8 groups of HHV :
• HHV 1 & 2 = HSV ( Herpes Simplex Virus 1 + 2)
• HHV 3 = VZV ( Varicella Zoster Virus )
• HHV 4 = EBV ( Eipstein Barr Virus )
• HHV 5 = CMV ( Cyto Megalo Virus )
• HHV 6-7-8 = Kaposi sarcoma ascociated Virus
3 groups HHV
HumanHerpesVirus
DIAGNOSIS BANDING
• Variola
– Lebih berat
– Monomorf
– Penyebaran dimulai dari akral (telapak tangan dan kaki)
PENATALAKSANAAN
• Pada bayi/anak imunokompeten biasanya ringan dan dapat
sembuh sendiri
• Gatal bedak/lotio kalamin dengan antipruritus dan atau
antihistamin sedatif oral
• Bila vesikel sudah pecah/terbentuk krusta salap antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder
• Kadang diperlukan antipiretik/analgetik
• Obat antivirus (asiklovir, gamsiklovir, valasiklovir)
– Dapat diberikan dalam 48–72 jam setelah lesi kulit timbul
– Terutama untuk varisela berat atau mempunyai risiko terjadinya komplikasi
(pajanan sekunder, pubertas/dewasa, dan pasien dengan penyakit kulit kronik)
• Varisela-zoster imunoglobilin (VZIG) IM, 4 hari setelah terpajan
PENATALAKSANAAN
• Indikasi VZIG
– Anak yang sedang dalam terapi imunosupresi
– Remaja (> 15 y) dan dewasa
– Wanita hamil
– Infant dari ibu yang terinfeksi 5 hari sebelum atau 48 jam setelah
kelahiran
– Premature infant yang dirawat di RS (> 28 minggu masa gestasi)
dimana ibu tidak ada riwayat
– Premature infant yang dirawat di RS (< 28 minggu masa gestasi
atau < 1000 g)
– Pengobatan pasien imunokompromais yang tidak respon dengan
acyclovir
PENCEGAHAN
• Terutama untuk golongan berisiko tinggi
menderita varisela berat
– Imunisasi pasif dengan varisela-zoster
imunoglobilin (VZIG)
– Imunisasi aktif dengan vaksin VVZ (Oka strain)
– Mencegah pajanan
Vaksinasi
• Berasal dari galur yg telah di lemahkan
• Angka serokonversi mencapai 97-99%
• Diberikan pada yg berumur 12 bulan atau
lebih
• Pemberian ny subkutan
• Bila terpajan < 3 hari masih bisa di berikan
PROGNOSIS KOMPLIKASI
• Perawatan teliti dan • Biasanya pada dewasa
– Super-infeksi bakterial
higiene jaringan – Pneumonia
parut yang timbul – Ensefalitis/meningoensefalitis
sedikit baik varisela
– Glomerulonefritis
– Karditis
– Hepatitis
– Keratitis
– Konjunctivitis
– Otitis
– Arteritis
– Kelainan darah
komplikasi
• Resiko komplikasi varisela bervariasi berdasarkan umur.
• Komplikasi jarang terjadi pada anak-anak yang sehat, namun
sering mengenai orang-orang dewasa di atas 15 tahun dan
bayi di bawah 1 tahun (CDC, 2005).
6. Herpes progenitalis/genitalis
– Erupsi akut berupa vesikel bergerombol, setempat,
diatas kulit atau selaput lendir erimatous
– Bersifat menahun dan residif
HISTOPATOLOGI LABORATORIUM
• Vesikel intraepidermal dgn • Apusan Tzanck, tanam
degenerasi sel epidermis virus tes serum Ab,
dan t’jadinya akantolisis imunofloresensi, dan
• Degenerasi pd epidermis mikroskop elektron
degenerasi balon
• Vesikel sel raksasa
berinti banyak dgn
intranukleus yg asidofilik
TATA LAKSANA
1. PROFILAKSIS
– M’hindari faktor pencetus
– Penggunaan vasin
– Psikoterapi
– Herpes genitalis proteksi individual
2. NON-SPESIFIK
– Pemberian analgetika dosis adekuat serangan primer
• Kotrimoksasol dosis oral 2x2 sehari cegah infeksi sekunder
– Zat pengering antiseptik Povidoneidine
– Larutan garam faal hangat dan dingin kompres
3. SPESIFIK
– Idoksuridin 5% dalam DMSO
– Acyclovir topikal/ per oral / IV
– Interferon dan Lisin oral
– isoprinosin
IMPETIGO
Impetigo
• infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-
lepuhan kecil berisi nanah (pustula).
