Anda di halaman 1dari 12

Quiz Sesi 9

1. Ny. U umur 36 th GVII PV AI, segera setelah plasenta lahir


lengkap terjadi perdarhan, kontraksi uterus lembek serta TFU sulit di
temukan. Hasil pemeriksaan tidak ada robekkan jalan lahir, kandung kemih kosong.
BB bayi 4000gr. TTV TD 80/palpasi N:150x/m RR 24 S36,6. Tatalaksana Awal
pada kasus diatas adalah ?
a. Massase Uterus dan Kompresi
b. Drip oksitosin 20 Unit
c. Drip Dobutamin 5mcg
d. Histerektomi totalis
e. Loading Koloid 1000cc
Pembahasan :
Jawaban :A. Massage Uterus dan Kompresi
Keyword :
 GVIIPVAI
 Perdarahan segera pasca partum
 Uterus lembek, TFU tidak teraba
 BB bayi 4000gr
 TTV : TD 80/palpasi N : 150x/m RR :24 s: 36.6
Diagnosis : Atonia Uteri
Tatalaksana :
2. Factor risiko yg paling mungkin pada kasus diatas adalah :
a. Multiparitas
b. Induksi persalinan
c. Primipara
d. Bayi besar
e. Anemia pada kehamilan

Jawaban :
A. Multiparitas : ibu GVII

3. NY. A umur 24 th G1 P0 A0, hamil 39 minggu datang ke bidan mengeluh kenceng-


kenceng, perut terasa nyeri yang sangat hebat, keluar keringat dingin dan gelisah.
Setelah di lakukan pemeriksaan oleh bidan di dapatkan hasil, perut teraba keras,
denyut nadi dan pernafasan meningkat, serta teraba lekukanmelintang pada segme
n bawah rahim setinggi pusat. Kontraksi uterus terus menerus dan sengat kuat
diagnose sesuai kasus di atas adalah…
A.    Rupture uteri
B.    Plasentaprevia
C.    Inersia uteri primer
D.    Solusioplasenta
E.    Rupture uteri imminen

Pembahasan
Jawaban : : A. Rupture uteri
4. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan TD 80/ pp N:150x/m RR24x/m
S:36,6. Tatalaksana yang tepat adalah
a. Loading Koloid 2 Line ,persiapan operasi
b. Loading Kristaloid ,suplementasi 02
c. Drip As tranexamat 1000mg
d. Drip oksitosin 28u
e. Drip metergin 2 ampul dan kompresi bimanual

Jawaban :
b. Loading Kristaloid dan suplementasi 02

pembahasan :
Keyword :
- Rupture uteri
- Syok hemoragic, td 80/pp N:150x, rr 24x
Taalaksana :
Resusitasi Cairan.
5. Seorang laki-laki usia 20 tahun diantar warga ke UGD post KLL. Pasien kesadaran
menurun dan tampak sesak. TD 90/60mmHg, nadi 110x/m, RR 28x/m. tampak jejas
pada dada kanan. Pemeriksaan fisik gerak dada kanan tertinggal, perkus hemithoraks
dekstra di atas ICS 4 hipersonor sedangkan dibawah ICS 4 redup dan auskultasi suara
nafas menurun di bawah ICS 4. Apa diagnosis yang tepat pada pasien ini?
a. Hemothoraks
b. Pneumothoraks
c. Tension pneumothoraks
d. Hematopneumothoraks
e. Tamponade jantung

D. HEMATOPNEUMOTHORAKS
Keywords
• Pasien post KLL.
• TD 90/60mmHg, nadi 110x/m, RR 28x/m.
• Tampak jejas pada dada kanan. Pemeriksaan fisik gerak dada kanan tertinggal,
perkus hemithoraks dekstra di atas ICS 4 hipersonor sedangkan dibawah ICS 4 redup
dan auskultasi suara nafas menurun

HEMATOPNEUMOTHORAKS
Adanya darah dan udara secara bersamaan didalam kavum pleura
Gejala dan tanda klinis
• Post trauma
• Sesak nafas
• Bisa syok
• Dada yang sakit tertinggal
• Perkusi : diatas ICS yang sakit hipersonor, di bawah ICS yang sakit redup
Pemeriksaan penunjang Gambaran radioopaq pada paru disertai meniscus sign
Disertai hiperluscen avascular pada atas meniscus

