Anda di halaman 1dari 46

DAMAGE CONTROL

By : Roheman, S.Kep, Ners, M.Kep


Definisi

Konsep penanganan sementara sebagai


suatu tahapan untuk mengatasi
masalah yang kompleks
 Tindakan yang dapat dilakukan dalam
semua area di bidang pembedahan

 Bukan suatu kegagalan pembedahan

 Merupakan suatu tindakan yang dilakukan


untuk memutuskan rangkaian kegagalan
fungsi fisiologis
Indikasi:
1. Trias of death yang tak teratasi

2. Perdarahan tak terkontrol

3. Abdomen yang tak dapat ditutup kembali

4. Kontrol kontaminasi

Keterbatasan:
Alat / Bahan
Persiapan
Kemampuan
operator
Pertimbangan pemilihan pasien:

1. Kondisi
2. Kompleksitas permasalahan
3. Faktor kritis
Kondisi:
 Trauma tumpul energi tinggi di abdomen
 Luka tusuk multipel di toraks abdomen

 Hemodinamik tidak stabil

 Trias of death
Kompleksitas permasalahan
 Trauma pembuluh darah mayor di abdomen
disertai trauma viseral
 Sumber perdarahan multiregional disertai
trauma viseral
 Trauma multiregional disertai trauma intra
abdominal dengan prioritas yang sama
pentingnya
Faktor kritis
 Metabolik asidosis berat pH<7,3
 Hipotermia <35C

 Koagulopati
 Non surgical bleeding
 Peningkatan PT PTT

 Trombositopeni

 Transfusi masif > 10 unit PC

 Resusitasi dan waktu operasi > 90 menit


Tahapan Damage Control
 Tahap I
 Inisial tindakan: laparotomi, dsb
 Tahap II
 Resusitasi, perbaikan kondisi
 Tahap III
 Operasi definitif / Reoperasi
Reoperasi
 Timing
 Kondisi abdomen yang masih berbahaya

 Tindakan: eksplorasi, rekonstruksi, unpacking,


abdominal closure?
 Reoperasi di ruang SICU
Pasien yang membutuhkan pertimbangan
damage control:

Trauma toraks
Trauma abdomen
Trauma pelvis
Trauma ekstremitas
Multipel trauma
 Indikasi untuk reoperasi segera setelah
tindakan damage control:

 normotermi, perdarahan lebih dari 2 unit / jam


 abdominal compartment syndrome dengan
ongoing bleeding
 hipotermi, perdarahan lebih dari 1.5 unit / jam
 Indikasi untuk reoperasi elektif setelah
tindakan damage control:
 Temperatur >36C
 Asam basa baik

 Koagulasi baik

 Kardio baik: cardiax index

 Fungsi paru: fraksi oksigen inspirasi <50%,


saturasi O2 > 95%
Kesimpulan
 Konsep damage control adalah
pengembangan penanganan resusitasi
bedah yang dilakukan di kamar operasi
 Penting untuk menangani trauma kompleks
 Prioritasnya:
 Mencegah kematian karena perdarahan dan
infeksi dengan menghentikan perdarahan dan
kontrol kontaminasi
Intra Lumen Shunting & Graft
Intra Lumen Shunting (Shunt)
Patching
Kasus I, Laki2, 28 th
 Luka tusuk di uluhati 4 jam SMRS
 Hemodinamik tidak stabil dengan resusitasi
cairan  surgical rescucitation
 Intraoperatif: ditemukan laserasi pilorus, bulbus
duodenum, pankreas, aorta abdominalis dan
vena renalis kiri
 Dilakukan repair primer
Kasus II, laki2, 17 th

 8th February  stabbed by a knife, omentum


was came out from the wound at left lower
quadrant of the abdomen.

 exploratory celiotomy ruptured sigmoid


colon and hematoma at 3rd zone.
Bekuan darah keluar dari
kolon sigmiod yang perforasi
Hematoma retroperitoneal
zona III sisi kiri,
lateral dari kolon sigmiod
Hematoma retroperitoneal
Zona III sisi kiri,
medial dari kolon sigmiod

Perforasi
sigmiod yang
telah dijahit
 11 days after the 1st surgery (20th February) there
was entero-cutaneous fistula and local peritonitis
 adhesiolisis and found hematoma on 3rd zone
and the size similar with 1st finding
Hematoma retroperitoneal
zona III kiri masih ada
dengan ukuran yang sama
 11 days ago (28th February: abdomen pain  CT-
angiography: pseudoaneurysm dissection at the left
common iliac artery.

 Exploratory laparotomy:
• adhesiolisis,
• excision of left common iliac artery pseudo-aneurysm
and
• left common iliac artery repair
12 kali operasi

 Laparatomi ekplorasi, eksisi tepi kolon sigmoid + jahit primer


 Laparatomi ekplorasi, adhesiolisis
 LE, adhesiolisis, eksisi pseudoaneurisma a.iliaka komunis sin, repair a.iliaka
komunis sin.
 Laparatomi, evakuasi hematom, ligasi arteri iliaka kiri, bypass femorofemoral
dengan graft v. safena magna
 Transekal ileostomi
 Debridement, evaluasi hematom
 Repair leakage anastomosis
 Laparatomi, ileostomi
 Nekrotomi bagian graft yang nekrosis, evakuasi hematom dan debridement
skrotum dekstra, patch vena a. femoralis dekstra
 Reseksi dan anastomosis dengan graft sintetis pada arteri femoralis dekstra ,
evakuasi hematom dan debridement skrotum dekstra
 Ligasi a. femoralis komunis dekstra
 Eksplorasi luka inguinal dextra, relaparotomi, eksplorasi retroperitoneal, ligasi
a iliaka komunis sinistra
Kasus III, laki2, 63 th
 Luka tusuk di perut kiri bawah 1 jam SMRS
 Benda tajam seperti garpu, kira-kira 12 cm
 Arah tusukan tidak diketahui
 Keluar darah dan usus dari luka di perut
 Dibawa ke RS swasta di jakarta utara 
 Luka ditutup dan dipasang infus 2 jalur  dikirim
ke RSCM
Primary survey (di RSCM)
A: bebas
B: spontan, FP: 10x/menit, dangkal  intubasi dan bagging
C: TD 60/palpasi, FN: teraba lemah, cepat, irregular, akral pucat  guyur
dengan RL dan koloid,
pasang 2 line lagi, pasang Foley Catheter
Setelah pemberian RL 2 liter dan koloid 1 kolf: TD 55/40, FN:
138x/menit, tidak ada produksi urin. Pasien mengalami shock
hipovolemik grade IV
Resusitasi dilanjutkan dan disiapkan melakukan surgical resuscitation,
pasien dibawa ke kamar operasi.
Di atas meja operasi pasien arrest  dilakukan resusitasi: berhasil 
expert dipanggil
Laporan operasi
 Lap.expl. keluar darah masif, kontrol aorta dengan menggunakan jari
(± 5 liter)
 Retroperitoneum dibuka  ruptur aorta abdominalis. Dimasukkan
foley catheter 16 fr ke punctum proksimal, balon dikembangkan:
perdarahan dari puntung proksimal berhenti. Kemudian puntung
distal dikontrol.
 Identifikasi rupture : 4 cm proksimal dari bifurkasio, through and through,
hingga korpus vertebra, teraba fragmen tulang.
 lumen banyak plak; refreshing tepi luka, dilakukan anastomosis end to end,
pasca anastomosis masih terdapat perdarahan dari arteri vert. lumbalis 
tampon dengan rol haas 2 buah.
 Terdapat cedera multiple pada usus halus dijahit sementara dengan Silk 3.0
 Kulit ditutup dengan jahitan continous
Intraoperatif
 Operasi berlangsung ± 2 jam
 TD: 50-90/25-45 FN: 50-110 S: 33-35
 AGD: 6,924/34,9/141,3/6,9/-22,4/97,9%: asidosis metabolik berat
 Hb: 2,6 koagulopati, hipotermi
 Perdarahan: ± 10.000
 Pemberian cairan:
 Koloid: 6000
 Kristaloid: 8500
 PRC: 1242
 FFP: 403
 Produksi urin: (-)
 Saat ditransport: TD tidak terukur, FN: 70-55  dilakukan resusitasi: tidak
berhasil
 COD: irreversible shock e.c. ruptur aorta abdominalis e.c. luka tusuk
abdomen
Kasus V, MS laki2, 75 th
 1 tahun yll. Dilakukan EVAR atas indikasi AAA
di Singapura
 Nyeri perut tiba-tiba
 Tekanan darah turun / kesadaran menurun
 Perut membuncit

 Damage control????
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai