1a0df Spesifikasi Perkerasan Tasripin Balai Jogja
1a0df Spesifikasi Perkerasan Tasripin Balai Jogja
2
INDIKATOR HASIL BELAJAR
3
OUTLINE
5
SKETSA STRUKTUR
FLEXIBLE PERKERASAN JALAN
PAVEMENT
RIGID
PAVEMENT
1
PERBANDINGAN SPESIFIKASI UMUM 2010 Rev.3 DAN SPESIFIKASI UMUM 2018
DIVISI PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN DIVISI PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN
5 BETON SEMEN 5 BETON SEMEN
5.5.(2) Lapis Fondasi Agregat Semen Kelas B (Cement Treated Sub- Meter Kubik 5.5.(2) Lapis Pondasi Bawah Bersemen (Cement Treated Sub-Base) Meter Kubik
Base=CTSB) (CTSB) 9
SPESIFIKASI
LAPIS FONDASI AGREGAT
(SEKSI 5.1)
10
SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT
Toleransi Dimensi dan Elevasi:
1. Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Tabel di bawah ini
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Elevasi Permukaan
relatif terhadap elevasi rencana
Lapis Pondasi Agregat Kelas B digunakan sebagai Lapis + 0 cm
Pondasi Bawah (hanya permukaan atas dari - 2 cm
Lapisan Pondasi Bawah).
Permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk Lapis + 0 cm
Resap Pengikat atau Pelaburan (Perkerasan - 1 cm
atau Bahu Jalan) atau Lapisan Drainase
Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal dengan Lapis Pondasi + 1,5 cm
Agregat Kelas S (hanya pada lapis - 1,5 cm
permukaan).
Catatan :
1) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90%
agregat kasar memounyai muka bidang pecah dua atau lebih.
2) 55/50 menunjukkan bahwa 55% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 50%
agregat kasar memounyai muka bidang pecah dua atau lebih
SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT
Tabel 5.1.2.2) Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat dan Lapisan Drainase
BEBAN
PISTON PENEKAN
PENETRASI
LUAS ALAS 3 INCH2
Kurva Grafik Pemadatan
ZAVL
Pemadat
Modifikasi
Pemadat
Standar
19
Kadar Air (%)
Peralatan untuk uji kepadatan Laboratorium
20
Cetakan
Penumbuk
Timbangan,
Pisau perata
Saringan
Talam/Nampan
Dongkrak
Pemeriksaan material
Tes pemadatan lab (Modified
Proctor test cari kadar air
optimum dan MDD) Metode D
Pekerjaan Pencampuran agregat
Penghamparan
Lapis Fondasi
Pemadatan > 100%
Agregat A, B, Pemeriksaan hasil pemadatan
(Sandcone MDD lapangan)
S dan Kepadatan = MDD
Drainase lapangan : MDD
laboratorium x 100%
Pengukuran hasil pekerjaan
31/01/2020 21
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LFA DAN LAPIS DRAINASE
Pemadatan:
Dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam
rentang - 3 % s/d +1% dari kadar air optimum (OMC)
Kepadatan ≥ 100 % kepadatan kering maksimum modifikasi
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin
gilas beroda karet untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas
statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau
degradasi berlebihan
Pengujian:
Pengujian setiap 1000 m3 bahan yg diproduksi paling sedikit
harus meliputi tidak kurang dari 5 pengujian indeks plastisitas,
5 pengujian gradasi partikel, dan 1 penentuan kepadatan
kering maksimum. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu
ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara
rutin diperiksa, mengunakan sand cone. Pengujian harus
dilakukan tidak boleh berselang lebih dari 200 m
BLENDING EQUIPMENT (1)
Spesifikasi Umum Pasal 5.1.2.(6) - Pencampuran
Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat
Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan
yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi
pemecah batu atau pencampur yang disetujui,
dengan menggunakan pemasok mekanis (mechanical
feeder) yang telah dikalibrasi untuk memperoleh
aliran yang menerus dari komponen-komponen
campuran dengan proporsi yang benar.
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan
pencampuran di lapangan
Apakah pencampuran dengan menggunakan
Loader atau Motor Grader diijinkan?