6. tatalaksana definitive pada kasus diatas adalah :


a. palster 3 posisi
b. needle decompresi
c. thoracostomy
d. Pungsi pleura
e. Intubasi

Pembahasan :
Jawaban : C thoracostomy

Penatalaksanaan hemothorax berupa tata laksana awal untuk stabilisasi hemodinamik sesuai
dengan protokol Advanced Trauma Life Saving (ATLS), dan evakuasi perdarahan pada ruang
pleura dengan menggunakan thoracostomy. Selain itu, tata laksana lanjutan dapat berupa
fibrinolisis intrapleural ataupun pembedahan seperti thoracotomy sesuai indikasi.
Penatalaksanaan Awal
Tujuan dari tata laksana awal pada pasien hemothorax bertujuan untuk stabilisasi
hemodinamik dan evakuasi darah dari pleura dengan thoracostomy. Survei primer dilakukan
untuk stabilisasi sumbatan jalan napas, gangguan pernapasan maupun gangguan sirkulasi.
Setelah jalan napas, gangguan pernapasan, dan sirkulasi diamankan, segera lakukan rontgen
thorax.[6]
Apabila pada rontgen thorax didapatkan perdarahan masif yang menutupi sulkus
kostofrenikus atau terdapat pneumothorax, maka pemasangan kateter interkostal diperlukan.
[6]
Pemberian antibiotik profilaksis dan penggunaan video-assisted thoracoscopic
surgery (VATS) pada situasi akut hemothorax masih menjadi kontroversi.[6]
Thoracostomy

Thoracostomy  atau kateter interskostal merupakan tata laksana awal hemothorax. Kateter
interkostal dimasukan ke dalam rongga pleura untuk mendrainase darah, udara, pus maupun
cairan lainnya. Ukuran tabung yang biasa digunakan adalah 36 F, namun beberapa penelitian
membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran 28-32F dengan
36-40F pada trauma thorax.
Kateter interkostal diarahkan ke posterior mempertimbangkan pergerakkan darah ke arah
posterior pada pasien supinasi. Kateter interkostal umumnya dimasukkan pada sela iga ke-6
atau ke-7 pada linea midaksilaris.

Setelah pemasangan kateter interkostal, sebaiknya dilakukan rontgen thorax ulang untuk
mengevaluasi posisi kateter interkostal dan menentukan jumlah hemothorax yang tersisa.[4]

Apabila terdapat darah yang menetap setelah 72 jam, tidak dianjurkan untuk melakukan
pemasangan kateter interkostal kedua, melainkan segera dilakukan video-assisted
thoracoscopic surgery (VATS).[2,4,7]
Antibiotik Profilaksis

Pemberian antibiotik pada pasien hemothorax dianjurkan untuk mengurangi risiko terjadi
komplikasi infeksius. Pedoman dari The Eastern Association for Trauma merekomendasikan
penggunaan antibiotik sefalosporin generasi pertama dalam 24 jam pada pasien dengan
kateter interkostal. Namun apabila sudah terjadi empiema maka antibiotik yang
direkomendasikan adalah yang spesifik untuk bakteri Staphylococcus
aureus dan Streptococcus.
Pemberian antibiotik dapat mengurangi angka kejadian pneumonia dari 14,8% menjadi 4,1%,
dan empiema dari 8,7% menjadi 0,8%.[7]

Video-Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS)

VATS merupakan tata laksana lini pertama pada kasus retained hemothorax untuk


mengevakuasi darah yang menggumpal dan tidak bisa dievakuasi oleh kateter interkostal.
Apabila dibandingkan dengan thoracostomy, VATS memiliki komplikasi post operatif yang
lebih sedikit serta lama rawat inap yang lebih pendek.[2,6]
Pembedahan
Pembedahan dengan thoracotomy  dilakukan apabila terdapat salah satu temuan berikut:
 Evakuasi darah >1000 mL pada thoracostomy, yang sudah termasuk sebagai
hemothorax masif
 Perdarahan mencapai 150-200 mL/jam dalam waktu 2-4 jam