• furunkulosis
• karbunkel
MOLLUSCUM CONTAGIOSUM
• Et/ poxvirus dari genus virus Molluscipox
(Poxviridae)
• penyakit virus yang umum; terbatas pada kulit
dan selaput lendir.
• Epidemiologi daerah tropis dg kebersihan
yang buruk
• Insiden yang lebih tinggi pada anak-anak, orang
dewasa aktif secara seksual, dan orang-orang
yang immunodeficent
PATOFISIOLOGI
• Menular kontak kulit langsung dg penderita.
• Fomites sebagai salah satu sumber infeksi, seperti handuk
mandi, alat tato, dan di salon.
• Inkubasi 2 dan 7 minggu
• Infeksi virus hiperplasia dan hipertrofi dari epidermis
MANIFESTASI KLINIS
• Ukuran papul variabel (2-6 mm), tapi dpt melebihi 1 cm.
• Dpt meradang secara spontan dan lesi bisa menjadi luas.
• Tempat predileksi Semua permukaan kulit, tetapi bagian
tersering meliputi aksila, para fosa antecubital dan poplitea,
dan lipatan crural
• Pada orang dewasa pangkal paha, daerah kelamin, paha,
dan perut bagian bawah
• Polymerase Chain Reaction dapat mendeteksi MCV pada lesi
kulit.
DIAGNOSIS
• Manifestasi Klinisnya
• pemeriksaan histologi dari lesi dibiopsi
dapat membantu dalam diagnosis dalam
kasus-kasus yang secara klinis tidak jelas.
• Diagnosa manifestasi klinisnya dan pemeriksaan hstologi.
• Diagnosa banding :
1. verruca vulgaris
2. condyloma accuminata
3. Varicella
4. herpes simplex
5. Papillomas
6. Epitheliomas
7. Pyoderma
8. cutaneuos cyptococcosis
Penatalaksanaan
• Immunocompetent Sembuh sendiri
• Antivirus dan immune-modulating treatments
• Cryosurgery
– Salah satu yang paling umum, cepat.
– Liquid nitrogen, dry ice, or Frigiderm diterapkan selama
beberapa detik. Ulangi perawatan dengan interval 2-3
minggu bila diperlukan.
– ES Jar parut
• Evisceration
Cryosurgery
Penatalaksanaan
• Cantharidin
– tidak boleh digunakan pada wajah.
– Ketika ditoleransi, pengobatan ini diulang setiap minggu sampai lesi
hilang. Biasanya 1-3 perawatan diperlukan.
• Cimetdine -> infeksi yg ekstensif.
• Cidofovir
– sifat antivirus ampuh.
