Jawaban :
A. Multiparitas : ibu GVII
Pembahasan
Jawaban : : A. Rupture uteri
4. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan TD 80/ pp N:150x/m RR24x/m
S:36,6. Tatalaksana yang tepat adalah
a. Loading Koloid 2 Line ,persiapan operasi
b. Loading Kristaloid ,suplementasi 02
c. Drip As tranexamat 1000mg
d. Drip oksitosin 28u
e. Drip metergin 2 ampul dan kompresi bimanual
Jawaban :
b. Loading Kristaloid dan suplementasi 02
pembahasan :
Keyword :
- Rupture uteri
- Syok hemoragic, td 80/pp N:150x, rr 24x
Taalaksana :
Resusitasi Cairan.
5. Seorang laki-laki usia 20 tahun diantar warga ke UGD post KLL. Pasien kesadaran
menurun dan tampak sesak. TD 90/60mmHg, nadi 110x/m, RR 28x/m. tampak jejas
pada dada kanan. Pemeriksaan fisik gerak dada kanan tertinggal, perkus hemithoraks
dekstra di atas ICS 4 hipersonor sedangkan dibawah ICS 4 redup dan auskultasi suara
nafas menurun di bawah ICS 4. Apa diagnosis yang tepat pada pasien ini?
a. Hemothoraks
b. Pneumothoraks
c. Tension pneumothoraks
d. Hematopneumothoraks
e. Tamponade jantung
D. HEMATOPNEUMOTHORAKS
Keywords
• Pasien post KLL.
• TD 90/60mmHg, nadi 110x/m, RR 28x/m.
• Tampak jejas pada dada kanan. Pemeriksaan fisik gerak dada kanan tertinggal,
perkus hemithoraks dekstra di atas ICS 4 hipersonor sedangkan dibawah ICS 4 redup
dan auskultasi suara nafas menurun
HEMATOPNEUMOTHORAKS
Adanya darah dan udara secara bersamaan didalam kavum pleura
Gejala dan tanda klinis
• Post trauma
• Sesak nafas
• Bisa syok
• Dada yang sakit tertinggal
• Perkusi : diatas ICS yang sakit hipersonor, di bawah ICS yang sakit redup
Pemeriksaan penunjang Gambaran radioopaq pada paru disertai meniscus sign
Disertai hiperluscen avascular pada atas meniscus
Pembahasan :
Jawaban : C thoracostomy
Penatalaksanaan hemothorax berupa tata laksana awal untuk stabilisasi hemodinamik sesuai
dengan protokol Advanced Trauma Life Saving (ATLS), dan evakuasi perdarahan pada ruang
pleura dengan menggunakan thoracostomy. Selain itu, tata laksana lanjutan dapat berupa
fibrinolisis intrapleural ataupun pembedahan seperti thoracotomy sesuai indikasi.
Penatalaksanaan Awal
Tujuan dari tata laksana awal pada pasien hemothorax bertujuan untuk stabilisasi
hemodinamik dan evakuasi darah dari pleura dengan thoracostomy. Survei primer dilakukan
untuk stabilisasi sumbatan jalan napas, gangguan pernapasan maupun gangguan sirkulasi.
Setelah jalan napas, gangguan pernapasan, dan sirkulasi diamankan, segera lakukan rontgen
thorax.[6]
Apabila pada rontgen thorax didapatkan perdarahan masif yang menutupi sulkus
kostofrenikus atau terdapat pneumothorax, maka pemasangan kateter interkostal diperlukan.
[6]
Pemberian antibiotik profilaksis dan penggunaan video-assisted thoracoscopic
surgery (VATS) pada situasi akut hemothorax masih menjadi kontroversi.[6]
Thoracostomy
Thoracostomy atau kateter interskostal merupakan tata laksana awal hemothorax. Kateter
interkostal dimasukan ke dalam rongga pleura untuk mendrainase darah, udara, pus maupun
cairan lainnya. Ukuran tabung yang biasa digunakan adalah 36 F, namun beberapa penelitian
membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran 28-32F dengan
36-40F pada trauma thorax.
Kateter interkostal diarahkan ke posterior mempertimbangkan pergerakkan darah ke arah
posterior pada pasien supinasi. Kateter interkostal umumnya dimasukkan pada sela iga ke-6
atau ke-7 pada linea midaksilaris.
Setelah pemasangan kateter interkostal, sebaiknya dilakukan rontgen thorax ulang untuk
mengevaluasi posisi kateter interkostal dan menentukan jumlah hemothorax yang tersisa.[4]
Apabila terdapat darah yang menetap setelah 72 jam, tidak dianjurkan untuk melakukan
pemasangan kateter interkostal kedua, melainkan segera dilakukan video-assisted
thoracoscopic surgery (VATS).[2,4,7]
Antibiotik Profilaksis
Pemberian antibiotik pada pasien hemothorax dianjurkan untuk mengurangi risiko terjadi
komplikasi infeksius. Pedoman dari The Eastern Association for Trauma merekomendasikan
penggunaan antibiotik sefalosporin generasi pertama dalam 24 jam pada pasien dengan
kateter interkostal. Namun apabila sudah terjadi empiema maka antibiotik yang
direkomendasikan adalah yang spesifik untuk bakteri Staphylococcus
aureus dan Streptococcus.
