Anda di halaman 1dari 34

SURVEILANS

EPIDEMIOLOGI

SEMESTER VI
2 SKS
CERAMAH
QUIZ
TUGAS
MID SEMESTER
UJIAN AKHIR SEMESTER

By : David Siagian, SKM.M.Kes


Salah satu kegiatan terpenting
dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan yang dilakukan
secara sistematis dan
berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mengolah,
menganalisis data dan
SURVEILAN menginterpretasikan serta
S informasi yang diperoleh
disebarluaskan kepada yang
berkepentingan untuk
kemudian dijadikan dasar
pengambilan keputusan
(EVIDENCE BASED DECISION
MAKING)
VISI INDONESIA SEHAT 2010

Menkes menerbitkan 2 peraturan:


1.Kepmenkes no
1116/menkes/SK/VIII/2003 tentang
Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Kesehatan
2.Kepmenkes no
1170/menkes/SK/X/2003 tentang
penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi Peny Menular dan Peny
Tidak Menular
BATASAN SURVEILANS
Suatu pengamatan
yang mengacu pada
observasi yang sedang
berjalan, pengawasan
berkelanjutan,
pengamatan
SURVEILANS menyeluruh, dan
EPIDEMIOLOGI pemantauan konstan
serta pengkajian
perubahan dalam
populasi yang berkaitan
dengan penyakit,
kondisi, cedera,
ketidakmampuan atau
tren kematian
BATASAN SURVEILANS

Surveilans Epidemiologi:
Pengumpulan data epidemiologi
yang akan digunakan sebagai
dasar kegiatan-kegiatan dalam
Karyadi bidang penanggulangan
(1994) penyakit yang terdiri dari
perencanaan program
pemberantasan penyakit,
evaluasi program
pemberantasan penyakit dan
penanggulangan KLB
BATASAN SURVEILANS

Surveilans Epidemiologi:
Pengamatan secara teratur dan
terus menerus terhadap semua
Nur Nasry aspek penyakit tertentu baik
Noor keadaan maupun
(1997) penyebarannya dalam suatu
masyarakat tertentu untuk
berbagai kepentingan
pencegahan dan
penanggulangannya.
BATASAN SURVEILANS

Surveilans Epidemiologi:
Pengumpulan, analisis dan
Timmreck interpretasi secara sistematis
(2005) dan berkesinambungan pada
data yang berkaitan dengan
kesehatan, penyakit dan kondisi
BATASAN SURVEILANS

Surveilans Epidemiologi:
Kegiatan analisis secara
sistematis dan terus-menerus
terhadap penyakit atau masalah
Kepmenkes kesehatan dan kondisi yang
No. mempengaruhi terjadinya
1479/MENKES peningkatan dan penularan
/SK/X/2003
penyakit atau masalah
kesehatan tersebut agar dapat
melaksanakan tindakan
penanggulangan secara efektif
dan efisien
SEJARAH PERKEMBANGAN
SURVEILANS
 Pada awalnya surveilans diartikan sebagai
suatu observasi dari seseorang atau orang-
orang yang disangka menderita suatu
penyakit menular yaitu dengan melakukan
pengawasan medis tanpa mengganggu
aktivitas (kebebasan bergerak) dari yang
bersangkutan.
 Observasi terutama dilakukan terhadap
penyakit menular yang berbahaya saja
(penyakit yang mengancam jiwa manusia)
seperti: kolera, Pes, Cacar, Sypilis, dll
SEJARAH PERKEMBANGAN
SURVEILANS

Sekitar tahun 1348 di Eropa


terjadi wabah penyakit
Pneumonia karena Pes dan
dikenal dengan istilah “Black
Abad 14 Death”
dan 15 Dilakukan deteksi terhadap
penyakit tersebut.
Inilah dianggap sebagai
kegiatan Surveilans pertama kali
di Eropa
SEJARAH PERKEMBANGAN
SURVEILANS

