Anda di halaman 1dari 58

Kelainan pada Akomodasi dan Refraksi

Dr. Nurul Widiati, SpM


REFRAKSI MATA :

Adalah perubahan jalannya cahaya, akibat


media refrakta mata, dimana mata dalam
keadaan istirahat.( tidak berakomodasi ).
Refraksi

• Terdiri dari:
– Optik secara umum
– Sistem Optika mata
– Anomali klinik: Kesalahan Refraksi
Refraksi

• PUNCTUM REMOTUM ( R ) :
Titik terjauh yang dapat dilihat dengan mata
tanpa akomodasi.
PUNCTUM PROKSIMUM ( P ) :
Titik terdekat yang dapat dilihat mata dengan
akomodasi maksimal.
DAERAH AKOMODASI : JARAK P- R
Refraksi

• LEBAR AKOMODASI (A)


Tenaga yg dibutuhkan untuk melihat
daerah akomodasi
dinyatakan dalam Dioptri A=1/P-1/R
• PADA EMETROPIA
R= terletak pd jarak tak terhingga. P = 20 cm
A : 1/P-1/R = 100/20 – ( 1/~ ) = 5 D
Optik
• Dioptri (D) : Satuan kekuatan lensa,
merupakan perbandingan terbalik dari jarak
fokus dalam meter
D = 1/f
• 1 D lensa, sinar paralel akan dijatuhkan ke titik
fokus pada jarak 1 meter
2 D = 1/f ----> f = ?
Jika f = 25 cm , ----> D = ?
• Sinar paralel akan dikonvergensikan ke titik fokus --
-> lensa Plus (+)

• Atau akan divergensikan seolah olah berasal dari


titik fokus ----> Lensa minus (-)
Prinsip-Prinsip

• Sinar-sinar yang datang dari jarak > 5 m


Sinar paralel

• Sinar-sinar yang datang dari jarak < 5m


Sinar Divergen
• lensa Sferikal
– Adalah lensa dengan diameter kurvatura yang
sama di semua meridian

Sferikal Cembung (+) Sferikal Cekung (-)


• Sebuah lensa cembung dianggap sebagai
suatu kumpulan basis prisma di tengah
lensa
• Sebuah lensa cekung dianggap sebagai
suatu kumpulan apeks prisma di tengah
lensa
• Pengaruh Prismatik yang terjadi terhadap
mata yang berkacamata menjelaskan :
– Berlawanan gerak dengan lensa (+)
– Searah gerak, dengan lensa (-)
• Lensa Sferikal :
– Sferis Plus : Cembung
– Ciri : membesarkan dan mendekatkan bayangan

+2 +2 0 +4 +5 -1

Biconvex Plano K Concave K


• Sferis Minus : Cekung
– Ciri : mengecilkan dan menjauhkan bayangan

-2 -2 0 -4 +1 -5

Bi Concave Plano K Convex K

• Sinar-sinar Paralel akan dipusatkan atau


divergensikan dari fokus
Lensa Silinder
• Merupakan jenis lensa yang
mempunyai 2 meridian yang saling
tegak lurus satu sama lain
• Meridian yang tidak mempunyai
kekuatan disebut Axis
• Meridian,lainnya punya kekuatan
• Lensa Sferosilinder
– Merupakan kombinasi antara lensa sferis dan
lensa silinder
– Contoh :
• S + 2.00 D C + 1.00 D X 90 0
+ 2.00 0.00 + 2.00
0.00

+ 2.00
+ + 1.00 + 2.00
+ 1.00

+ 2.00

+ 3.00
• Transposisi
– Metode:
• Sferis : hasil jumlah aljabar SPH + CYL
• Silinder : mengganti nilai kekuatan (Neg
Pos),
Perubahan axis 90 derajat
• Contoh : S + 2.00 C + 1.00 X 90 0