Apa dapat diperoleh campuran yg homogen &
isotropis ?
Pengujian Kepadatan di Lapangan dengan Alat
Konus Pasir (Sand Cone)
25
Pengendalian Mutu
Kepadatan di lapangan
Dengan cara :
Metode Sand Cone
Metode Rubber
Ballon
Non Destructive
Nuclear Test Sand Cone
30
PENGUJIAN LFA DAN LAPIS DRAINASE
1. Pengujian di Laboratorium dan di lapangan
31
Latihan-1
1. Jelaskan persyaratan utama untuk bahan/agregat kasar dan halus, agregat campuran
ketentuan lainnya untuk lapis fondasi agregat klas B, A, S dan Drainase ?
2. Jelaskan proses pembuatan DMF dan JMF untuk Lapis fondasi Agregat Klas A, B, S dan Lapis
Drainase ?
3. Jelaskan proses Trial mix dan Trial compaction untuk Lapis fondasi Agregat A, B, S dan
Drainase ? Apa hasilnya dan gunanya ?
4. Jelaskan proses pengujian modified proctor dan hasilnya untuk Lapis Agregat Klas A, B, S dan
Drainase ?
5. Jelaskan proses pengujian kepadatan lapangan dengan Sand Cone, dan hasilnya untuk Lapis
Agregat Klas A, B, S dan Drainase ? Bagaimana cara menghitung derajad kepadatannya (%) ?
6. Jelaskan metoda pelaksanaan untuk pekerjaan lapis fondasi agregat klas B, A, S dan Drainase ?
7. Jelaskan pengendalian mutu sebagai backup data MC untuk pembayaran pekerjaan lapis
fondasi agregat klas B, A, S dan Drainase kepada Kontraktor ?
8. Jelaskan kegunaan spesifikasi pekerjaan lapis fondasi agregat klas B, A, S dan Drainase untuk
menyusun Analisa Harga Satuan Pekerjaannya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan ?
32
SPESIFIKASI
PERKERASAN BERBUTIR TANPA PENUTUP
(SEKSI 5.2)
33
BAHAN
Pemadatan :
• Penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi perkerasan dan
berangsur-angsur menuju ke tengah-tengah, dalam arah
memanjang. Pada tempat ber”superelevasi” penggilasan harus
dimulai dari bagian yang rendah menuju ke bagian yang tinggi.
• Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tak
terjangkau oleh mesin gilas harus dipadatkan dengan
menggunakan timbris atau pemadat mekanis
• Penambahan abu batu atau pasir berplastisitas rendah dalam
jumlah kecil pada saat pemadatan tahap akhir dapat diijinkan
agar dapat meningkatkan pengikatan pada lapis permukaan
PENGUJIAN
Pengujian setiap 1000 meter kubik bahan yang
diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang
dari lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5)
pengujian gradasi partikel, dan satu (1) penentuan
kepadatan kering maksimum. Pengujian CBR harus
dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus
secara rutin diperiksa, mengunakan sand cone .
Pengujian harus dilakukan, tetapi tidak boleh
berselang lebih dari 200 m.
PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Diukur menurut jumlah meter kubik bahan padat
yang diperlukan,. Volume yang diukur harus
berdasarkan penampang melintang yang ditunjukkan
dalam Gambar bilamana tebal yang diperlukan
seragam dan berdasarkan penampang melintang
,bilamana tebal yang diperlukan tidak seragam, dan
panjangnya diukur secara mendatar sepanjang
sumbu jalan.
39
PERKERASAN KAKU
Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah struktur yang terdiri dari plat beton semen yang
bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus
dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan aspal
sebagai lapis permukaan.
Perkerasan kaku dikelompokkan menjadi:
Perkerasan Beton Semen, yaitu perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus.
Terdapat 4 (empat) jenis perkerasan beton semen:
1. Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (jointed
unreinforced/plain concrete pavement);
2. Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (jointed
reinforced concrete pavement);
3. Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan
(continuously reinforced concrete pavement);
4. Perkerasan beton semen pratekan (prestressed concrete pavement).
Perkerasan Komposit, yaitu perkerasan kaku dengan plat beton sebagai lapis 1/31/2020 40
pondasi dan aspal beton (AC) sebagai lapis permukaan (struktural).
Ada 4 jenis Perkerasan Beton Semen
1. Jointed Plain Concrete 2. Jointed Reinforced
Pavement (JPCP) Concrete Pavement (JRCP)
Perkerasan kaku bersambung dengan
(Perkerasan kaku bersambung tanpa
tulangan wire mesh (0.15 - 025) A / luas
tulangan)
penampang beton
41
3. Continuously Reinforced 4. Precast Prestessed
Concrete Pavement (CRCP) Concrete Pavement (PPCP)
(Perkerasan kaku menerus dengan Pelat beton difabrikasi, perkerasan kaku
tulangan=(0,6-0,8)A/ luas penampang menerus tanpa tulangan menggunakan
beton kabel – kabel pratekan.
42
KOMPONEN-KOMPONEN PERKERASAN KAKU
tampak samping/ perspektif
Beton Fs = 50Mpa
H Tebal = 30 Cm
LC Fc = 10 Mpa
Tebal = 10 Cm
Lapis Drainase
Tebal = 15 Cm
45
BahanPerkerasan Beton Semen
Agregat Halus untuk Perkerasan Beton Semen
Agregat halus harus memenuhi SNI 03-6820-2002 dan Pasal 7.1.2.3) dari Spesifikasi
selain yang disebutkan di bawah ini. Agregat halus harus terdiri dari bahan yang bersih,
keras, butiran yang tak dilapisi apapun dengan mutu yang seragam, dan harus :
Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari ayakan ASTM No. 4 (4,75mm).
Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam.
Jika dua jenis agregat halus atau lebih dicampur, maka setiap sumber harus memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam Seksi ini.
Setiap fraksi agregat halus buatan harus terdiri dari batu pecah yang memenuhi Pasal
5.3.2.3) dan haruslah bahan yang non-plastis jika diuji sesuai SNI 1966 : 2008.
Kuat Lentur pada umur 28 hari untuk Beton SNI 4431:2011 47 (1)
Percobaan Campuran (2) (kg/cm2)
Kuat Lentur pada umur 28 hari untuk pada SNI 4431:2011 45 (1)
Perkerasan Beton Semen (2) (pengendalian
produksi) (kg/cm2)
PERKERASAN BETON SEMEN
Bahan:
PC Tipe I atau yang disetujui (PPC & PCC)
Abu Terbang hanya digunakan untuk Tipe I
Sambungan Konstruksi:
≥ 1/3 panjang segmen
≥ 1,8 m dari sambungan muai/susut
Kekuatan Perkerasan Beton Semen:
Laboratorium: fs 47 kg/cm2 (bukan fc !)
Produksi: fs 45 kg/cm2 (bukan fc !)
Kekuatan Beton Kurus:
fc = 80 – 110 kg/cm2
Pengujian:
Jika Kuat Lentur < 90%, maka dilakukan pengujian Kuat
Tekan Benda Uji Inti (Core)
Jika mutu < 90%, maka harus DIBONGKAR
PERKERASAN BETON SEMEN (3)
Kerataan Permukaan yang Tidak Memenuhi Syarat:
Permukaan digurida
Dibongkar dan diganti
Pembayaran:
Pengurangan 4% utk setiap penurunan 1 kg/cm2 kuat lentur
Pengurangan persentase Harga Satuan akibat kekurangan
tebal
Perkerasan Beton semen
Pembayaran
5.3.(2b) Perkerasan Beton Semen Fast Track 8 jam dengan Meter Kubik
Anyaman Tulangan Tunggal
5.3.(2c) Perkerasan Beton Semen Fast Track 24 jam dengan Meter Kubik
Anyaman Tulangan Tunggal
5.3.(3) Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus Meter Kubik
PERALATAN UNTUK PENGUJIAN SLUMP BETON
Berkaitan dng
workability
pekerjaan
beton
1/31/2020 52
ASTM C 39 / AASHTO T 22 for Compressive Strength.
