Jurnal International
Max-Eigen
Jejak 0, 05 0, 05
Hipotesis No Dari CE (s) Eigenvalue Statistik
Statistic Nilai Kritis Nilai Kritis
Jangka panjang
Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan Vector-error correction model (VECM) sebagai alat untuk
menganalisis tentang pengaruh bank perilaku, yaitu pembiayaan, dan variabel ekonomi
makro, yaitu inflasi, nilai tukar, uang beredar dan Jakarta Islamic Index (JII) terhadap
risiko kredit pada perbankan syariah. Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa kedua
perilaku bank (Pembiayaan) dan variabel makroekonomi (inflasi, nilai tukar, uang
beredar dan Jakarta Islamic Index) secara signifikan mempengaruhi non-performing
financing (NPF) dengan R-squared 80,98 persen.
Saran
Salah satu cara untuk menganalisis tentang pengaruh bank perilaku dengan metode
atau VECM (Vector Error Correction Model) yang dapat memperkirakan hubungan
jangka panjang dan jangka pendek antara variabel bebas (independen) dan variabel
terikat (dependen) pada data time-series. Sehingga VECM dapat memanfaatkan
kointegrasi informasi pembatasan dalam spesifikasi.
Makro Ekonomi Islam
Skripsi
Dalam melakukan kegiatan ekonomi, uang menempati posisi yang penting dalam
mempermudah pelaksanaan transaksi pertukaran komoditi dan jasa. Munculnya uang
dianggap sebagai alternatif adanya kendala dalam sistem barter yang fungsinya tidak
hanya sebagai alat tukar tetapi semakin meluas ke fungsi-fungsi yang lain. Uang
dianggap sebagai salah satu unsur kedaulatan politik negara, yang mampu menopang
lancarnya perjalanan politik suatu negara.
Dari inilah mata uang di berbagai bangsa menjadi beragam, sampai akhirnya
ditemukan mata uang logam berupa emas dan perak. Dinar emas dan dirham perak
adalah dua mata uang yang telah lama dipakai sebagai mata uang yang berlaku pada
zaman Rasulullah SAW dan telah dipakai jauh sebelum kedatangan Islam, yaitu sejak
zaman Persia dan Romawi sebagai alat pembayaran. Ketika mata uang dunia masih
disandarkan pada emas, mata uang relatif stabil dan kemungkinan krisis moneter
sangat kecil.
Dapat dipahami bahwa gagasan penerapan dinar dan dirham tersebut dilakukan
dengan argumen akademis dan teknis yang tidak menyinggung bagaimana dalil dan
syariat tentang penerapan dinar dan dirham. Berbeda dengan yang dilakukan oleh
salah satu golongan politik Islam yang melakukan aktivitas-aktivitas pemeliharaan
urusan umat hanya dengan pandangan hidup (way of live) Islam saja bukan yang
lainnya yang disebut Hizbut Tahrir.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian pustaka (library
reseacrh), yaitu penelitian yang dilakukan untuk memecahkan suatu
masalah yang bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam
terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka umumnya
dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data atau informasi dari
berbagai sumber pustaka yang selanjutnya dianalisis dan disajikan
dalam bentuk yang baru. Penelitian ini bersifat induksi, yaitu analisis
data berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola
hubungan tetentu atau menjadi hipotesis. Penelitian ini dilakukan
dengan menggali gagasan Hizbut Tahrir tentang mata uang emas dan
perak, meliputi dasar kewajibannya dengan mengetahui metode
istinbat hukum yang digunakan dan ke-maslahatan nya apabila
diterapkan kembali pada konteks sekarang.
HASIL PENELITIAN
Dalam perekonomian kapitalis, fungsi uang tidak hanya sebagai alat tukar yang sah
(legal tender), melainkan juga sebagai komoditas dan juga uang dapat diperjualbelikan
dengan kelebihan baik dengan tunai maupun tangguh. Selain itu, lebih jauh lagi, uang
dapat disewakan (leasing). Sedangkan dalam sistem Islam, uang bukanlah komoditas yang
dapat diperjualbelikan. Satu fenomena penting dalam karakteristik uang adalah bahwa
uang tidak diperlukan dalam konsumsi, tidak diperlukan untuk dirinya sendiri, melainkan
diperlukan untuk membeli barang lain yang mampu mencukupi kebutuhan manusia.
