Anda di halaman 1dari 56

FRAKTUR

NECK FEMUR
o Kasmia Malik
o St. Nur Rabithatul Janna
o Sirotol
o Chaerunnisa
Big concept
✘ Patofisiologi
✘ Epidemiologi, Etiologi, Gejala
Klinis
✘ Anatomi dan fisiologi
✘ Biomekanik
2
✘ Fraktur leher femur adalah terputusnya
kontinuitas leher femur baik secara
parsial maupun total yang diakibatkan
oleh trauma dan patologik.
Patofisiologi
✘ Secara umum patofisiologi fraktur neck femur
dibedakan berdasarkan usia, antara usia muda
dan lanjut usia.
neck femur pada
lanjut usia
✘ Pasien jatuh dan secara langsung
mengenai bagian lateral panggul
✘ Mekanisme berputar
✘ Otot lelah
fraktur neck femur
pada usia muda
✘ Trauma yang menyebabkan frkatur neck
femur pada usia muda bersifat high
impact dengan penyebab umum seperti
kecelakaan sepeda motor atau jatuh dari
ketinggian.
✘ Fraktur collum atau neck (leher) femur adalah tempat yang paling
sering terkena fraktur pada usia lanjut. Ada beberapa variasi
insiden terhadap ras. Fraktur collum femur lebih banyak pada
populasi kulit putih di Eropa dan Amerika Utara. Insiden meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Sebagian besar pasien adalah
wanita berusia tujuh puluh dan delapan puluhan.1,2
✘ Namun fraktur collum femur bukan semata-mata akibat penuaan.
Fraktur collum femur cenderung terjadi pada penderita osteopenia
diatas rata-rata, banyak diantaranya mengalami kelainan yang
menyebabkan kehilangan jaringan tulang dan kelemahan tulang,
misalnya pada penderita osteomalasia, diabetes, stroke, dan
alkoholisme.
✘ Berdasarkan klasifikasi Pauwel fraktur leher
femur terbagi atas:
✘ Tipe 1 : sudut inklinasi garis fraktur <30°;
✘ Tipe 2 : sudut inklinasi garis fraktur 30-50°;
✘ Tipe 3 : sudut inklinasi garis fraktur > 70°
Pauwel fraktur leher
femur
Berdasarkan klasifikasi
Garden:
✘ Garden 1 : fraktur inkomplet atau tipe 
abduksi/valgus atau impaksi;
✘ Garden 2 : fraktur lengkap, tidak ada
pergeseran;
✘ Garden 3 : fraktur lengkap, disertai pergeseran
tapi masih ada perlekatan atau inkomplet
disertai pergeseran tipe varus;
✘ Garden 4 : Fraktur lengkap disertai pergeseran
penuh
Berdasarkan klasifikasi
Garden
EPIDEMIOLOG
I, ETIOLOGI,
GEJALA
KLINIS
EPIDEMIOLOGI
Fraktur femur biasanya disebabkan oleh trauma
akibat tekanan yang berlebihan pada tulang
melebihi kapasitas tulang tersebut. Secara
epidemiologi, fraktur lebih sering terjadi pada laki-
laki daripada perempuan dengan perbandingan 3:1.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh unit
pelaksana teknis terpadu Imunoendokrinologi
Simple PowerPoint Presentation
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada
tahun 2006 di Indonesia dari 1690 kasus kecelakaan
lalu lintas, 249 kasus atau 14,7%-nya mengalami
fraktur femur.
Etiologi :

- Trauma
- Tekanan yang berulang-ulang
- Kelemahan abnormal pada tulang
- Kecelakaan
Etiologi dan faktor
resiko
✘ Fraktur ini lebih banyak terjadi pada ras
kaukasian, wanita post menopause, dan
penderita osteoporosis. Fraktur ini
biasanya terjadi akibat trauma.
✘ pada orang usia muda fraktur biasanya
terjadi akibat jatuh dari ketinggian atau
kecelakaan lalu lintas.
Gejala dan Tanda Klinik
Pada kondisi post maka akan timbul gejala-gejala
sebagai berikut, yaitu:

Nyeri,
Bengkak
Eritema
Peningkatan suhu lokal
GAMBARAN KLINIS
✘ Biasanya terdapat riwayat jatuh, yang diikuti nyeri
pinggul. Pada fraktur dengan pergeseran, tungkai
pasien terletak pada rotasi eksternal dan terlihat
pemendekan bila dibandingkan dengan tungkai yang
lain. Namun tidak semua fraktur nampak demikian
jelas. Pada fraktur yang terimpaksi pasien mungkin
masih dapat berjalan dan pasien yang sangat lemah
atau cacat mental mungkin tidak mengeluh,
sekalipun mengalami fraktur bilateral. Untuk high-
energy trauma harus diperiksa sesuai standar ATLS
ANATOMI DAN
FISIOLOGI
Anatomi
✘ Femur pada ujung bagian proksimal memiliki caput,
collum, trochanter major dan trochanter minor. Bagian
leher femur menghubungkan kepala pada batang femur
yang membentuk sudut sekitar 125 derajat (pada wanita
sedikit lebih kecil) dengan sumbu shaft of femur.
✘ Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan
lateralis, yang di bagian posterior dipisahkan oleh
incisura intercondylaris. Di atas condylus terdapat
epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum
adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus
medialis.
Vaskularisasi
femur
✘ Pada saat terjadi fraktur, pembuluh darah
intramedular dan pembuluh darah
retinakulum mengalami robekan bila terjadi
pergeseran fragmen. Fraktur transervikal
adalah fraktur yang bersifat intrakapsuler
yang mempunyai kapasitas yang sangat
rendah dalam penyembuhan karena adanya
kerusakan pembuluh darah, periosteum yang
rapuh, serta hambatan dari cairan sinovial.
Ligamen pada femur
✘ Ligamentum iliofemoral adalah sebuah ligamentum yang kuat dan
berbentuk seperti huruf Y terbalik. Dasarnya disebelah atas
melekat ada spina iliaca anterior inferior, dibawah kedua lengan Y
melekat pada bagian atas dan bawah linea intertrochanterica.
Ligament ini berfungsi untuk mencegah ekstensi berlebihan
selama berdiri. Ligamentum pubofemoral berbentuk segitiga.
Dasar ligamentum melekat pada ramus superior ossis pubis, dan
apex melekat di bawah pada bagian bawah linea
intertrochanterica. Ligament ini berfungsi untuk membatasi gerak
ekstensi dan abduksi. Ligamentum ischifemoral berbentuk spiral
dan melekat pada corpus ossis ischia dekat margo acetabuli dan di
bagian bawah melekat pada trochanter mayor. Ligament ini
membatasi gerak ekstensi.
penyembuhan
fraktur
Menurut Apley dan Solomon (1995) ada 5
tahap proses penyembuhan fraktur antara lain;
✘ 1. Tahap pembentukan hematoma
✘ 2. Tahap proliferasi seluler
✘ 3. Tahap pembentukan kalus
✘ 4. Tahap osifikasi kalus
✘ 5. Tahap konsolidasi
FIKSASI

✘ Fraktur direduksi dengan teknik operasi dan


menggunakan fiksasi internal.
✘ Mobilisasi dapat dimulai setelah 8 jam post operatif.
Tetapi weight bearing baru bisa dilakukan sekitar 3
bulan postoperative
26
BIOMEKANI
K
BIOMEKANIK
Jarak gerak sendi untuk setiap gerakan