S + 3.00 C - 1.00 X 1800


Mata sebagai suatu Perangkat Optikal

• Media refraksi :
– Kornea n = 1.33
– Cairan Humour n = 1.33
– Lensa n = 1,41
– Badan Vitreus n = 1.33
• Kekaburan pada media refraksi --> gangguan penglihatan
• Kekuatan refraksi pada mata
– Total : 60 dioptri
– Kornea : 40 dioptri
– Lensa : 20 dioptri
• Proses Akommodasi
– Kemampuan penambahan kekuatan refraksi
mata dengan meningkatkan konveksitas lensa
– Normal : Sinar datang dari jarak > 5 m –
dianggap sebagai sinar paralel ; mata dalam
keadaan relaksasi , bayangan difokuskan tepat
di retina (fovea centralis)
• Untuk benda dari jarak < 5
meter, sinar tidak datang
paralel tapi divergen. Jika
mata masih dalam keadaan
relaksasi , bayangan
difokuskan di belakang retina.
Sehingga benda terlihat kabur.
Bayangan harus dipindahkan
ke depan sehingga fokusnya
tepat di retina dengan cara
meningkatkan konveksitas
lensa. Proses ini disebut proses
Akommodasi .
• Proses akommodasi
terjadi sebagai hasil dari
kontraksi Otot Siliaris
pada Badan siliar
• Reflek-reflek ini juga terjadi selama proses
akomodasi :
– Akomodasi
– Miosis Refleks dekat
– Konvergensi
Anomali Refraksi
• Normal : Emetropia
• Anomali : (ametropia)
• Miopia
• Hipermetropia
• Astigmatisme
• Presbiopia
• Emmetropia
– Suatu keadaan dimana sinar paralel difokuskan
tepat di retina saat mata relaksasi ---> Ketajaman
penglihatan maksimal
• Ametropia
– Keadaan dimana sinar paralel tidak difokuskan
tepat di retina saat mata relaksasi.
– Titik fokusnya bisa di depan atau di belakang
retina

Hal 47, 4.2 Duke Elder


• Miopia
– Keadaan refraksi tanpa akomodasi, sinar paralel
difokuskan di depan retina.
– Mata Miopia : Status refraksi di atas kekuatan
plus
• Faktor-faktor penyebab miopia :
– Axial : Axis antero posterior bola mata > normal
• Pada kasus ini, kekuatan refraksi kornea,lensa,dan posisi lensa
normal. Mata biasanya terlihat proptosis
– Kurvatura :
• Ukuran bola mata ---> normal, tapi ada peningkatan kurvatura
lensa/kornea
• Perubahan lensa misalnya; Pertumbuhan katarak
– Peningkatan indeks refraksi
• Dapat terjadi pada pasien diabetes
– Perubahan lokasi lensa
• Perubahan posisi lensa setelah bedah glaukoma
• Subluksasi lensa
• Gejala klinik :
– Penglihatan jauh kabur, penglihatan dekat normal
– Astenopia
– Pada miopia tinggi : terjadinya hemeralopia karena
degenerasi retina perifer
– Gambaran spot Floating dikarenakan degenerasi vitreus
– Menekan kelopak mata bersamaan supaya mendapatkan
penglihatan yang lebih baik
• Pada miopia tinggi ----> simulasi proptosis , bilik
mata depan dalam
• Funduskopi : fundus Tigroid ---> retina dan
koroid, myopic crescent sekitar daerah papil,
stafiloma posterior
• Komplikasi :
– Umumnya terjadi pada miopia tinggi
1. Degenerasi dan Pencairan vitreus
2. Ablasio Retina
3. Perubahan Pigmentasi + Perdarahan Makula
4. Strabismus
• Klasifikasi Miopia :
– < 3.00 D = miopia rendah
– 3.00 - 6.00 D= miopia sedang
– > 6.00 D = miopia tinggi/gravis
• Penatalaksanaan :
– Miopia rendah dan sedang: koreksi penuh dengan
lensa sferis terlemah yang memberikan tajam
penglihatan terbaik
• Contoh :
VOD = 5/60 S -2.50 D = 6/7
S -2.75 D = 6/6
S -3.00 D = 6/6
S -3.25 D = 6/7
Kacamatanya: S - 2.75 D
– Pada miopia tinggi,koreksi penuh tidak dilakukan
karena menyebabkan nyeri kepala . Bila perlu,
diberikan kacamata baca ---> kacamata bifokal
• Prognosis :
– Simpleks/stasioner, setelah pubertas akan menetap
– Miopia progresif, miopia akan berkembang lebih
tinggi dan menimbulkan komplikasi
Hipermetropia
• Merupakan suatu anomali refraksi dimana sinar paralel,
tanpa akomodasi akan difokuskan di belakang retina
• Sinar Divergen dari objek dekat, akan difokuskan jauh di
belakang retina
• Etiologi :
– Aksial ---> diameter bola mata < N
– hilangnya konveksitas kurvatura kornea/lensa
– Turunnya indeks Refraktif
– Berubahnya posisi lensa
• Manifestasi klinik :
– H. Manifestasi ---> dideteksi tanpa
melumpuhkan akomodasi dan diperbaiki
dengan kacamata cembung , pasien melihat
lebih jelas. Hal ini berhubungan dengan
banyaknya akomodasi yang relaksasi saat lensa
cembung diletakan di mata.
– Dibagi menjadi 2 tipe :
• Fakultatif : dapat diatasi dengan kekuatan
akomodasi
• Absolut: tak dapat diatasi
– Hipermetropia total : dideteksi setelah
dilakukan paralisis akomodasi dengan agen
siklopegik
– Hipermetropia Laten : merupakan perbedaan
hipermetropia total dengan hipermetropia
manifestasi
Hipermetropia

