Anda di halaman 1dari 3

Eduard Douwes Dekker: Max Havelaar (1860)

Eduard Douwes Dekker (1820-1887) atau nama penanya


Multatuli (dalam bahasa latin artinya “banyak yang sudah
aku derita”) adalah orang belanda yang peduli terhadap
nasib kaum pribumi. Kepeduliannya ditunjukkan melalui
novelnya Max Havelaar (1860).

Lewat Max Havelaar, Multatuli menggugat praktik-


praktik kolonial yang dilakukan oleh Belanda. Karyanya
ini menyadarkan orang-orang sebangsanya bahwa
mereka hidup di atas kesengsraan bangsa lain.
Mas Marco Kartodikromon: Student Hidjo (1919) dan Rasa Merdika (1924)

Mas Marco lahir sekitar 1890 di Blora, Cepu, Jawa Tengah. Ia bekerja
sebagai juru tulis. Mas Marco pernah beegabung dengan sarekat islam. Ia
pernah menulis novel yang berjudul Student Hidjo, dalam novel ini Ia
menceritakan kehidupan Hidjo. Hidjo adalah seorang pemuda dari
klangan oriyayi rendaan yang meraih prestasi dalam sekolahnya dan
melanjutkan beljara di luar negeri Belanda. Dalam novel ini, dia
menunjukan bahwa martabat bangsa terjajah setara dengan bangsa
penjajah
Selain Student Hidjo, ia juga membuat nocel yang berjudul Rasa Merdika,
yang menceritakan seorang pemuda yang berkonflik dengan ayahnya yang
dianggap sebagai alat pemerintahan Belanda.
Lewat tulisan-tulisannya, dia mengajak masyarakat untuk sadar dan
bergerak melawan oemerintahan kolonial denga kesatuan.
Karean tulisannya tersebut, Mas Marco ditangkap oleh pemerintah
kolonial dan dibuang ke Boven-Dignel, Papua.
Soewarsih Djojopoespito: Manusia Bebas (1940)

Soewarsih (1912-1977) lahir di Cibatok, Jawa Barat 1912. Bersama kakak


perempuannya, Nining, Suwarsih mengenyam pendidikan di Sekolah Van
Devanter, Bogor. Suwarsih berangkat dari keluarga sederhana, ayahnya
merupakan pedagang yang menikah dengan perempuan Tionghoa.
Setelah ia lulus dari sekolah-nya di Indonesia ia diterima di sekolah pendidikan
guru untuk bangsa eropa. Walaupun ia mempunyai ijazah untuk mengajar di
sekolah kolonial di Batavia, Ia memilih menjadi guru di “sekolah liar” dengan gaji
pas-pasan.

Ia kemudian menulis novel Manusia Bebas, dalam novelnya tersebut, dikisahkan


para pendiri dan guru “sekolah liar” yang tak mengenal rasa putus asa meski
hidup kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai