAKHLUK
LAIN, TIADA DEWA ATAUPUN DEWATA AGUNG LAIN YANG DAPAT
MEMBEBASKAN MANUSIA DARI SEGALA PNDERITAANNYA, SELAIN
ATAS USAHA-USAHA MANUSIA ITU SENDIRI. NASIB MANUSIA
DITENTUKAN OLEH MANUSI SENDIRI SESUAI DENGAN
PERBUATANNYA MASING-MASING.
SEGALA PERBUATAN KITA YANG LALU,
MENGHASILKAN KEADAAN KITA YANG SEKARANG INI;
DAN PERBUATAN-PERBUATAN KITA YANG SEKARANG
INILAH YANG AKAN MENENTUKAN CORAK HIDUP
KITA DIMASA-MASA YANG AKAN DATANG. HUKUM
KARMA MELIPUTI DAN BERLAKU UNTUK TIGA MASA
KEHIDUPAN: MASA SEKARANG, MASA SILAM DAN
MASA YANG AKAN DATANG. PUNARBHAVA (HUKUM
TUMIMBAL LAHIR) ATAU HUKUM KELAHIRAN
KEMBALI MERUPAKAN SALAH SATU ASPEK DARI
BUDDHA DHAMMA DAN BERTALIAN SANGAT ERAT
DENGAN HUKUM KARMA. KONSEP TUMIMBAL LAHIR
ATAU KELAHIRAN KEMBALI PADA PRINSIPNYA MIRIP
DENGAN KONSEP REINKARNASI.
PERBEDAANNYA ADALAH PADA TUMIMBAL LAHIR TIDAK
ADA SUKMA KEKAL YANG BERPINDAH DARI SATU BADAN
KEBADAN YANG BARU. SEBAB DALAM BUDDHA
DHAMMA TIDAK DIKENAL APA YANG DINAMAKAN
SUKMA ABADI DI DALAM JASMANI KITA. KONSEP
PUNARBHAVA BERBEDA DENGAN REINKARNASI KARENA
ADANYA KONSEP ANATTA. KONSEP PUNARBHAVA SULIT
DIPAHAMI. DALAM BUDDHA DHAMMA, SUKMA, ROH
ATU BATIN TIDAKLAH KEKAL MELAINKAN MERUPAKAN
PROSES YANG SELALU BERGERAK DAN BERUBAH TERUS-
MENERUS. HANYA KENYATAAN TENTANG BERPROSESNYA
KEHIDUPAN YANG DAPAT DIKATAKAN KEKAL ABADI.
PUNARBHAVA BERLANGSUNG TERUS-MENERUS
AKIBAT TENAGA KARMA DAN AKAN BERHENTI
APABILA NAFSU-NAFSU KEINGINAN HIDU YANG
MENJADI TENAGA PENDORONG KEHIDUPAN INI TELAH
BERHENTI ATAU MUSNAH. HAL INILAH YANG DISEBUT
PEMBEBASAN TAU MENCAPAI NIBBANA, DAN TIDAK
MUNGKIN TERLAHIR KEMBALI UNTUK SELANJUTNYA.
SELAIN URAIAN DIATAS, DALAM BUDDHISME MASIH
TERDAPAT BEBERAPA HAL YANG PENTING SEPERTI :
1. TRI RATNA (YANG TERDIRI DARI BUDDHA,
DHAMMA, DAN SANGHA)
BUDHA ADALAH MANUSIA YANG SEMPURNA, YANG
DENGAN KEMAUAN DAN KEKUATAN SENDIRI TELAH
MENCAPAI PEMBEBASAN DAN KEBIJAKSANAAN
LUHUR .
BELIAU MENJADI GURU PARA DEWA DAN MANUSIA DAN
MENGAJARKAN KEPADA MANUSIA JALAN MENUJU
PEMBEBASAN. DHAMMA ADALAH AJARAN
KESUNYATAAN PEMBEBASAN YANG DITEMUKAN/
DISADARI DAN DIUNGKAP OLEH SANG BUDDHA.
DHAMMA BUKAN DIDASARKAN PADA KEPERCAYAAN
SEMATA TETAPI DIDASARKAN PADA PANDANGAN
TERANG (VIPASSANA) SERTA KEBENARAN
(KESUNYATAAN) YANG MENGUNGKAP HAKIKAT
KEHIDUPAN DAN MENUNTUT MANUSIA MENUJU
PEMBEBASAN (NIBBANA). DHAMMA MELIPUTI ETIKA
LUHUR TETAPI REALISTIS, ANALISA KEHIDUPAN YANG
MENDALAM. FALSAFAH YANG TINGGI, METODE LATIHAN
MENTAL YANG PRAKTIS.
SANGHA ADALAH PERSAUDARAAN PARA
BHIKKHU/BHIKKHUNI YANG DIDIRIKAN OLEH SANG
BUDDHA GAUTAMA. BHIKKU/BHIKKUHUNI ADALAH
SISWA SANG BUDDHA YANG TELAH BERTEKAT UNTUK
HIDUP SECARA SEDERHANA DAN MENJALANKAN
VINAYA.
2. KONSEP EHIPASSIKO
BUDDHA DHAMMA MENGUNDANG SETIAP
PENGANUTNYA UNTUK “DATANG, TURUT SERTA,
LIHAT” DAN BUKAN AGAR DATANG DAN PERCAYA.
3. TRIPITAKA
KITA SUCI BUDDHISME YANG TERDIRI DARI SUTTA
PITAKA, VINAYA PITAKA DAN ABHIDHAMMA PITAKA.
MASING-MASING TERBAGI LAGI KEDALAM BEBERAPA
KITAB.
 BAB V
KESIMPULAN

BUDAYA BARAT SAAT INI MENGALAMI PERUBAHAN

YANG SANGAT DRAMATIS DAN TIDAK TERDUGA,
DARI APA YANG DISEBUT “MODERN” MENJADI
POSMODERN”. PERUBAHAN INI MUNCUL
DISEBABKAN DAN MENGAKIBATKAN KEBIMBANGAN
DAN KRISIS. PERUBAHAN PUN TERJADI DAN SALAH
SATUNYA ADALAH BERKEMBANGNYA BUDDHISME DI
DUNIA BARAT, HAL INI DISEBABKAN KARENA
TERDAPAT KEPARALELAN ANTARA BUDDHISME
DENGAN PANDANGAN POSMODERN.
MENURUT RITA GROSS (DALAM HENDERSON,1994),
SEORANG PROFESOR STUDI PERBANDINGAN AGAMA
DI UNIVERSITY OF WISCONSIN, BUDDHISME
MERUPAKAN SUATU AGAMA NON-THEISTIC, TIDAK
ADA PENYELAMAT EKTERNAL. BUDDHISME TIDAK
MENJELASKAN TENTANG SESUATU, PENCIPTA, TUHAN
YANG ABSOLUT. DENGAN DEMIKIAN PERNYATAAN
NIETZSCHE, SEORANG TOKOH POSMODERN, BAHWA
“TUHAN SUDAH MATI” TIDAK MEMPENGARUHI
BUDDHISME.
BUDDHISME TIDAK PERNAH MENYINGGUNG KONSEP
TUHAN, NAMUN BUKAN BERARTI TIDAK MENGENAL
TUHAN (ATHEIS).
BELIAU YANG MENDAHULUI SEGALA SESUATU
DISEBUT SANGHYANG ADIBUDHHA (ROESLI,1977).
PADA SAAT KEPERCAYAAN AKAN ADANYA TUHAN
MULAI DIRAGUKAN, KEYAKINAN AKAN AGAMA YANG
MEMILIKI KONSEP TUHAN YANG ABSOLUT JUGA
DIRAGUKAN. NAMUN DALAM BUDDHISME, TUHAN
TIDAK BERAWAL DAN TIDAK BERUBAH, MAKA
SESUATU YANG TIDAK BERAWAL, TIDAK MUNGKIN
BERAKHIR. SESUATU YANG TIDAK PERNAH
DILAHIRKAN, TIDAK AKAN PERNAH MATI.