Hipermetropia laten

Manifestasi Hipermetropia
• Gejala Klinik:
– Penglihatan dekat kabur
– Hipermetropia tinggi pada usia lanjut :
penglihatan jauh juga kabur
– Astenopia akomodatif (mata lelah)
– Anak-anak : hipermetropia tinggi biasanya
menyebabkan strabismus konvergen
(convergent squint)
• Pengobatan :
– Bila foria/tropia tak ada, gunakan lensa sferis
positif terkuat yang bisa memberikan tajam
penglihatan terbaik
– Bila foria/tropia ada, koreksi hipermetropia
total. Jika perlu : Kacamata bifokal
Astigmatisme
• Kondisi Refraksi mata dimana terdapat perbedaan
derajat refraksi pada meridian yang berbeda, tiap
meridian akan memfokuskan sinar paralel pada
titik fokus yang berbeda.
• Bentuk-bentuk bayangan :
– garis, oval, lingkaran, tak ada sebuah poin
• Manifestasi :
– Astigmatisme Reguler
• Perbedaan derajat refraksi di setiap meredian.
• 2 prinsip meridian :
– Refraksi maksimal Bentuk sudut satu
– Refraksi minimal sama lain

– Astigmatisme Irreguler
• Perbedaan refraksi tidak hanya pada meridian yang
berbeda tapi juga terdapat bagian berbeda pada
meridian yang sama.
• Etiologi Astigmatisme :
– Gangguan kurvatura kornea ---> 90%
– Gangguan kurvatura lensa ---> 10%
• Tipe Astigmatisme :
– Ast. M. Simpleks C-2.00 X 90
– Ast. H. Simpleks C+2.00 X 45
– Ast. M Kompositum S-1.50 C-1.00 X 60
0
– Ast. H Kompositum S+3.00 C+2.00 X 30
– Ast. Mikstus S+2.00 C-5.00 X 180
0

0
Ast. M. Simplex Ast. H. Simplex

Ast. M Compositium Ast. H Compositium

Ast. Mixtus
Presbiopia

• Perubahan kemampuan akomodasi secara


fisiologi yang melemah di usia tua
Accommodation
16

10

10 20 40 50 60 Age
• Koreksi Presbiopia :
– Usia 40 thn S + 1.00 D
– Usia 45 thn S + 1.50 D
– Usia 50 thn S + 2.00 D
– Usia 55 thn S + 2.50 D
– Usia 60 thn S + 3.00 D
• Pertimbangkan riwayat jenis pekerjaan:
– Penjahit
– Arsitektur
– Tukang Las
Teknis Pemeriksaan Refraksi