Pencatatan kematian dan


pencatatan kesakitan karena
PES mulai dilakukan di beberapa
Abad 16 kota besar di Negara Eropa,
namun pada abad berikutnya
baru dirasakan manfaatnya
SEJARAH PERKEMBANGAN
SURVEILANS

Pencatatan kematian dilakukan


secara Sporadis dan hanya
dilakukan bila ada wabah PES.
Laporan mingguan secara ilmiah
Abad 17 disusun oleh JHON GRAUNT
(1662).
Laporan berisi jumlah kematian
karena sebab tertentu
SEJARAH PERKEMBANGAN
SURVEILANS
Johan Peter Frank (1776)
melakukan tindakan surveilans
dengan mengangkat polisi
kesehatan di Jerman yang
bertujuan untuk pengawasan
kesehatan anak sekolah,
mencegah kecelakaan,
pengawasan ibu dan anak,
Abad 18 pemeliharaan sanitasi air serta
limbah.
Pada saat itu wajib melaporkan
penderita Cacar, Demam
kuning dan Kholera, bahkan
setiap restoran wajib
melaporkan penyakit menular
yang diderita olah
karyawannya
SEJARAH PERKEMBANGAN
SURVEILANS
• William Farr dikenal sebagai
penemu konsep surveilans
secara modern.
• Melaksanakan kegiatan
mengumpulkan, mengolah,
menganalisa, dan
menginterpretasikan data
statistik vital
• Menyebarluaskan hasil dalam
Abad 19 bentuk laporan mingguan,
bulanan dan tahunan.
• Penyebarluasan dilakukan
melalui media massa, jurnal
kedokteran, dan kemudian
melihat bagaimana hasil
laporannya dimanfaatkan atau
tidak oleh yang
berkepentingan/pengambil
keputusan
SEJARAH PERKEMBANGAN
SURVEILANS
• Pemakaian konsep surveilans
untuk pemantauan epidemi
dan pencegahan penyakit
infeksi mulai
• Tahun 1889, Inggris Raya
mengeluarkan peraturan
tentang wajib lapor penyakit-
penyakit infeksi, hingga saat ini
Abad banyak sekali penyakit yang
20 sudah harus dilapor termasuk
HIV/AIDS
• Tahun 1965, telah didirikan
Unit Surveilans Epidemiologi
pada divisi penyakit menular di
WHO Pusat di Geneva
• Tahun 1968, Indonesia mulai
melaksanakan kegiatan
Surveilans berdasarkan Diskusi
Teknis WHA
SEJARAH PERKEMBANGAN
SURVEILANS
• Tahun 1969, dilaksanakan
Seminar dan Lokakarya di
CILOTO dan hasilnya
merekomendasikan bahwa
pelaksanaan Surveilans di
tingkat provinsi, kabupaten dan
Abad sampai ke tingkat kecamatan
20 harus dilakukan
• Hingga saat ini sudah
dilakukan seminar dan
lokakarya serta berbagai
penataran tentang surveilans
kepada petugas di kabupaten
maupun di tingkat kecamatan
(Puskesmas)
RUANG LINGKUP
Semula hanya dikenal di bidang epidemiologi
Sekarang dikenal luas di bidang kesehatan masyarakat
Semula mencakup mortalitas dan morbiditas
Sekarang luas menjangkau masalah gizi, demografi,
pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan,
kesehatan dan keselamatan kerja dan beberapa faktor
resiko yang terjadi pada individu, keluarga masyarakat
dan lingkungan sekitar.
Penyelenggaraan dilakukan terhadap penyakit
menular, penyakit tidak menular, kesehatan
lingkungan dan perilaku.
Contoh: Surveilans kesehatan haji
Kesehatan transmigrasi
Kesehatan pengungsi
RUANG LINGKUP

1. Surveilans Epidemiologi
dimasyarakat
Dilakukan pada suatu wilayah
administratif atau pada
kelompok populasi tertentu
2. Surveilans Epidemiologi di
Menurut Rumah Sakit
Tempatnya Dilakukan di Rumah Sakit karena
terdapat beberapa penularan
penyakit dan dapat
menimbulkan Infeksi dan dapat
menjadi tempat kemungkinan
berkembangnya jenis
mikroorganisme
RUANG LINGKUP

1. Surveilans Aktif
Pengamatan kasus yang
dilakukan secara langsung ke
lapangan. Hasil yang diperoleh
Menurut lebih baik, namun memerlukan
Cara dana dan tenaga pelaksana yang
khusus
Pengamatan
2. Surveilans Pasif
Kasus Dilakukan secara tidak langsung,
hanya melalui laporan yang
diterima saja. Hasil yang
diperoleh tentu tidak tertalu
lengkap seperti yang diharapkan
Kegiatan Surveilans Epidemiologi
1. Pengumpulan Data
 Kegiatan paling utama
 Harus dilaksanakan secara teratur dan
berkesinambungan
 Data epidemiologi yang jelas, tepat dan
relevan dengan masalah yang diamati.
 Menelaah ulang laporan kematian,
kasus penyakit, laboratorium,
penyelidikan khusus, instansi khusus.
Kegiatan Surveilans Epidemiologi
TUJUAN:
1. Untuk menentukan kelompok atau golongan
populasi yang mempunyai risiko terbesar untuk
terserang penyakit berdasarkan karakteristik
sosio demografi
2. Untuk menentukan jenis dari agent penyakit dan
karakteristiknya
3. Untuk menentukan reservoir dari penyakit infeksi
4. Untuk memastikan keadaan yang dapat
menyebabkan berlangsungnya transmisi penyakit
5. Untuk mencatat kejadian penyakit secara
keseluruhan
Kegiatan Surveilans Epidemiologi
2. Pengolahan Dan Analisa Data
Data yang sudah dikumpulkan dilakukan pengolahan
dan analisis data sehingga diperoleh kriteria untuk
mendeskripsikan berdasarkan orang, tempat dan
waktu.
Melakukan pengukuran dan menghasilkan
perhitungan rate, ratio dan proporsi
Hal-hal yang penting:
 Tersedia data dalam keadaan siap dianalisa
 Pengetahuan dasar-dasar epidemiologi
 Pengetahuan penyakit dan faktor yang
mempengaruhinya
 Kecakapan dan pengalaman semakin memperluas
ketajaman analisis
Kegiatan Surveilans Epidemiologi
3. Interpretasi
 Menggambarkan golongan risiko tinggi
berdasarkan karakteristik tertentu dan
mengetahui perbedaan atau persamaan
tingkat penularan penyakit dengan merujuk
kepada data sebelumnya
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang yang
potensial berhubungan dengan penularan
penyakit serta memilih faktor yang paling
mungkin bertanggungjawab sebagai
penularan penyakit
Kegiatan Surveilans Epidemiologi
4. Penyevbarluasan Informasi dan Umpan Balik
 Data dapat disajikan dalam bentuk narasi,
tabel, grafik dan chart untuk disampaikan
kepada yang berkepentingan yaitu para
pengambil keputusan dan para pembuat
kebijakan
 Kunci keberhasilan surveilans adalah
memberikan umpan balik terhadap sumber
data
 Masukan umpan balik dapat diberikan melalui
pertemuan rutin, seminar dan supervisi
Kegunaan Surveilans Epidemiologi
1. Mengetahui dan melengkapi gambaran
epidemiologi dari suatu penyakit
2. Untuk menentukan prioritas penyakit, baik
untuk pengobatan maupun
pemberantasan
3. Untuk meramalkan terjadinya wabah/KLB
4. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan
program pemberantasan penyakit menular
dan program-program kesehatan lainnya.
5. Untuk mengetahui jangkauan dan
pelayanan kesehatan.
visi Surveilans 2010