Perdagangan internasional saat ini didominasi oleh transaksi dolar. Hanya dolar yang
dijadikan ukuran paritas terhadap emas. Sedangkan mata uang lainnya mempunyai
hubungan tidak langsung, akan tetapi nilainya disandarkan pada nilai dolar. Dengan posisi
dolar saat ini, Amerika Serikat cukup menyediakan dolar, sedangkan negeri lain harus
menyediakan komoditi kompetitif untuk dapat ditukar dengan dolar. Hal ini tidak lain
karena dolar dicetak tanpa back up apapun. Ia hanya selembar kertas dengan adanya legal
tender negara, sehingga berlaku dan diakui sebagai uang. Disebut juga fiat money yaitu
uang yang dicetak tanpa back up apapun dan tidak mempunyai nilai instrinsik.
Perbedaan antara dinar emas dan uang fiat adalah stabilitas nilai uang tersebut. Tidak
ada perbedaan ukuran emas yang dikandung dinar dalam setiap negara. Setiap mata uang
dinar mengandung 4,25 gram emas 22 karat. Sehingga dengan hal ini akan memberikan
kemudahan dan kelebihan bagi para pengguna baik untuk transaksi domestik maupun
internasional.
Keuntungan lain dari sistem ini adalah mengurangi praktik-praktik spekulasi,
manipulasi dan arbitrasi di antara beberapa mata uang nasional. Selain itu, keuntungan
penggunaan dinar emas dalam perdagangan internasional akan mengurangi sovereignty
(kekuasaan). Sistem perdagangan fiat money memberikan peluang dan ruang bagi
negara-negara maju untuk menguasai perekonomian dunia dan menyebabkan
perbedaan antara kaya dan miskin.
Dengan demikian, pemakaian dinar emas sebagai pembayaran perdagangan
internasional akan mampu mengurangi praktik ekonomi yang disebut dengan tiga pilar
ekonomi setan oleh Ahmad Riawan Amin, yaitu fiat money (uang kertas yang dicetak
tanpa nilai intrinsik), fractional Reserve Requirement (ketentuan cadangan minimum
bank, yang melancarkan praktik permainan uang melalui lembaga perbankan), dan
interest (bunga bank).
Namun, sistem ini pernah mengalami goncangan yang luar biasa, yang
menyebabkan masyarakat sulit dalam melakukan transaksi. Goncangan yang dimaksud
diakibatkan perilaku ekonomi manusia yang destruktif dan gejolak alam yang luar biasa.
Bentuk perilaku destruktif tersebut adalah penimbunan (ihtikar) dan pemalsuan mata
uang (al-ghash). Para penimbun dalam kasus penimbunan, sengaja melakukan sabotase
suplai bahan-bahan makanan pokok, sehingga harga-harga komoditas tersebut
melambung tinggi.
Dalam kasus ini, para pelaku sengaja melelehkan dinar emas dan dirham
perak, mengambil emas dan peraknya, kemudian memasukkan logam lain.
Misalnya jenis tembaga. Dengan kasus ini terjadi penumpukkan emas dan perak
asli di tangan para pemalsu uang. Sehingga hilangnya kepercayaan publik terhadap
mata uang dinar dan dirham. Selain hal yang sudah dijelaskan sebelumnya,
kelemahan sistem emas lainnya adalah alasan ketidak praktisan dan ketidak
nyamanan dalam sistem ini.