• Subyektif :
– Kartu/proyektor Snellen , alfabet , inverse E, gambar,
cincin Landolt
– lensa coba
– Bingkai coba
• Obyektif :
– Anak-anak, tak kooperatif, koreksi sulit, strabismus :
• Oftalmoskopi
• Retinoskopi
• Refraktometer
• Subyektif
– Pertama-tama diperiksa 1 mata saja : OD
– Jarak : 5 atau 6 meter
– VOD : …...( visus dasar mata kanan)
a. Trial and error
• gunakan S + 0.50, visus membaik, tambah S+ sampai
visus = 6/6
• Gunakan S +0.50, visus memburuk, ubah S -, naikan S
– sampai visus = 6/6
• S +/- tak membaik ----> silinder
• Dengan lempeng astigmatisme , slit stenoplik , silinder
silang
• Lempeng astigmatisme :
– Garis kabur----> aksis lensa C negatif
• Pengaburan satu persatu ( fogging)

– S + sp. Lens --> visus kabur, selangkah demi langkah

dialihkan ---> sp. terbaik

• Penglihatan dekat/Baca

– Kedua mata pada saat bersamaan pada jarak yang

diperlukan : memakai kartu jaeger


– Contoh :
I. AVOD 2/60 S - 3.50 = 6/6 ODS 6/6
Nyeri kepala,mata lelah
AVOS 3/60 S - 3.00 = 6/6
II. AVOD 2/60 S - 3.00 = 6/7 ODS 6/6
Tak ada nyeri kepala,
AVOS 3/60 S - 2.75 = 6/7 mata lelah
baca ADD S + 1.50
Beri kacamata sesuai II
• Obyektif
– Menggunakan siklopegik
1. Oftalmoskopi : papil terlihat jernih
2. Retinoskopi :
• Ordinary ---> sumber cahaya di luar
• streak -----> sumber cahaya di dalam
3. Refraktometer
• Komputerisasi
• Prinsip Lensameter
• Ideal :
– Subyektif
– Obyektif dengan siklopegik
– Subyektif sekali lagi tanpa siklopegik
• Lensa meter
– Ukur kekuatan lensa
– Ukur jarak fokus
• Ukur jarak pupil (Pupillary Distance)
– Jatuhkan cahaya di atas kedua
mata,cahaya datang dari depan
pasien,pasien melihat ke dahi pengamat
atau lampu ----> ukur jarak titik lampu
antara OD and OS ----> sebagai jarak
pupil dekat
– Jarak Jauh:
• Tambah 2 mm ---> untuk jarak pupil kurang
dari 60 mm.
• Tambah 3 mm ---> untuk jarak pupil lebih
dari 60 mm
• Kacamata
• Monofokal
• Bifokal
• Progresif
• Peresepan kacamata, Komponennya :
– Mata yang mana (OD atau OS)
– Kekuatan lensa ( + atau - , kekuatan, aksis)
– ADD untuk baca
– Jarak pupil jauh dan dekat
– Nama pasien
Defek Optika Binokular
• Anisometropia :
– Kondisi dimana refraksi kedua mata tidak sama
– variasi: Miopia M
M. E.
H. E.
H. H.
M. H

Antimetropia
• Penglihatan pada Anisometropia
– Perbedaan < 2.50 D : masih bisa fusi +
penglihatan binokuler tunggal
– Perbedaan > 2.50 D : Kesulitan fusi ---->
Penekanan mata yang lemah---> ambliopia
– Penglihatan alternan : mata kanan dan kiri
bergantian
• Aniseikonia :
– Perbedaan ukuran dan ketajaman bayangan
antara mata kanan dan kiri
• Keterbatasan kacamata
– Tak dapat digunakan untuk anisometropia lebih dari
2.50 Dioptri
– anisometropia menyebabkan aniseikonia
• lensa kontak: Hard ---> lensa rigid
Soft
– Indikasi :
• Anisometropia tinggi
• Astigmatisme Irreguler
• asimetri depan, orbit
• Aniridia
• Descemetokele
• Olahraga
• Cosmetika
• Pasien 25 tahun, tajam penglihatan 6/20
- dikoreksi dg S+ 2.00  6/6
dikoreksi dg S+ 2.50  6/6
dikoreksi dg sikloplegi, S+ 5.00  6/6

Maka pasien ini mempunyai ;

Hipermetrop absolut S+ 2.00


Hipermetrop manifes S+ 2.50
Hipermetrop fakultatif ( 2-50) – ( 2.00 ) = + 0,50
Hipermetro latent S+ 5.00 – S+ 2.50= 2.50

Anda mungkin juga menyukai