– cidofovir krim 3% berhasil mengobati MCV
CREEPING ERUPTION
Paederus sabaseus
Lytta
Sengatan Lebah (hymenoptera) Kalajengking
(scorpionida)
•Apidae •Centruroides
•Vespidae •Buthus buthidae
•Bombidae
Patof & •Ujung abdomen lebah betina & bekerja alat •Ruas terakhir abdomen
gejala penyengat toksin (apamin, melitin, histamin, toksin toksalbumin,
asetilkolin, 5-hidroksitriptamin, enzim, & neurotoksin, hemotoksin
substansi spt protein) anafilaktogenik, nyeri, pedih
hemolitik, neurotoksik, antigenik, sitolitik •Keracunan sistemik syok &
nyeri, gatal, kemerahan, edema paralisis pernapasan
•Mutipple stinging (berat) mual, muntah, kematian
demam, sesak napas, hipotensi, kolaps •Hemotoksin perdarahan &
•Syok anafilaktik kematian nekrosis
Kalajengking
Gigitan
Kelabang/ centipede (chilepede)
•Pada ruas pertama badan sepasang kuku beracun (poison claw) antikoagulan & 5-hidroksi
triptamin nyeri & eritema
•Genus scolopendra di daerah tropik & subtropik nyeri, perdarahan, nekrosis
Laba – laba (aranea) sefalotoraks toksin mulut arachniodisme
•Latrodectus mactans/ black widow spider •Loxoceles laeta Lycosa
arachniodisme sistemik arachniodisme nekrotik tarantula
•Eropa, australia, selandia baru, afrika, AS, timur •Edema & nyeri nyeri setempat
tengah, filipina & vietnam •Nekrosis bagian tengah
•Racun neurotoksik saraf perifer •Kulit mengelupas, ulkus
•Benjolan merah biru, dikelilingi lingkaran putih besar dan dalam
•Nyeri menjalar ke dada & perut •Berat gejala sistemik
•Syok & paralisis pernapasan kematian •Gagl jantung kematian
•Gangguan kejiwaan
Solenopsis geminata (semut api) ordo hymenoptera kelas insecta vesikula &
pustula
Cimex (kutu busuk) ordo hemiptera kelas insecta
•Cimex himepterus indonesia
•Cimex lactularius eropa
•Xenodiagnosis penyakit chagas
•Dermatitis
Cimex Kelabang
Laba – laba
Latrodectus Loxoceles Tarantula
semut api
Sengkenit •Ticks ordo acarina, superfamili ixodoidea
•Pinjal (fleast)
•Ixodidae sengkenit keras ektoparasit & menghisap darah binatang
•Argasidae sengkenit lunak
Patof & gjl •Menghisap darah toksin dikeluarkan bersama ludah yang mengandung
antikoagulan paralisis motorik
•Trauma mekanik
•Otot pernapasan kematian
•Bahu/tulang punggung gejala > berat
Epid •Dermatcentor andersoni amerika serikat
•Dermacentor variabilis amerika serikat
•Amblyomma maculatum amerika serikat
•Ixodes holocycus australia Pinjal (fleast)
•Pulau nusa tenggara
Ticks
PF Tanda Patognomonis
• Urtika dan papul timbul secara simultan di tempat gigitan, dikelilingi zona eritematosa.
• Di bagian tengah tampak titik (punktum) bekas tusukan/gigitan, kadang hemoragik, atau menjadi
krusta kehitaman.
• Bekas garukan karena gatal.
SKABIES
CARA PENULARAN ETIOLOGI
• Kontak langsung • Sarcoptes scabiei
• Kontak tak langsung • Tungau kecil, berbentuk
oval
• Punggung cembung
• Bagian perut rata
Siklus hidup tungau
• Kopulasi
• Jantanmati, kadang hidup beberapa hari dalam terowongan
• Betinamenggali terowongan dalam stratum korneum sambil
meletakan telur 2 atau 4 butir sehari (maks 40-50)
• Telurlarvanimfadewasa
• Telur – larva : 3 – 5hari
• Larva – nimfa : 2 – 3 hari
• Telur – dewasa : 8 – 12 hari
Patogenesis
• Gatalsensitisasi terhadap sekreta dan
ekskreta tungau (sebulan)
• Efloresensi: papul, vesikel, urtikaria, dll
• Garukanerosi, ekskoriasi, krusta, infeksi
sekunder
Gejala klinis
• Pruritus nokturnagatal di malam hari
– Karna tungau beraktivitas lebih tinggi pada suhu yg lebih
lembab dan panas
• Menyerang manusia secara kelompok
• Adanya terowongan (kunikulus) berwarna putih
atau keabu2an, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata2 1 cm, pada ujungnya terdapat papul atau
vesikel
• Menemukan tungau
DIAGNOSIS DIAGNOSIS BANDING
• Menemukan 2 dari 4 • Skabies the great
gejala pada slide immitator
sebelumnya • Prurigo
• Pedikulosis korporis
• Dermatitis
• Dll
Penatalaksanaan
• Syarat obat ideal
– Harus efektif terhadap semua stadium tungau
– Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
– Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau
mewarnai pakaian
– Mudah diperoleh dan harganya murah
• Cara pengobatan: seluruh anggota keluarga
harus diobati (termasuk penderita yang
hiposensitisasi)
• Belerang endap (sulfur presipitatum)
– Kadar 4-20 %
– Bentuk salap atau krim
– Tidak efektif terhadap stadium telur, maka
penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari
– Kekurangan: berbau, mengotori pakaian, iritasi
– Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2
tahun
• Emulsi benzil-benzoas (20-25 %)
– Efektif terhadap semua stadium
– Diberikan setiap malam selama tiga hari
– Sulit diperoleh
– Sering memberi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai
• Permetrin
– Kadar 5 %
– Krim
Komplikasi
• Sepsis
• Necrotizing fasciitis
Pityriasis versicolor
• Disebabkan Malassezia furfur Robin (BAILLON
1889) adalah penyakit jamur superfisialis yang
kronik, biasanya tidakmemberikan keluhan
subyektif, berupa bercak berskuama halus
yang berwarna putih sampai coklat hitam,
terutama meliputi badan dan kadang-kadang
dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala
berambut.
Sinonim
1. Tinea versicolor
2. Pitiriasis versikolor
3. Pitiriasis versikolor flava
4. Tinea flava
5. Kromofitosis
6. Dermatomikosis
7. Liver spots
Epidemiologi
• Penyakit universal dan terutama ditemukan di
daerah tropis.
• Sering pada remaja, walau anak-anak dan
dewasa tidak luput dari infeksi.
Patogenesis
• Pada kulit terdapat flora normal
Pityrosporum orbiculare (bulat) atau
Pityrosporum ovale (oval) dapat berubah
sesuai dengan lingkungan, misalnya suhu,
media, dan kelembaban.
• Malassezia furfur merupakan fase spora dan
miselium. Faktor predisposisi menjadi patogen
dapat endogen atau eksogen.
• Endogen defisiensi imun
• Eksogen faktor suhu, kelembaban udara,
dan keringat.
• Ada yang unik dari panu, bila diderita orang yang
berkulit putih, maka bercak yang tampak adalah
berwarna kemerahan. Bila diderita orang berkulit
gelap, maka bercak yang tampak adalah warna
keputihan (Pityriasis versicolor). Bila terdapat di
daerah kulit yang tertutup, maka akan tampak
sebagai bercak kecoklatan atau hitam (Pityriasis
versicolor nigra).
• Karena terdapat beberapa warna itulah maka panu
disebut Pityriasis versicolor.
Gejala klinis
• Kelainan kulit biasanya asimptomatik, sangat
superfisialis dan ditemukan terutama di badan.
• Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-
warni, bentuk tidak teratur, batas jelas sampai difus.
• Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat
dengan lampo wood.
• Kadang-kadangterasa gatal ringan alasan berobat.
• Pseudoakromia
Faktor yang mempengaruhi infeksi
1. Faktor herediter
2. Penderita yang sakit kronik
3. Mendapat pengobatan steroid dan
malnutrisi.
Diagnosis
• Ditegakkan atas dasar gambaran klinis,
pemeriksaan fluoresensi, lesi kulit dengan
lampu wood, dan sediaan langsung.
• Lampu wood lesi berwarna kuning
keemasan.
• Kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat
campur pendek dan spora-spora bulat yang
dapat berkelompok.
Diagnosis banding
• Dermatitis seboroik
• Eritrasma
• Sifilis II
• Achromia parasitik dari Pardo-Castello dan
Dominiquez
• Morbus Hensen
• Pitiriasis Alba
• vitiligo
Pengobatan
• Harus dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.
• Selenium sulfidesampo 2-3 x seminggu
• Salisil spirtus 10%, derivat-derivat azol, misalnya mikonazol,
klotrimazol, isokonazol, dan ekonazol
• Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%.
• Tolsiklat
• Tolnaftat
• Haloprogin
• Sulit disemuhkanketokonazol dapat dipertimbangkan
dengan dosis 1 x 200 mg sehari selama 10 hari.
Prognosis
• Prognosis baik bila pengobatan menyeluruh,
tekun, dan konsisten.
DERMATOFITOSIS
Definisi •Penyakit pada zat tanduk, cth: s.korneum epidermis, rambut, kuku
ok jamur gol.dermatofita
•Sinonim: kurap, tinea, ringworm, teigne, herpes sirnata
•U/ jamur:
oKerokan kulit (kulit tidak berambut (glabrous skin)) dari bagian tepi
kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dikerok
dengan pisau tumpul
oRambut (Kulit berambut) Rambut dicabut pada bagian kulit yang
mengalami kelainan; kulit di daerah tersebut dikerok untuk mengumpulkan
sisik kulit
oKuku Bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong
sedalam-dalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku, bahan dibawah
kuku diambil pula
BENTUK
Grey patch ringworm Kerion Black dot ringworm
Kerion
DD •Alopesia, bercak seboroid
Pengobatan •Yang disebabkan oleh Microsporum audiodini
pengobatan topikal dan disertai penyinaran dengan
sinar X untuk merontokkan rambut di bagian yang
sakit
•Griseofulvin, terbinafine, itraconazole, fluconazole
TINEA BARBAE
Definisi Merupakan infeksi dermatofit superfisial yang mengenai area
berjanggut pada wajah dan leher
Etio Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton violaceum,
Microsporum cranis
Gejala •Inflamasi tinea barbae disebabkan oleh zoophilic
dermatophytes:
oKerion, plak, Nodul berwarna kemerahan disertai pustul,
janggut rontok, eksudat, krusta, demam, malaise, limfadenopati
•Non inflamasi krn anthropophilic dermatophytes
oErythematous patches, Papul, vesikel, krusta, Janggut rontok
Erythematous scaling
lesion on the cheek
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan kultur diagnosis utama tinea fasialis
• 30% hasil kultur negatif, biasanya pada infeksi kronik
• Pemeriksaan kultur untuk mengetahui etiologi
– Menggunakan agar saboraud dengan tambahan
sikloheximide dan kloramfenikol untuk menghambat
pertumbuhan bakteri & organisme lain
– Setelah 3-4mg, identifikasi mikroorganisme
ditentukan dengan melihat koloni pada mikroskop
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan dengan mikroskop langsung :
– Pengambilan spesimen (scrapings ) sangat penting
dalam pemeriksaan ini, harus terdapat elemen
fungal di dalamnya
– Scrapings diletakan pada larutan KOH 10% dan
ditambahkan DMSO(dimethyl sulfoxide ) untuk
memberi warna background pada jamur
– Setelah memanaskan slide dalam waktu singkat
periksa dengan mikroskop cahaya
Differential Diagnoses
• Candidiasis, Cutaneous • Lupus Erythematosus, Acute
• Neonatal Lupus Erythemato • Rosacea
sus • Lupus Erythematosus, Bullous
• Contact Dermatitis, Allergic • Sarcoidosis
• Perioral Dermatitis • Lupus Erythematosus, Discoid
• Contact Dermatitis, Irritant • Seborrheic Dermatitis
• Pityriasis Alba • Lupus Erythematosus, Drug-Induc
• Granuloma Annulare ed
• Pityriasis Rosea • Syphilis
• Lupus Erythematosus, Subacute C
utaneous
Penatalaksanaan
• Kebanyakan dapat disembuhkan dengan
antijamur topikal, kadang perlu ditambahkan
antijamur sistemik
• Kronik dan multipel lesi th/sistemik
• Re-evaluation diagnosis tinea diagnosis sangat
penting bila perbaikan gejala klinis tidak tampak
setelah terapi selama 4 mg
TINEA PEDIS
Definisi •Dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak
kaki
•Sering pada orang yg kehidupan sehari-harinya bersepatu
tertutup disertai perawatan kaki buruk, atau kaki yang sering
basah.
Kontak iritan
Subungal distal
Tinea cruris
Tinea Cruris
• Adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah
perineum, dan sekitar anus
• Bersifat akut dan menahun, bahkan
berlangsung seumur hidup
• Lesi kulit terbatas pada genito-krural atau
meluas ke daerah sekitar anus, daerah
gluteus, dan perut bagian bawah
• Merupakan bentuk klinis paling sering dilihat
di Indonesia
Epidemiologi
• Tidak ada kematian dikaitkan dengan tinea cruris.
• Associated pruritus menyebabkan morbiditas akibat
lichenification, infeksi bakteri sekunder, dan
dermatitis kontak iritan dan alergi disebabkan oleh
obat topikal
• Pria 3x > wanita
• Orang dewasa jauh lebih sering daripada adalah
anak-anak.
• Namun demikian, prevalensi beberapa faktor risiko
untuk tinea cruris, seperti obesitas dan diabetes
mellitus, meningkat dengan pesat di kalangan remaja
Penyebab
• Trichophyton rubrum agen etiologi kebanyakan
untuk tinea cruris 90%
• Diikuti oleh Trichophyton tonsurans (6%) dan
Trichophyton mentagrophytes (4%)
• Epidermophyton floccosum dan Trichophyton
verrucosum menyebabkan kondisi klinis identik.
• T rubrum dan infeksi Epidermophyton
floccosum lebih cenderung menjadi kronis dan ≠
peradangan
• Trichophyton mentagrophytes klinis inflamasi
akut.
Patofisiologi
• Agen etiologi yang paling umum untuk tinea cruris :
– Trichophyton rubrum
– Epidermophyton floccosum
– Trichophyton Mentagrophytes dan Trichophyton verrucosum kurang
umum
• Tinea cruris adalah infeksi menular yang ditularkan oleh
handuk atau barang-barang umum yang terkontaminasi, atau
dari autoinoculation dari reservoir di tangan atau kaki (tinea
manuum, tinea pedis, tinea unguium).
• Agen etiologi tinea cruris menghasilkan keratinase, yang
memungkinkan invasi dari lapisan sel cornified dari epidermis.
• Faktor risiko untuk infeksi tinea cruris awal atau reinfeksi
mengenakan pakaian ketat atau basah
Gejala klinis
• Keluhan pasien berhubungan dengan :
– Mengunjungi negara iklim tropis
– Mengenakan pakaian ketat (termasuk pakaian renang)
untuk waktu yang lama
– Pakaian berbagi dengan orang lain
– Hidup bersama penderita diabetes mellitus atau obesitas.
• Narapidana, anggota angkatan bersenjata, anggota
tim atletik, dan orang-orang yang memakai pakaian
yang ketat risiko tambahan untuk dermatofitosis.
• Pemeriksaan fisik
– Bercak eritema besar terpusat di lipatan inguinalis dan
melebar ke medial paha dan proksimal ke perut bagian
bawah dan daerah kemaluan
– Dalam tinea cruris infeksi akut, ruam mungkin lembab dan
exudative.
– Infeksi kronis biasanya kering
– Daerah tengah biasanya hiperpigmentasi dan mengandung
papula eritema dan sisik kecil.
– Penis dan skrotum ≠ tinea cruris, namun infeksi dapat
melebar ke perineum dan bokong.
– Ekskoriasi, lichenification, dan impetiginization sebagai
akibat dari pruritus.
TINEA KRURIS
DD
• Folliculitis Nigricans
Acanthosis
• Kandidiasis,
Intertrigo
• Cutaneous
Psoriasis
••Dermatitis
Dermatitis Kontak
seboroik
Alergi
• Dermatitis kontak
iritan
• Erythrasma
• Familial Benign
Pemphigus (Hailey-
Hailey disease)
Pengobatan
• Agen antijamur
– Terbinafine
– Butenafine
– Clotrimazole
– Miconazole
– Ketoconazole
– Econazole
Pencegahan
• Mengeringkan daerah genital setelah mandi
• menghindari mengenakan pakaian ketat untuk
mencegah kelembaban
• Menyarankan pasien dengan tinea cruris yang
obesitas untuk menurunkan berat badan.