Pemberian antibiotik dapat mengurangi angka kejadian pneumonia dari 14,8% menjadi 4,1%,
dan empiema dari 8,7% menjadi 0,8%.[7]
Cardiac tamponade
Defek pada dinding dada
Kebocoran udara atau ekspansi paru yang tidak adekuat meskipun telah dilakukan
drainase
7. Seorang laki-laki datang ke klinik dengan keluhan benjolan pada lipatan paha kiri. Benjolan
awalnya keluar masuk, tapi sekarang benjolan tetap. Keluhan tidak bisa BAB dan kentut
disangkal. Pemeriksaan fisik TD 110/80 mmHg, nadi 80 x/m, RR 20x/m, suhu 37 C.
benjolan tidak nyeri. Tatalaksana yg tepat?
A. Hernia inkarserata
B. Hernia reponibel
C. Hernia irreponibel
D. Hernia strangulata
E. Herniotomi
Pembahasan :
Jawaban : E. herniotomy
Keywords
• Pasien keluhan benjolan di lipatan paha kiri
• Benjolan awalnya keluar masuk, tapi sekarang tetap
• Keluhan tidak bisa BAB dan kentut disangkal
• Benjolan tidak nyeri
• Diagnosis
• Hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
• USG
• Pemeriksaan Fisik
• Finger test
• Thumb test
• Zieman test
• Jari Telunjuk : Hernia indirek
• Jari Tengah : Hernia direk
• Jari Cincin : Hernia femoral
• Terapi • Herniotomi, Hernioraphy, Hernioplasty
• Operasi segera pada hernia strangulata / obstruksi
8. Seorang laki-laki datang ke klinik dengan keluhan benjolan pada lipatan paha kiri. Benjolan
awalnya keluar masuk, tapi sekarang benjolan tetap. Keluhan disertai tidak bisa BAB dan
kentut , muntah 8x, Pemeriksaan fisik TD 90/50 mmHg, nadi 120 x/m, RR 20x/m, suhu 37
C. benjolan nyeri dan tdk bisa dimasukkan Kembali . Tatalaksana yg tepat?
a. NGT untuk decompresi, resusitasi cairan
b. Resusitasi cairan dan NGT untuk Nutrisi
c. Antibiotik spektrum luas dan herniotomy
d. Valsava manufer
e. Hernioraphy
Jawaban :
A. Ngt untuk decompresi dan resusitasi cairan.
Pembahasan : dx pasien : curiga ileus ec hernia strangulate
Kondisi pasien : presyok dan muntah hebat
Tatalaksana awal : akut abdomen :
9. Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke klinik dokter dengan keluhan tidak bisa
BAB sejak 2 hari yang lalu. Riwayat post operasi hernia 1 minggu yang lalu.
Pemeriksaan fisik TD 110/80mmHg, Nadi 80x/m, RR 20x/m, suhu 37 C. Pemeriksaan
abdomen perut tampak distended, bising usus menghilang, nyeri tekan (-), perkusi
timpani. Apa diagnosis yang tepat?
A. Ileus paralitik
B. Ileus obstruktif
C. Appendicits
D. Perforasi
E. Chron disease
A. ILEUS PARALITIK
Keywords
• Pasien tidak bisa BAB sejak 2 hari
• Post operasi hernia 1 minggu yang lalu
• Pemeriksaan abdomen perut tampak distended, bising usus menghilang,
nyeri tekan (-), perkusi timpani Apa diagnosis yang tepat
ILEUS PARALITIK
Definisi: kegagalan usus melakukan peristaltik, tidak adanya atau tidak adekuatnya
peristaltik usus tanpa obstruksi mekanik
Etiologi
• Post operasi abdomen (neurogenik)
• Trauma abdomen
• Infeksi
• Iskemik mesenterikus
• Obat-obatan (narkotika, antikolinergik dll)
Tatalaksana
• Dipuasakan
• Dekompresi usus (NGT), mencegah aspirasi
• Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit
• Monitor urin output
• Stimulasi kontraksi usus (laxatives)
• Serial abdominal exam
• Rujuk sp. Bedah
10. Seorang bayi usia 6 bulan diantar ibunya ke UGD dengan keluhan diare berdarah.
Saat anamnesis diketahui konsistensi feses seperti jelly berwarna merah Pemeriksaan
fisik tampak perut distended, teraba massa pada regio hipokondrium dextra. Diagnosis
kasus tersebut diatas adalah ?
a. Double bubble appereance
b. Coiled spring appearance
c. Coffee bean appereance
d. intususepsi
e. Bird peak appereance
Jawaban :
d. Intususepsi
Keywords
• Seorang bayi keluhan diare berdarah konsistensi feses seperti jelly berwarna merah
• Pemeriksaan fisik tampak perut distended, teraba massa pada regio hipokondrium
dextra.
Pemeriksaan penunjang :
• Barium enema/ colon in loop Claw sign/ cupping sign/coiled spring sign
• USG abdomen Target sign/ doughnut sign
• CT scan Target sign/ doughnut sign