54
ALAT PENGECORAN BETON SLIP FORM DAN FIXED FORM
55
PENGHAMPARAN DGN SLIPFORM
• Mesin slipform dioperasikan dgn mencetak beton berbentuk plat. Satu rangkaian
peralatan dipasang didepan slipform mengisi acuan dan menghasilkan bentuk yang
uniform.
Faktor berikut yg mempengaruhi kebutuhan tekanan pencetakan : berat mesin,
menirusnya sisi acuan terhadap garis tepi perkerasan, sudut kerataan pofil, daya
frequensi vibrator, kecepatan paver dan kelacakan beton.
Metode menerus : beton dicor secara menerus
Metode panel berselang : beton dicor dengan sistim panel berselang
TRACK LINE MESIN SLIP FORM Salah satu yg penting untuk pertimbangan
desain adalah persyaratan konsisten kerataan
perkerasan beton yg stabil dan ratanya
trackline atau pad line :
• Trackline adalah jejak sepanjang mesin
slipform yg dilalui mesin tersebut.
Biasanya selebar satu meter disetiap sisi
mesin.
• Pemotongan base yg tidak distabilisasi
dapat diratakan dan dipotong, tidak
demikian dengan lean concrete yg
disesuaikan dgn kerataan subgradenya
57
METODA ACUAN TETAP (FIXED FORM)
BAHAN DARI BAJA TEBAL 6-8 MM PANJANG 3M TIDAK MUDAH MELENDUT
ACUAN DIPASANG DIATAS LAPISAN PONDASI / PERKERASAN YANG RATA
KERATAAN BIDANG ATAS ACUAN < 3 MM, LENDUTAN ACUAN < 6 MM DAN
DILENGKAPI PASAK UNTUK SETIAP 3 M
PENGECORAN DAN PEMADATAN DILAKSAKAN DIANTARA ACUAN
SISI DALAM ACUAN DIBERI BAHAN ANTI LENGKET
ACUAN DIBONGKAR SEKURANG KURANGNYA 8 JAM SETELAH PENGECORAN
58
ACUAN/ BEKISTING UNTUK ALAT FIXED FORM
DIATAS EXISTING PERKERASAN ASPAL
59
PERSYARATANPENGHAMPARAN
TINGGI JATUH ADUKAN BETON 0,9 – 1,5
METER :
•BETON DAPAT DITUANGKAN DIATAS
PERMUKAAN YANG TELAH SIAP DIDEPAN
MESIN PENGHAMPAR
•PENUMPAHAN ADUKAN BETON SECARA
BERKESINAMBUNGAN ANTARA SATU ADUKAN
DENGAN KE ADUKAN LAINNYA SEBELUM
TERJADI IKATAN AWAL
•BILA TEMPERATUR BETON BASAH > 24
DERAJAT C, DIUPAYAKAN PENCEGAHAN
PENGUAPAN DIPAKI ATAP
•BILA TEMPERATUR SAAT DITUANGKAN > 32
DERAJAT C, PENGECORAN DIHENTIKAN
(menghindari penguapan yang terlalu cepat)
•BERKURANGNYA KADAR AIR YANG SANGAT
CEPAT, HARUS DIIMBANGI DENGAN
PENGKABUTAN, TIDAK BOLEH DISEMPROTKAN
AIR DI ATAS PELAT
60
SLUMP TEST
61
QUALITY CONTROL DI LAPANGAN
62
VIBRASI UNTUK PEMADATAN
• Pemadatan pada slipform paver, vibrasi dapat
alirkan beton dan membuang rongga.
• Vibrasi yang diperlukan antara 5000 sampai
8000 per menit dengan kecepatan paver tidak
melebihi 0,9 m per menit dapat memadatkan
beton tanpa terjadi segregasi.
• Bila operator lambatkan penghamparan, perlu
penurunan frequensi vibrasi untuk hasilkan
extrusion pressure yg konsisten.
• Pemadatan dengan Paver Manual dengan
tangan Jarum Penggetar.
• Untuk proyek besar agar disediakan
penghampar jenis auger
• Mesin penghampar masinal dengan acuan
gelincir, auger, pemadat sudah menyatu.
Vibrasi dari luar berupa vibrator atau rolled screed menghasilkan pemadatan yg memadai
pada permukaan plat.
• Internal vibrasi tambahan diperlukan dgn spud vibrator pada beton lebih tebal 75 cm.
• Biarkan vibrator tercelup kira-kira 5 sampai 15 detik supaya pemadatan memadai.
• Tidak boleh menyeret spud vibtrator untuk memindahkan beton mendatar bisa segregasi
63
FINISHING / PERATAAN PERMUKAAN BETON
• Setelah beton dicor, dibentuk dan diratakan
dengan mesin pembentuk (finishing machine).
Mesin harus melintas setiap bagian permukaan
jalan.
• Bila perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya
tidak beraturan dengan tangan tanpa segregasi
atau pra-pemadatan.
• Bagian yang ambles harus diisi dengan beton
baru, dibentuk, padatkan dan dan lokasi yang
menonjol harus dipotong diselesaikan (finishing)
lagi
64
Alur Grooves/ Pembentukan Texture
• Pengkasaran ini menggunakan sikat kawat dengan lebar tidak kurang 450
mm. Sikat dari dua baris kawat panjang kawat 100 mm dan ukuran kawat
per 32 gauge serta jarak kawat dari as ke as adalah 25 mm.
• Dibuat dengan menekankan sikat ke beton yang masih plastis.
• Sikat harus tetap di tempat sampai dengan beton mencapai tahap
pengerasan awal
65
Perawatan / Curing
• Memperbaiki kualitas beton dan menjadikan beton lebih
awet terhadap agresi kimia
• Menjadikan beton lebih tahan terhadap aus karena lalu
lintas dan lebih kedap air
• Reaksi kimia pada beton terjadi pada pengikatan dan
pengerasan beton tergantung pada pengadaan airnya,
sehingga perlu adanya jaminan bahwa air masih tertahan
atau jenuh untuk memungkinkan kelanjutan reaksi kimia
• Penguapan menyebabkan beton kehilangan air sehingga
terhenti proses hidrasi dengan konsekuensi berkurangnya
peningkatan kekuatan
• Penguapan menyebabkan penyusutan kering yang terlalu
awal dan cepat, sehingga berakibat timbulnya tegangan tarik
yang dapat menyebabkan retak.
66
Perbandingan kekuatan beton yang di curing
dan tanpa curing
67
PERAWATAN DENGAN CURING COMPOUND
Permukaan Perkerasan Beton Semen yang
terekspos harus segera dirawat dengan
penyemprotan bahan perawatan setelah selesai
dikasarkan dengan sikat :
•Bahan perawatan lapisan yang menerus dan tak
terputus, disemprotkan merata 2 kali
•Pertama-dalam waktu 15 menit setelah kondisi
air permukaan “tidak begitu mengkilap”,
•Kedua 10 sampai 30 menit setelah itu atau
disarankan pabrik pembuatnya.
•Pada permukaan dengan acuan tetap / Fixed
form, penyemprotan pertama haruslah dalam 30
menit setelah penggarukan dan yang kedua 15
sampai 45 menit sesudahnya.
•Penyemprotan penahan penguapan
(evaporation retarder) segera dilakukan setelah
finishing dan sebelum semua air bebas menguap
pada permukaan, akan membantu mencegah
terbentuknya retak
68
SAW CUTTING
69
Perlindungan terhadap hujan
Untuk melindungi beton yang belum
cukup keras terhadap pengaruh hujan,
maka setiap saat harus tersedia bahan
untuk melindungi beton tersebut,
seperti lembar goni, terpal, kertas
perawat atau lembar plastik/ geotextile
non woven.
Apabila diperkirakan akan segera turun
harus tersedia Tenda guna memberikan
perlindungan menyeluruh kepada beton
yang belum keras.