• Bedak anti jamur manfaat tambahan pengeringan
daerah, mungkin dapat membantu dalam mencegah
terjadinya tinea cruris.
Komplikasi
• Terjadi infeksi sekunder oleh Candida atau
bakteri.
• Dapat terjadi lichenified dan hiperpigmentasi
infeksi jamur kronis
• Pengobatan yang salah dengan steroid topikal
dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit
ini.
• Infeksi dapat menyebar pasien telah
mengetahui gejalanya
Pityriasis versicolor
• Disebabkan Malassezia furfur Robin (BAILLON
1889) adalah penyakit jamur superfisialis yang
kronik, biasanya tidakmemberikan keluhan
subyektif, berupa bercak berskuama halus
yang berwarna putih sampai coklat hitam,
terutama meliputi badan dan kadang-kadang
dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala
berambut.
Sinonim
1. Tinea versicolor
2. Pitiriasis versikolor
3. Pitiriasis versikolor flava
4. Tinea flava
5. Kromofitosis
6. Dermatomikosis
7. Liver spots
Epidemiologi
• Penyakit universal dan terutama ditemukan di
daerah tropis.
• Sering pada remaja, walau anak-anak dan
dewasa tidak luput dari infeksi.
Patogenesis
• Pada kulit terdapat flora normal
Pityrosporum orbiculare (bulat) atau
Pityrosporum ovale (oval) dapat berubah
sesuai dengan lingkungan, misalnya suhu,
media, dan kelembaban.
• Malassezia furfur merupakan fase spora dan
miselium. Faktor predisposisi menjadi patogen
dapat endogen atau eksogen.
• Endogen defisiensi imun
• Eksogen faktor suhu, kelembaban udara,
dan keringat.
• Ada yang unik dari panu, bila diderita orang yang
berkulit putih, maka bercak yang tampak adalah
berwarna kemerahan. Bila diderita orang berkulit
gelap, maka bercak yang tampak adalah warna
keputihan (Pityriasis versicolor). Bila terdapat di
daerah kulit yang tertutup, maka akan tampak
sebagai bercak kecoklatan atau hitam (Pityriasis
versicolor nigra).
• Karena terdapat beberapa warna itulah maka panu
disebut Pityriasis versicolor.
Gejala klinis
• Kelainan kulit biasanya asimptomatik, sangat
superfisialis dan ditemukan terutama di badan.
• Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-
warni, bentuk tidak teratur, batas jelas sampai difus.
• Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat
dengan lampo wood.
• Kadang-kadangterasa gatal ringan alasan berobat.
• Pseudoakromia
Faktor yang mempengaruhi infeksi
1. Faktor herediter
2. Penderita yang sakit kronik
3. Mendapat pengobatan steroid dan
malnutrisi.
Diagnosis
• Ditegakkan atas dasar gambaran klinis,
pemeriksaan fluoresensi, lesi kulit dengan
lampu wood, dan sediaan langsung.
• Lampu wood lesi berwarna kuning
keemasan.
• Kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat
campur pendek dan spora-spora bulat yang
dapat berkelompok.
Diagnosis banding
• Dermatitis seboroik
• Eritrasma
• Sifilis II
• Achromia parasitik dari Pardo-Castello dan
Dominiquez
• Morbus Hensen
• Pitiriasis Alba
• vitiligo
Pengobatan
• Harus dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.
• Selenium sulfidesampo 2-3 x seminggu
• Salisil spirtus 10%, derivat-derivat azol, misalnya mikonazol,
klotrimazol, isokonazol, dan ekonazol
• Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%.
• Tolsiklat
• Tolnaftat
• Haloprogin
• Sulit disemuhkanketokonazol dapat dipertimbangkan
dengan dosis 1 x 200 mg sehari selama 10 hari.
Prognosis
• Prognosis baik bila pengobatan menyeluruh,
tekun, dan konsisten.
KANDIDOSIS
Definisi Merupakan penyakit jamur, yang bersifat akut dan subakut yg
disebabkan oleh Candida Albicans, dapat mengenai
mulut,vagina,kulit,kuku,bronki atau paru
Sinonim Kandidiasis, moniliasis
Epidemiologi •Terdpt d seluruh dunia
•Semua umru
•Laki2=wanita
Patogenesis •Endogen:
oPerubahan fisiologik: kehamilan, kegemukan, debilitas, iatrogenik,
endokrinopati, penyakit kronik
oUmur
o imunologis
•Eksogen:
oIklim, panas, kelembaban
oKebersihan kulit
oKebiasaan berendam kaki dlm air yg lama
oKontak dgn penderita
Klasifikasi
Kandidosis selaput Kandidosis kutis Kandidosis Kandidid
lendir sistemik
•Kandidosis •Lokalisata: daerah •Endokarditis
oral/thrush intertriginosa dan •Meningitis
•Perlence perianal •Pielonefritis
•Vulvovaginitis •Generalisata •Septikemia
•Balanitis •Paronikia dan
•Kandidosis onikomikosis
mukokutan kronik •Kandidosis kutis
•Kandidosis granulomatosa
bronkopulmoner dan
paru
Kandidosis selaput lendir
kandidosis •Biasanya mengenai bayi
oral/Thrush •Tampak pseudomembran putih,coklat muda kelabu yg menutupi
lidah, palatum molle,pipi bagian dalam dan permukaan rongga mulut
lainnya
•Bila pseudomembran terlepas, akan tampak daerah yg merah dan
basah.
Kandidosis perianal •Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah
•Menimbulkan pruritus ani
Kandidosis kutis •Terdapat lesi di lipat payudara,intergluteal dan umbilikus
generalisata •Sering di dertai dgn glositis, stomatitis dan paronikia
•Lesi berupa ekzematosa, dgn vesikel dan pustul
•Sering terjadi pada bayi
Pemeriksaan:
•Langsung:
– Kerokan kulit atau usapan mukokutan dgn menggunakan larutan KOH 10%
atau dgn pewarnaan gram, akan terlihat seperti ragi, blastospora atau hifa
semu
•Biakan:
– Dgn agar dektrosa glukosa sabouraud.
– Corn meal agar
– Disimpan dalam suhu kamar
– Koloni akan tumbuh 24-48 jam
PENGOBATAN:
Menghindari dan menghilangkan faktor predisposisi
Topikal Sistemik
• larutan ungu gentian ½-1 % untuk selaput lendir •Tablet nistatin
•Larutan ungu gentian 1-2% untuk kulit, dioleskan 2X •Amfoterisin B
sehari slma 3 hr •Kotrimazol 500 mg per
•Nistatin berupa krim, salep,emulsi vagina dosis tunggal
•Amfoterisin B •Itrakonazol
•Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
•Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dlm krim
•Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
•Siklopirolsolamin 1%
DD
• Sinonim:
Pediculosis capitis; Penyakit tuma kepala
• Etiologi:
Pediculus humanus var. capitis (Head louse)
• Insiden:
Anak dan wanita berambut panjang
SIMPTOMATOLOGI
• Gatal digaruk lalu infeksi, keluar serum
terjadi infeksi sekunder dan timbul impetigo
atau furunkulosis
• Predileksi di regio occipital & post-auricular
• Rambut kering & tak mengkilap
• Jika bernanah + krusta + bau busuk Plica
polonica (rambut gimbal)
DIAGNOSIS
• DD
– Pioderma
– Tinea kapitis
– Dermatitis seboroika
– Hair casts
– Trichorrhexis nodosa
PENATALAKSANAAN
• Hilangkan / basmi kutu dan telurnya
– Umum: jaga kebersihan rambut cukur
– Topikal:
– emulsi/ bubuk DDT 5 – 10%
– emulsi benzyl benzoas 20 – 25%
– Gameksan 0,5 – 1%
– Gama Benzen Hexachloride 1%
– Bubuk malathion 1%
– Sistemik: antibiotika/ kemoterapeutika infeksi
sekunder