Anda di halaman 1dari 8

Luka Tusuk Tembus Abdomen Regio

Inguinal dengan Eviserasi Usus Halus


Shiera Septrisya, Nyityasmono Tri Nugroho, Andri Suhandi, Suprayadi, Rino
Meridian
Bedah Umum, Departemen Ilmu Bedah, FKUI/RSCM, Jakarta, Indonesia,
November 2010
Ilustrasi Kasus:
Pria, 18 tahun, dengan keluhan usus keluar melalui selangkangan kanan setelah
tertusuk stang motor 6 jam sebelum masuk rumah sakit.
Saat datang, pasien dalam keadaan kompos mentis. Pada primary survey,
ditemukan adanya masalah pada sirkulasi berupa akral yang teraba dingin yang
disertai dengan takikardi (pulse = 120 x/menit) dan hipotensi (blood pressure =
90/50 mmHg).
Pada secondary survey, terlihat abdomen datar, tampak laserasi pada regio
inguinal, usus terburai, berwarna merah kebiruan, tampak peristaltik dan tidak ada
perdarahan aktif.

Hasil pemeriksaan laboratorium masih dalam batas normal.


Pemeriksaan imaging lain tidak dilakukan.
Pasien didiagnosis luka tusuk tembus abdomen regio inguinal dextra dengan
eviserasi usus halus

Pasien diberikan infus cairan kristaloid 2000 cc, yang diikuti dengan penurunan
denyut nadi (pulse = 100 x/menit) dan peningkatan tekanan darah (blood pressure
= 110/80 mmHg). Cairan kristaloid (Ringer Laktat) terus diberikan per infus
sampai target Mean Arterial Pressure (MAP) di atas 60 mmHg tercapai, diberi
analgetik, antibiotik, dan dipersiapkan operasi laparotomi eksplorasi cito.
Intra-operatif:
Operasi berlangsung selama 2,5 jam. Ketika peritoneum dibuka, keluar darah
1000 cc, dilakukan pemasangan tampon di empat kuadran. Dilakukan eksplorasi,
hepar intak, lien intak, gaster-colon intak. Usus yang berada di luar dimasukkan
ke rongga abdomen, usus yang berada di luar 80 cm anal dari lig.Treitz, 5 cm
oral dari valvula Bauhini, sepanjang 430 cm. Terdapat luka pada regio inguinal
dekstra berukuran 15 X 5 X 2 cm, ditutup dengan jahitan interrupted.

Usus dinilai masih intak dan edema dengan warna merah kebiruan. Saat
eksplorasi dilanjutkan, tampak hematoma pada zona 2 kiri, tampak hematoma
pada mesoyeyunum-mesoileum, tampak rembesan darah dicurigai berasal dari
vena iliaca dekstra,yang kemudian dilakukan tampon. Selain itu juga ditemukan
robekan pada daerah retroperitoneal di zona III, terdapat rembesan, kemudian
diputuskan dilakukan tampon dengan roll hass 2 buah. Usus yang masih edem
menyebabkan rongga abdomen tidak dapat ditutup secara primer saat itu
melainkan dengan menggunakan Bogota Bag dan direncanakan operasi kembali
untuk menutup rongga abdomen.

Post-operatif:

Saat di ruangan ICU (6 jam post op), ternyata pasien bangun dan duduk sehingga
Bogota Bag terlepas (burst Bogota Bag), pasien kemudian diputuskan untuk
repair Bogota Bag cito.
Intra-operatif yang kedua:

Operasi yang kedua ini berlangsung selama 1 jam. Dilakukan pelepasan dari
Bogota Bag, tampak dilatasi dari gaster, dilakukan dekompresi. Dilakukan
penilaian pada tampon, tampon dilepas, tidak terdapat rembesan dari luka di
retroperitoneal (zona III), kesan perdarahan telah berhenti, diputuskan untuk aff
tampon. Kemudian dilakukan penilaian pada yeyunum dan ileum, nampak edema
telah berkurang, terdapat gerak peristaltik dengan kesan vital. Tekanan intra
abdominal saat itu 11 mmH2O. Operasi diselesaikan dengan melakukan penutupan
abdomen dengan penjahitan secara continuous.