CIRI LAIN MASA POSMODERN ADALAH PANDANGAN
BAHWA MANUSIA MERUPAKAN MAKHLUK UNGGUL
YANG HARUS BERUSAHA UNTUK DIRINYA SENDIRI,
MENJADI TUHAN BAGI DIRI SENDIRI.
HAL INI DAPAT DI SEJAJARKAN DENGAN PANDANGAN
BUDDHIS BAHWA SEMUA YANG ADA ADALAH
DISEBABKAN OLEH MANUSIA ITU DAN AKIBATNYA
MUNCUL PADA MANUSIA TERSEBUT JUGA, BUKAN
OLEH KEKUATAN LAIN DI LUAR DIRI MANUSIA
(HUKUM KARMA DAN PATICCA SAMUPPADA).
PANDANGAN POSMODERN MENYATAKAN BAHWA
“SELF” SEBENARNYA TIDAK ADA “SELF” TIMBUL
KARENA ADANYA INTERAKSI DENGAN DUNIA
SEKITARNYA. BUDDHISME MENJELASKAN KEADAAN
INI MELALUI ANATTA (BAGIAN DARI TILAKKHANA),
YANG MENYATAKAN TIDAK ADANYA “AKU”.
MENURUT BUDDHA DHAMMA, PADA DIRI MANUSIA
TIDAK ADA SESUATU ZAT INTI ATAU SUKMA YANG
KEKAL ABADI, DIRI MANUSIA HANYA NAMA DAN
RUPA (JASMANI DAN BATIN). DENGAN DEMIKIAN,
DAPAT DIKATAKAN BAHWA “SELF” DALAM
PANDANGAN BUDDHIS TIDAK LEBIH DARI SUATU EFEK
DARI INTERAKSI YANG TERJADI PADA PIKIRAN
SESEORANG. PANDANGAN POSMODERN
MENYATAKAN BAHWA PENGETAHUAN TIDAK
OBJEKTIF MELAINKAN BERSIFAT SUBJEKTIF,
KEBENARAN BERSIFAT PRAGMATIS DAN MENOLAK
KONSEP GRAND NARATIVE.
DALAM PANDANG BUDDHIS, SANG BUDDHA
MENGAJARKAN KEPADA UMAT MANUSIA TENTANG
KEBEBASAN BERPIKIR DAN KEBEBASAN DAN DOGMA-
DOGMA KARENA PADA HAKEKATNYA HANYA
MENGHAMBAT KEMAJUAN BATIN. DALAM KALAMA
SUTTA, SANG BUDDHA BERSABDA KEPADA SUKU
KALAMA:
“JANGAN PERCAYA APA-APA HANYA KARENA
MENDENGAR;
JANGAN PERCAYA KARENA ITU TRADISI WARISAN
LELUHUR KITA;
JANGAN PERCAYA KARENA KABAR ANGIN;
JANGAN PERCAYA KARENA ITU TERTULIS DALAM KITAB-
KITAB KUNO DAN DIANGGAP SUCI;
JANGAN PERCAYA KARENA ITU HANYA SANGKAAN;
JANGAN PERCAYA KARENA ITU TAK TERBANTAHKAN;
JANGAN PERCAYA KARENA ITU SEOLAH-OLAH BENAR
DAN LOGIS;
JANGAN PERCAYA KARENA PRASANGKA YANG TELAH
DIPERTIMBANGKAN TERHADAP SUATU BANGSA;
JANGAN PERCAYA KARENA HAL ITU KELUAR DARI
UCAPAN SEORANG GURU YANG TAMPAKNYA
MEMENUHI SYARAT;
BILA HAL-HAL TERSEBUT BAIK DAN MENIMBULKAN
KETENANGAN DAN KEBAHAGIAN BAGI SEMUA
MAKHLUK, MAKA TERIMALAH HAL-HAL TERSEBUT
SEBAGAI KEBENARAN DAN TAATLAH KEPADANYA,
DAN JADIKANLAH AJARAN-AJARAN TERSEBUT
SEBAGAI PEDOMAN HIDUPMU.”
BUDDHISME JUGA MENGENAL KONSEP EHIPASSIKO
YAITU TIDAK PERCAYA BEGITU SAJA TERHADAP
SESUATU, TETAPI “ DATANG, IKUT SERTA DAN LIHAT”
LAH TERLEBIH DAHULU. KITA TIDAK DAPAT
MEMAHAMI SESUATU BILA HANYA BERADA DILUAR
DAN MENGAMATI SAJA. UNTUK MEMAHAMI
SESUATU KITA HARUS BERADA DIDALAMNYA.
DENGAN DEMIKIAN, KEBENARAN DALAM
BUDDHISME BERSIFAT SUBJEKTIF DAN PRAGMATIS.
PANDANGAN POSMODERN TENTANG KEBENARAN
YAITU KEBENARAN SEBAGAI SESUATU YANG HANYA
DAPAT DITENTUKAN BERDASARKAN PARADIGMA
YANG DIGUNAKAN DAN TIDAK ADA KEBENARAN
YANG BERLAKU SECARA UNIVERSAL.
DALAM PANDANGAN BUDDHIS DIKENAL KONSEP
ANICA (KETIDAKKEKALAN),ARTINYA KETIDAKKEKALAN
SEGALA SESUATU DALAM DUNIA DAN ALAM
SEMESTA. TIDAK TERDAPAT SESUATU BAIK BENDA
MAUPUN MANUSIA ATAUPUN PIKIRAN YANG TETAP
SAMA SELAMA DUA SAAT YANG BERTURUT-TURUT.
SEHINGGA DAPAT DIKATAKAN BAHWA TIDAK ADA
KEBENARAN YANG TETAP DAN UNIVERSAL KARENA
SEGALA SESUATU SENANTIASA BERUBAH. SEGALA
DENGAN PANDANGAN POSMODERNISME,
BUDDHISME JUGA MENGAHARGAI HETEROGENITAS.
KETIKA SISWA-SISWANYA MENGUSIR SEORANG
SISWA YANG DIANGGAP MELANGGAR ATURAN DAN
AJARANNYA, SANG BUDDHA MENGATAKAN BAHWA
SEHARUSNYA SISWA TERSEBUT TIDAK DIUSIR,
PENGUSIRAN TERSEBUT HANYA AKAN
MENIMBULKAN PERSELISIHAN. BELIAU TIDAK
MENYALAHKAN BILA TERDAPAT PERBEDAAN DALAM
MELAKSANAKAN AJARAN YANG DIBERIKANNYA,
SEPANJANG INTI DARI AJARAN TERSEBUT DIPAHAMI
DENGAN BENAR (ZIMMER, 2003). PENDAPAT
DERIDDA BAHWA “SELF” SEBAGAI “PEMBERI ARTI”
DAN “SELF” SELALU MENGINGINKAN/ MEMILIKI
HASRAT UNTUK MEMPEROLEH STATUS YANG
“BERARTI”. DALAM PANDANGAN BUDDHIS, HAL INI
DAPAT DIPAHAMI MELALUI KONSEP DUKKHA,
KEINGINAN UNTUK EKSIS. YANG MERUPAKAN
SUMBER DARI DUKKHA (PENDERITAAN).
 BAB V
KESIMPULAN

DARI PEMBAHASAN DI ATAS, DAPAT DISIMPULKAN

BAHWA PADA DASARNYA POSMODERNISME DAN
BUDDHISME MEMILIKI PERSAMAAN DALAM BANYAK
HAL, YAITU:
1. MEMILIKI PANDANGAN POSITIF TENTANG
MANUSIA.
2. MENOLAK ADANYA KEBENARAN YANG UNIVERSAL
3. KEBENARAN BERSIFAT PRAGMATIS.
4. PENGETAHUAN BERSIFAT SUBJEKTIF.
5. MENGHARGAI HETEROGENITAS DAN
PLURALITAS. HANYA SAJA DALAM BUDDHISME
DIAKUI SATU HAL YANG UNIVERSAL DAN TIDAK
TERELAKKAN YAITU HUKUM KESUNYATAAN.
 DISCUSSION :

JELASKAN PENDAPAT ANDA TENTANG FILSAFAT

BUDHISME (AJARAN BUDHA) DIBANDINGKAN
DENGAN DENGAN FILSAFAT MODERNISME, DAN
FILSAFAT POST-MODERNISME