 Transfusi darah berulang untuk menjaga kestabilan hemodinamik

Selain itu, pembedahan juga dilakukan apabila:

 Terdapat gumpalan hemothorax yang tidak dapat di evakuasi

 Cardiac tamponade
 Defek pada dinding dada

 Kebocoran udara atau ekspansi paru yang tidak adekuat meskipun telah dilakukan
drainase

 Cedera pada pembuluh darah besar, esofagus, diafragma, serta jantung[1,7-9]

Terapi Fibrinolitik Intrapleural


Terapi fibrinolitik intrapleural merupakan terapi nonoperatif yang dapat dilakukan untuk
mengevakuasi residu gumpalan darah serta memecah perlengketan jika kateter interkostal
tidak adekuat mengatasi hemothorax. Terapi ini dilakukan untuk mengurangi risiko lung
entrapment, fibrothorax kronis, gangguan fungsi paru, serta infeksi yang diakibatkan retensi
darah pada paru.
Fibrinolitik yang digunakan adalah streptokinase (250,000 IU), urokinase (100,000 IU atau
250,000 IU), atau tissue plasminogen activator (TPA). Terapi fibrinolitik intrapleura dapat
diberikan selama 2-9 hari untuk streptokinase, dan 2-15 hari untuk urokinase.[7]
Meski demikian, terapi ini bukan terapi yang rutin dilakukan karena diasosiasikan dengan
durasi rawat inap dan risiko yang lebih tinggi.

7. Seorang laki-laki datang ke klinik dengan keluhan benjolan pada lipatan paha kiri. Benjolan
awalnya keluar masuk, tapi sekarang benjolan tetap. Keluhan tidak bisa BAB dan kentut
disangkal. Pemeriksaan fisik TD 110/80 mmHg, nadi 80 x/m, RR 20x/m, suhu 37 C.
benjolan tidak nyeri. Tatalaksana yg tepat?
A. Hernia inkarserata
B. Hernia reponibel
C. Hernia irreponibel
D. Hernia strangulata
E. Herniotomi

Pembahasan :
Jawaban : E. herniotomy
Keywords
• Pasien keluhan benjolan di lipatan paha kiri
• Benjolan awalnya keluar masuk, tapi sekarang tetap
• Keluhan tidak bisa BAB dan kentut disangkal
• Benjolan tidak nyeri

Definisi: keluarnya isi perut melalui lokus minoris


Gejala klinis
• Benjolan ukuran bervariasi
• Awalnya keluar masuk sesuai posisi tubuh kemudian bisa menetap
Derajat hernia:
• Hernia reponibel = benjolan keluar masuk
• Hernia irreponibel = benjolan tidak bisa masuk
• Hernia inkarserata = benjolan tidak bisa masuk disertai gangguan pasase usus ( tidak
bisa kentun dan BAB)
• Hernia strangulata = ditambah dengan gangguan vaskularisasi ( nyeri, demam, mual,
muntah)

• Diagnosis
• Hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
• USG
• Pemeriksaan Fisik
• Finger test
• Thumb test
• Zieman test
• Jari Telunjuk : Hernia indirek
• Jari Tengah : Hernia direk
• Jari Cincin : Hernia femoral
• Terapi • Herniotomi, Hernioraphy, Hernioplasty
• Operasi segera pada hernia strangulata / obstruksi

8. Seorang laki-laki datang ke klinik dengan keluhan benjolan pada lipatan paha kiri. Benjolan
awalnya keluar masuk, tapi sekarang benjolan tetap. Keluhan disertai tidak bisa BAB dan
kentut , muntah 8x, Pemeriksaan fisik TD 90/50 mmHg, nadi 120 x/m, RR 20x/m, suhu 37
C. benjolan nyeri dan tdk bisa dimasukkan Kembali . Tatalaksana yg tepat?
a. NGT untuk decompresi, resusitasi cairan
b. Resusitasi cairan dan NGT untuk Nutrisi
c. Antibiotik spektrum luas dan herniotomy
d. Valsava manufer
e. Hernioraphy