Diskusi:
Pasien ini telah mengalami luka tusuk abdomen yang disebabkan oleh benda
tumpul, yaitu stang motor.
Sesuai Advanced Trauma Life Support, penanganan yang penting untuk trauma
tumpul pada abdomen adalah mengembalikan fungsi vital dan optimalisasi
oksigenasi dan perfusi jaringan, menentukan mekanisme trauma, pemeriksaan
fisik yang hati-hati dan diulang berkala, menentukan cara diagnostik yang khusus
bila diperlukan dan dilakukan dengan cepat, tetap waspada akan kemungkinan
adanya cedera vaskuler maupun retroperitoneal yang tersembunyi.

Pasca operasi pasien dalam keadaan baik, pasase usus lancar, pasien pulang 10
hari setelah operasi.
1.
2.

3.

4.

5.

Glossary:
Eviserasi: merupakan keluarnya viscera (organ-organ internal, terutama organ
yang terdapat dalam rongga abdomen)
Mean arterial blood pressure(MABP): istilah lain Mean Arterial Pressure
(MAP), yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan tekanan darah ratarata pada seseorang, yang didefinisikan sebagai rerata tekanan arteri selama satu
siklus jantung. MAP menggambarkan tekanan perfusi dilihat dari organ tubuh, dan
nilai MAP lebih dari 60 mmHg cukup untuk mempertahankan kinerja organ
tubuh. Apabila MAP lebih rendah dari nilai tersebut secara signifikan ntuk jangka
waktu cukup lama, maka organ tidak akan mendapatkan suplai darah yang cukup,
dan organ akan menjadi iskemik. MAP diperoleh dengan dua kali tekanan
diastolik ditambah satu kali tekanan sistolik kemudian dibagi tiga.
Bogota bag: kantong plastik steril (sterile plastic bag) digunakan untuk
menutup luka abdomen, urine bag yang dijahit ke kulit abdomen atau ke fascia
dari dinding abdomen anterior. Istilah ini digunakan pertama kali oleh Oswaldo
Borraez, saat beliau menjadi residen di Bogota, Columbia.
Ligamentum Treitz: disebut juga suspensory muscle of duodenum,
menghubungkan duodenum dengan diafragma. Ligamentum ini terdiri dari pita
tipis dari otot lurik diafragma dan pita fibromuskuler otot halus dari bagian
ascending dan horizontal duodenum. Ligamentum ini merupakan penanda
anatomis yang penting duodenojejunal junction.
Retroperitoneal: merupakan ruang anatomis di dalam rongga abdomen di
belakang (retro) dari peritoneum. Ruang anatomis ini tidak mempunyai struktur
pemisah yang spesifik. Organ-organ retroperioneum hanya memiliki peritoneum
pada sisi anteriornya. Retroperitoneum terbagi menjadi tiga, yaitu perirenal,
pararenal anterior, dan pararenal posterior.

Posted by General Surgery FKUI at Senin, November 29, 2010


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Labels: Article, Case
4 komentar:

1.

mandadidudedo13 Oktober 2011 17.01


Selamat sore salam kenal saya amanda :)
Izinkan saya yang bodoh ini mengajukan pertanyaan :D Sebelumnya maaf
kalau pertanyaan saya terlalu awam dan terlalu banyak :D
hari ini saya baru saja menyelesaikan ujian blok kegawatdaruratan. agak
kecewa, banyak yang saya belum mengerti hehe.
saat ujian tadi ada soal bedah dimana ada pasien dengan luka tusuk pisau
yang belum dicabut di abdomen kuadran dekstra superior dan tanda
vitalnya persis dengan kasus ini, yaitu frekuensi nadi = 120 x/menit;
tekanan darah = 90/50 mmHg. ABC : baik. saya GCS nya berapa tp
seingat saya lebih dari 12. terdapat defans muskuler dan suara bising usus
(-). kira2 ini yg saya ingat dari kasus tadi. Yang saya mau tanyakan:
-apa diagnosis kasus ini? (multiple choice yg saya ingat -> a.ileus paralitik
; b. syok hipovolemik ; c. syok haemorrhage; d. luka tusuk
torakoabdominal)
-tindakan yang pertama kali dilakukan di ugd? apakah mencabut pisaunya?
(saya yakin ini tidak boleh dilakukan sebagai tindakan pertama :D) atau
apakah langsung dilakukan laparotomy? atau harus debrikan infus cairan
terlebih dahulu?
mohon diberikan pencerahan. terima kasih :D
Balas