Tersedianya informasi
Epidemiologi yang
berkualitas dalam rangka
menunjang
pembangunan kesehatan
nasional menuju
Indonesia Sehat 2010
misi Surveilans 2010
1. Meningkatkan kemampuan analisis dan
rekomendasi epidemiologi yang bermutu dan
bermanfaat
2. Menggalang dan meningkatkan kerjasama
kemitraan unit surveilans dalam
pertukaran/penyebaran informasi dengan pusat
penelitian dan kajian, perguruan tinggi dan LSM
3. Memperkuat system surveilans penyakit
disetiap pelaksanaan program kesehatan
4. Memperkuat pengembangan SDM di bidang
epidemiologi untuk manejer/struktural dan
fungsional
tujuan Surveilans 2010

Tersedianya data dan informasi


epidemiologi sebagai dasar
manajemen kesehatan untuk
pengambil keputusan dalam
perencanaan, pemantauan,
evaluasi program kesehatan dan
meningkatkan kewaspadaan di
semua tingkat administrasi
kesehatan menuju sehat 2010
Strategi yang dipakai
1. Desentralisasi penyelenggaraan surveilans
di kabupaten/kota
2. Peningkatan profesionalisme tenaga
epidemiologi melalui diklat, bekerjasama
dengan universitas dan pusat pelatihan
epidemiologi
3. Peningkatan jaringan komunikasi yang
handal di setiap jenjang administrasi
kesehatan
4. Pengembangan sistem surveilans yang
sesuai dengan kebutuhan masing-masing
tingkat administrasi kesehatan.
Kendala pelaksanaan
Masih terbatasnya kemampuan SDM di unit
surveilans dan program untuk
menghasilkan suatu hasil analisa yang
memadai
Sempitnya pemahaman lingkup dan
peranan surveilans oleh pelaksana
surveilans sendiri
DATA MORBIDITAS
Pengetahuan yang mendalam tentang pola
khusus penyakit dalam suatu wilayah
pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk
melaksanakan kriteria penyelidikan yang telah
ditentukan dan untuk mengetahui perubahan
resiko terkena penyakit dalam jangka waktu
yang panjang.

Pengetahuan ini diperoleh dari hasil surveilans


yang dilakukan secara baik sehingga dapat
menggambarkan epidemiologi suatu penyakit
di suatu wilayah tertentu
DATA MORTALITAS
Laporan kematian salah satu laporan
penting untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat di suatu wilayah
pelayanan kesehatan
Dengan adanya laporan kematian maka
dapat diperoleh pengukuran angka
kematian bentuk rate, ratio maupun
proporsi.
Seperti : CDR, CSDR, CFR, dll
SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
 Melihat efektivitas dari intervensi kesehatan
masyarakat dalam mengurangi dan atau
menghilangkan faktor penyebab yang berdampak
pada angka kesakitan dan angka kematian.
KRITERIA SISTEM SURVEILANS:
1. Sensitive, kelengkapan laporan kasus, kemampuan
untuk mendeteksi KLB, dan kemampuan dalam
mengevaluasi masalah kesehatan yang diseleksi.
2. Sederhana, mudah dimengerti, dipahami dan
dilaksanakan, tidak terlalu rumit, atau kompleks
3. Lentur (fleksibel) mampu merespon terhadap
perubahan-perubahan yang ada pada masalh
kesehatan yang penting, populasi yang dipantau dan
ketersediaan sumber data
SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
4. Dapat mewakili (Representatif),
pengumpulan data dan penentuan kasus
benar-benar sesuai menggambarkan
kejadian peristiwa kesehatan dan
distribusi berdasarkan orang dan tempat
5. Dapat diterima (Acceptable)
6. Predictive Value Positif
7. Adanya umpan balik (feedback) yang baik
pada tingkat perifer (puskesmas)
8. Terjalin jaringan masyarakat yang
termotivasi.

Anda mungkin juga menyukai