Jawaban :
A. Ngt untuk decompresi dan resusitasi cairan.
Pembahasan : dx pasien : curiga ileus ec hernia strangulate
Kondisi pasien : presyok dan muntah hebat
Tatalaksana awal : akut abdomen :

Terapi Umum Nyeri Akut Abdomen diantaranya

1. Diberikan cairan intravena


2. Puasa sampai kemungkinan diagnosis karena masalah bedah disingkirkan
3. NGT dipasang jika dicurigai adanya obstruksi, ileus, atau perdarahan saluran cerna
atas
4. Lakukan balans cair

9. Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke klinik dokter dengan keluhan tidak bisa
BAB sejak 2 hari yang lalu. Riwayat post operasi hernia 1 minggu yang lalu.
Pemeriksaan fisik TD 110/80mmHg, Nadi 80x/m, RR 20x/m, suhu 37 C. Pemeriksaan
abdomen perut tampak distended, bising usus menghilang, nyeri tekan (-), perkusi
timpani. Apa diagnosis yang tepat?
A. Ileus paralitik
B. Ileus obstruktif
C. Appendicits
D. Perforasi
E. Chron disease

A. ILEUS PARALITIK
Keywords
• Pasien tidak bisa BAB sejak 2 hari
• Post operasi hernia 1 minggu yang lalu
• Pemeriksaan abdomen perut tampak distended, bising usus menghilang,
nyeri tekan (-), perkusi timpani Apa diagnosis yang tepat

ILEUS PARALITIK
Definisi: kegagalan usus melakukan peristaltik, tidak adanya atau tidak adekuatnya
peristaltik usus tanpa obstruksi mekanik
Etiologi
• Post operasi abdomen (neurogenik)
• Trauma abdomen
• Infeksi
• Iskemik mesenterikus
• Obat-obatan (narkotika, antikolinergik dll)

Gejala dan tanda klinis:


• Perut kembung/distended
• Tidak bisa BAB/ kentut
• Bising usus hilang
• Perkusi timpani
• Obstipasi
Pemeriksaan fisik :
• Tanda dehidrasi
• RT : ampula recti intak
• Silent abdomen Pemeriksaan penunjang
• BOF 3 posisi : tampak air fluid level berbentuk line up, udara mengisi kolon dan
rectum

Tatalaksana
• Dipuasakan
• Dekompresi usus (NGT), mencegah aspirasi
• Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit
• Monitor urin output
• Stimulasi kontraksi usus (laxatives)
• Serial abdominal exam
• Rujuk sp. Bedah
10. Seorang bayi usia 6 bulan diantar ibunya ke UGD dengan keluhan diare berdarah.
Saat anamnesis diketahui konsistensi feses seperti jelly berwarna merah Pemeriksaan
fisik tampak perut distended, teraba massa pada regio hipokondrium dextra. Diagnosis
kasus tersebut diatas adalah ?
a. Double bubble appereance
b. Coiled spring appearance
c. Coffee bean appereance
d. intususepsi
e. Bird peak appereance

Jawaban :
d. Intususepsi
Keywords
• Seorang bayi keluhan diare berdarah konsistensi feses seperti jelly berwarna merah
• Pemeriksaan fisik tampak perut distended, teraba massa pada regio hipokondrium
dextra.

Definisi : masuknya segmen usus kecil ke segmen usus besar


• Anamnesis :
• Anak gelisah tidak dapat ditenangkan
• Nyeri perut
• Keluar lendir campur darah “red currant jelly”
• Teraba massa panjang seperti sosis pada ujung perut
• Colok dubur : pseudoporsio
• Gold Standard : barium enema/colon in loop

• Pemeriksaan Fisik : - Massa abdomen terpalpasi (Sausage appearance) - Dance’s


sign
• TRIAS :
• Nyeri perut kolik
• Muntah bilous
• Red currant jelly stools

Pemeriksaan penunjang :
• Barium enema/ colon in loop Claw sign/ cupping sign/coiled spring sign
• USG abdomen Target sign/ doughnut sign
• CT scan Target sign/ doughnut sign

Anda mungkin juga menyukai