2.
General Surgery FKUI14 Oktober 2011 11.35
Terima kasih Amanda atas pertanyaannya,
Kami akan mencoba menjelaskan, pada kasus anda tersebut harus dicari
tanda-tanda lainnya. Dari anamnesia apakah riwayat perdarahan, serta
waktu terjadinya penusukan tersebut. Artinya berapa lama waktu semenjak
kejadian hingga tiba ke tempat pelayanan. Penemuan klinis yg anda
temukan akan berbeda maknanya apabila jarak waktunya berbeda pula.
Misalnya kejadian ini ditemukan dalam jangka waktu lama, contohnya
saja 12 jam, maka diagnosis yang mengarah ke syok kemungkinannya
kecil. Akan tetapi jika kasus ini baru terjadi 30 menit yang lalu, maka
diagnosis ke syok hemoragik sangat besar. Dalam hal ini terjadi impending
shock, ditandai dengan peningkatan frekuensi nadi diatas 100 kali/menit
dan tekanan darah yang mulai menurun.
Sehingga diagnosis yang paling mungkin adalah syok hemoragik. Karena

pada pasien ini kemungkinan terdapat perdarahan dalam rongga abdomen,


dikarenakan adanya ruptur hepar (posisi tusukan di kanan atas).
Pengumpulan darah di dalam rongga abdomen menyebabkan defans
muscular.
Ada dua kemungkinan alasan ditemukan bising usus negatif. Yang pertama
karena perforasi langsung akibat tusukan. Yang kedua dapat disebabkan
oleh pendarahan ke usus yang dikorbankan pada kondisi syok.
Syok hemoragik merupakan bagian dari syok hipovolemik. Syok
hipovolemik memiliki cakupan yang lebih luas, selain perdarahan contoh
lain yang dapat menyebabkan syok hipovolemik termasuk diantaranya
karena dehidrasi dan luka bakar.
Luka tusuk torakoabdomen disingkirkan karena airway dan breathing baik,
sehingga tidak dicurigai ada perlukaan ke rongga dada.
Ileus paralitik biasanya terjadi pada kasus non-trauma dan penyakit kronik.
Untuk tatalaksana yang pertama kali dilakukan di IGD, sesuai dengan
penatalaksaan syok.
Termasuk pemasangan dua buah IV line, pemberian cairan infus kristaloid
maupun koloid, pemasangan kateter. Sampai dengan parameter klinisnya
stabil, seperti akral hangat, saturasi oksigen >85%, nadi mencapai <=100,
dan tekanan darah mulai naik, produksi urin >0,5 / kgBB/jam.
Jika tidak teratasi, maka harus dilakukan resusitasi bedah untuk
menghentikan perdarahan. Serta untuk mencabut pisau dari rongga
abdomen. Dari tract luka tusuk tersebut, dapat diidentifikasi organ apa
yang terkena. Pendekatan resusitasi bedah dengan laparotomi eksplorasi.
Balas

3.
astarangga10 Januari 2012 14.30
selamat siang, nama saya astrid. Saat ini sedang mengerjakan paper
mengenai tata laksana diffuse axonal injury dan blunt abdominal trauma.
Saya mau menanyakan, adakah referensi data sekunder mengenai angka
kejadian blunt abdominal trauma di Indonesia?
terima kasih sebelumnya..
Balas

4.
General Surgery FKUI8 Februari 2012 08.52
mohon maaf atas keterlambatan respons kami,
Data referensi mengenai angka kejadian blunt abdominal trauma di
indonesia masih tersebar di center-center yang kebanyakan merupakan RS
pendidikan. Sementara data gabungan atau angka kejadian nasional belum
ada.

Anda mungkin juga menyukai