Dengan adanya kenyataan-kenyataan yang ada dalam alat tukar dan
kelemahan serta permasalahanya, dibutuhkan alat tukar yang tidak bisa disanering,
didevaluasi, atau diredenominasi. Dalam arti, alat tukar yang tidak dapat
dimanipulasi oleh siapa pun, baik oleh bank sentral ataupun IMF, yaitu alat tukar
yang mempunyai nilai instrinsik
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sebagai salah satu dari pilar ekonomi, uang sangat memudahkan pertukaran komoditi dan
jasa. fungsi uang terdapat satu perbedaan antara sistem perekonomian kapitalis dan sistem
Islam. Dalam perekonomian kapitalis, fungsi uang tidak hanya sebagai alat tukar yang sah
(legal tender), melainkan juga sebagai komoditas. Menurut sistem ini, uang dapat diperjual
belikan dengan kelebihan baik dengan tunai maupun tangguh. Selain itu, lebih jauh lagi,
uang dapat disewakan (leasing). Sedangkan dalam sistem Islam, uang bukanlah komoditas
yang dapat diperjual belikan. Sehingga mata uang yang sesuai dengan shari’ah dalam
pandangan Hizbut Tahrir adalah mata uang emas dan perak yang dikenal dengan dinar emas
dan dirham perak, yang dinilai dapat mengurangi praktik-praktik spekulasi, manipulasi dan
arbitrasi di antara beberapa mata uang nasional.
Satu fenomena penting dalam karakteristik uang adalah bahwa uang tidak diperlukan dalam
konsumsi, tidak diperlukan untuk dirinya sendiri, melainkan diperlukan untuk membeli
barang lain yang mampu mencukupi kebutuhan manusia.
Saran
Dalam penanganan masalah uang, sebenarnya yang menentukan baik atau tidaknya itu
adalah faktor manusia itu sendiri, bukan dari sistem yang ada. Suatu sistem akan berjalan
dengan baik apabila dikelola dengan baik, dengan dukungan sumber daya manusia yang
memumpuni, dan dengan menjalankan rasionalitas serta adanya agama.
Makro Ekonomi Islam
Tesis
ANALISIS PENGARUH FAKTOR MAKROEKONOMI,
PANGSA PASAR DAN KARAKTERISTIK BANK
TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH
Sebagai lembaga mediasi sektor keuangan, bank memiliki peran penting dalam
perekonomian. Mediasi keuangan pada sektor perbankan tentu sangat penting bagi setiap
negara termasuk Indonesia. Di Indonesia sistem perbankan yang digunakan adalah dual
banking sistem dimana beroperasi dua jenis usaha bank yaitu bank syariah dan bank
konvensional.
Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat
profitabilitasnya. Hal ini terkait sejauh mana bank menjalankan usahanya secara efisien.
Efisiensi diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba. Semakin tinggi profitabilitas suatu bank, maka semakin baik pula
kinerja bank tersebut.
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah ROA.
ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan mamanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA
merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA
menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, kerena tingkat pengembalian (return)
semakin besar (Husnan, 1998).
Pada teori ekonomi makro, inflasi selalu berkaitan dengan jumlah uang yang beredar dan
kebijakan moneter yang diambil pemerintah melalui bank sentral. Pemerintah bisa
mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan mempengaruhi proses penciptaan uang.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan kebijakan moneter melalui tingkat suku
bunga sehingga jumlah uang yang beredar bisa dikontrol. Melalui tingkat bunga inilah
pemerintah dapat mempengaruhi pengeluaran investasi, permintaan agregat, tingkat harga
serta GDP riil. Selain itu pemerintah juga dapat mengatur tingkat suku bunga Bank
Indonesia atau BI rate.
METODE PENELITIAN
- Bank Mandiri Syariah - Bank Negara Indonesia - BPRS Bhakti Makmur Indah
- Bank Muamalat - Bank Rakyat Indonesia - BPRS Harta Insan Karimah
- Bank Mega Syariah - Bank Tabungan Negara
- Bank Bukopin
- Bank CIMB Niaga
- Bank Permata
- Bank BPD Kalimantan Selatan
- Bank DKI
- Bank Aceh
- Bank BPD Jawa Barat dan Banten
- Bank BPR Riau
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Sumber : Data sekunder diolah 2010
Tabel 4.1 di atas menginformasikan bahwa rata-rata pertumbuhan Inflasi (X1) adalah sebesar 8,14%
dengan standar deviasi (std deviation) sebesar 31,94% . Hal ini berarti nilai rata-rata lebih kecil daripada
standar deviasi, sehingga mengindikasikan hasil yang kurang baik. Nilai minimal pertumbuhan Inflasi (X1)
sebesar -58,97% dan nilai maksimumnya sebesar 111,57%. Dengan nilai rata-rata 8,14% menunjukkan
bahwa pertumbuhan inflasi di Indonesia selama periode penelitian cenderung positif. Informasi tentang
pertumbuhan GDP (X2) dari tabel di atas yang dapat diperoleh adalah bahwa rata-rata pertumbuhan GDP
(X2) adalah sebesar 1,06% dengan standar deviasi (std. deviation) sebesar 2,99% yang artinya nilai rata-rata
lebih kecil dari pada standar deviasi, sehingga mengindikasikan hasil yang kurang baik.
Nilai minimalnya sebesar -4,74% dan nilai maksimumnya sebesar 4,9%. Dengan nilai rata-rata 1,06
menunjukkan bahwa kondisi makro ekonomi Indonesia dalam hal ini pertumbuhan GDP (X2) cukup baik
karena mengalami pertubuhan rata-rata yang positif.
Hasil dari pengujian statistik ternyata tidak semuanya mendukung hipotesis. Secara
garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Makroekonomi , Hasil pengujian pada faktor makro ekonomi yang diproksi dengan
Inflasi dan GDP menunjukkan bahwa keduanya tidak berpengaruh terhadap ROA bank
syariah di indonesia. Secara kajian teori maka hasil penelitian pada perbankan Syariah
di Indonesia cenderung lebih sesuai dengan Teori Ekonomi Islam murni yang
menjelaskan bahwa pada ekonomi islam lebih mengutamakan perputaran uang pada
sektor riil sehingga ada kesesuaian antara Money supply dan money demand.
b. Pangsa Pasar , Hasil penelitian pada pangsa pasar menunjukkan bahwa pangsa pasar
secara signifikan berpengaruh terhadap ROA pada bank syariah di Indonesia.
c. KarakteristikBank , Pada karakterisitik bank syariah secara keseluruhan mendukung
teori konvensional (Rivai, 2009) maupun teori syariah (Muhamad, 2005). Variabel CAR
dalam penelitian menunjukkan berpengaruh signifikan positif. Hal ini seiring dengan
temuan Gelos (2006) dan Suyono (2005) yang menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan positif antara CAR dan ROA.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Secara simultan Inflasi (X1), GDP (X2), Pangsa pembiayaan (X3), CAR (X4) , FDR (X5), NPF (X6),
BOPO (X7) dan SIZE (X8) berpengaruh terhadap ROA Bank-bank Syarian di Indonesia. Secara parsial
Pangsa pembiayaan (X3), CAR (X4) , FDR (X5), NPF (X6), BOPO (X7) dan SIZE (X8) berpengaruh
secara signifikan terhadap ROA pada Bank-bank Syariah di Indonesia, sehingga hipotesis 3 sampai
hipotesis 7 diterima.
Sementara itu variabel Inflasi (X1), dan GDP (X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
ROA sehingga hipotesis 1 dan 2 ditolak. Meski variable Size(X8) berpengaruh negatif secara
signifikan terhadap ROA namun hipotesis 8 ditolak karena hasil penelitian bertentangan dengan
hipotesis penelitian bahwa “SIZE berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank syariah”.
Nilai R square sebesar 12,9% yang artinya masih banyak variabel lain di luar penelitian ini yang
lebih berpengaruh terhadap ROA sehingga hal ini dapat dijadikan agenda penelitian mendatang
untuk mencari variabel-variabel apa sajakah lagi yang diduga kuat dapat mempengaruhi ROA bank-
bank syariah di Indonesia.
Saran
Dalam penelitian ini, beberapa variabel ditemukan berpengaruh secara positif dan negatif
terhadap ROA. Oleh karena itu manajemen perlu meningkatkan variabel-variabel berikut yaitu
pangsa pembiayaan (X3), CAR (X4) , FDR (X5) supaya ROA perusahaan naik. Namun sebaliknya,
manajemen juga perlu menurunkan variabel-variabel berikut yaitu NPF (X6), dan BOPO (X7) serta
mengoptimalkan Size (X8) atau asset-aset supaya lebih produktif. Dengan pemantauan yang tepat
dari manajemen serta pemilihan kebijakan yang tepat diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan bank syariah dimasa yang akan datang.