70
SPESIFIKASI
STABILISASI TANAH (SOIL STABILIZATION)
(SEKSI 5.4)
71
5.4. Stabilisasi Tanah
SP ………………………………………………………………………. 7 – 11
CL atau ML …………………………………………………….. 7 – 12
CL atau CH …………………………………………………… 9 – 15
Rata-rata Scala Penetration 1,0* (1,0+) 1,3* 2,5* (0,4+) Lampiran 5.4.A,
Resistance (SPR) melampaui 2/3 (0,8+) Spesifikasi
tebal (pukulan/cm)
Scala Penetration Resis-tance 0,8* (1,3+) - - Lampiran 5.4.A,
(SPR) yang menen-tukan batas Spesifikasi
minimum tebal efektif
(pukulan/cm)
Pengujian Wetting & Drying SNI 13-6427-2000
(i) % Kehilangan Berat - - 7
(ii) % Perubahan Volume - - 2
PERCOBAAN LAPANGAN( FIELD TRIALS)
Percobaan sepanjang 200 m, dgn tebal, peralatan dan
prosedur yg ditentukan.
Hal-hal yang dievaluasi adalah :
kecocokan, efisiensi efektifitas alat yg dipakai.
Derajat kahalusan tanah dan jumlah lintasan
penghalusan
Kadar air optimum pada saat penghalusan
Keseragaman campuran secara visual
Pemeriksaan kepadatan dgn variasi penggilasan
Bulking ratio, antara tanah gembur dan tanah setelah
dipadatkan
Pengujian campuran dgn CBR atau UCS
Lanjutan
Penentuan syarat kepadatan dan kadar air optimum
lapangan
Pengujian CBR atau UCS dari job mix untuk waktu curing
1, 7 dan 28 hari
Pengujian DCP lapangan umur 7 dan 28 hari
Pengendalian retak dgn pengilasan yg sesuai
Penggunaan curing membrane yg paling tepat dan cara
curing dgn visual dan pengujian kadar air
Perhitungan tebal efektif dgn uji DCP
Jumlah tebal lapisan yg diperlukan sesuai hasil
percobaan lapangan dan rencana tebal
PENGADUKAN DAN PENGHAMPARAN
• Persiapan tanah dasar meliputi :
Persiapan tanah dasar seperti ketentuan 3.3 penyiapan
badan jalan
Permukaan tanah dasar dibersihkan dan dilakukan
“proof rolling”
Tanah 20 cm dibawah subgrade kepadatan harus
minimum 95 %
Minimum CBR subgrade 6 % pada kepadatan 100 %
Toleransi permukaan subgrade sesuai pasal 3.31.
Petunjuk Untuk Pemilihan Alat-alat Yang Cocok
104
E. (5.5) LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CTB
DAN CTSB)
Semen Portland :
•Semen Portland Type I yang memenuhi ketentuan SNI
15-2049-2004 atau semen tipe lain yang disetujui.
Gradasi Agregat :
•LPAS Kelas A(CTB) = Lapis Pondasi Agregat Kelas A
•LPAS Kelas B (CTSB) = Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Kuat Tekan (UCS) :
• CTB = 45 – 55 kg/m2 & CTSB = 35 – 45 kg/m2
Kadar Air:
Kadar Air = 70 – 100% OMC
Kepadatan:
Jika Tebal Padat > 20 cm, 2 x Sand Cone Test
Pengujian 20 cm bagian atas & 15 cm bagian bawah
Peralatan :
Pencampuran harus dilakukan dengan alat
pencampur yang berpenggerak sendiri (self
propelled rotary mixer)atau reclaimer/mixerdengan
lebar pencampuran ≥ 1,8 m dan kedalaman
pencam-puran ≥ 30 cm.
Pemadatan harus dilakukan dengan pemadat kaki
kambing bervibrasi (vibratory padfoot roller) dengan
berat statis ≥ 19 ton dan lebih disukai yang
mempunyai tonjolan ≥ 12,5 cm
Perbaikan Terhadap Lapis Pondasi Agregat Semen
Yang Tidak Memenuhi Ketentuan:
Apabila terjadi kegagalan dalam memenuhi ketentuan
kualitas dan dimensi, maka harus
mengkompensasikannya dengan penambahan tebal
lapisan di atasnya (Asphalt Base Course, Binder Course
atau Wearing Course).