 Fleksi aktif dengan posisi lutut ekstensi = 90 0


 Fleksi aktif dengan posisi lutut fleksi = 120 0
 Fleksi pasif dengan posisi lutut fleksi = 120 0 –
1400
 Ekstensi aktif = 200
 Ekstensi pasif = 300
 Abduksi = 300 – 500
 Adduksi = 300
 Eksternal rotasi = 400 –600
 Internal Rotasi = 300 – 400
MANAJEME
N
FISIOTERA
PI
C Manajemen Fisioterapi
Chief Of Complain
Sulit untuk menggerakan tungkai kanan dan
juga ada nyeri
H Manajemen Fisioterapi
History Taking
Nama :Budi
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Rusunawa
Pekerjaan : Mahasiswa
Hobby : Bermain basket
Status : Belum kawin
H Manajemen Fisioterapi
History Taking
Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas pada 3 minggu
lalu. Kecelakaan terjadi pada saat pasien mengendarai
sepeda motor. Kemudian pada hari itu juga pasien
langsung di larikan ke rumah sakit .pasien sudah
menjalani perawatan selama 3 minggu setelah operasi
pada kaki kanan nya. Riwayat penyakit tidak ada.
Riwayat jatuh tidak ada. Pasien menggunakan alat bantu
untuk melakukan aktivitas BAK lancar, BAB Sulit di
lakukan,belum bisa sholat berdiri. -Sudah foto
rontghen.-perasaan cemas dan tidak percaya diri.
Manajemen Fisioterapi
A
Inspeksi statis  :  wajah tampak cemas.
Pasien memakai cruck.
Tungkai kanan sedikit fleksi knee
 Inspeksi Dinamis :
Asimetryc       Pasien berjalan menggunakan alat bantu
     Pasien kesulitan berjalan
   Palpasi : suhu : normal
      Oedem : positif (+)
       Kontur kulit : Normal
      Tenderness : (+) nyeri pada sekitar fraktur
  PFGD :∆Aktif
hip : untuk kaki kanan semua gerakan tidak mampu, dan nyeri
Knee : Fleksi-ekstensi :mampu ,tdak full ROM,nyeri
Ankle : Plantar fleksi : tdak mampu,tdk full ROM, Nyeri.
                  Dorsal fleksi :tdak mampu,tdak full ROM, nyeri.
Inversi/eversi :Full ROM,tdak ada nyeri
Pasif : hip : untuk kaki kanan semua gerakan tidak mampu, dan nyeri
Knee: fleksi-ekstensi :mampu,full ROM,nyeri
Ankle :plantar fleksi :tdk mampu,full ROM,nyeri
Dorsal fleksi : tdak mampu,full ROM,nyeri
Inversi/eversi :Full ROM,Nyeri
TIMT :semua gerakan: tdak mampu,nyeri
R Manajemen Fisioterapi
Restrictive -Limitasi ROM : limitasi gerak pada regis hip

-limitasi ADL :toileting, ibadah

-limitasi pekerjaan : terganggu

-limitasi rekreasi :terganggu


T Manajemen Fisioterapi
Tissue Muskulotendinogen : muscle spasme
Impairment (M.Quadricep)muscle weakness (m.Gastro)
Prediction
-Osteoarthrogen : regio hip

-Neurogen :-

-Psikogen: cemas
S Manajemen Fisioterapi
Spesific Test
o VAS
o MMT
o ROM
o Tes sensomotorik
o Tes refleks
o Palpasi
o Indeks Barthel
o HRS-A
o Length muscle
Pemeriksaan tambahan:
o Pemeriksaan foto (X-Rays, MRI)
o Pemeriksaan laboratorium
Primer
PROBLEM
Limitasi
ROM
Sekunder

Spasme
nyeri,
muscle weakness
Kompleks

Gangguan
ADL
DIAGNOSIS
Gangguan aktifitas fungsional berjalan pada tungkai
dextra berupa nyeri, spasme dan limitasi rom post
operasi e.c fraktur neck femur 3 minggu yang lalu.
Latihan Post
Operatif
1. Hari ke dua sampai ketiga pasca operasi
a. Diafragma Breathing Exercise
Posisi pasien setengah duduk (half lying) dan fisioterapi berdiri di
samping pasien. Aba-aba diberikan pada saat inspirasi. Tangan
fisioterapi diletakkan pada sisi lateral abdominal/diafragma kemudian
penderita diminta untuk bernafas perlahan dan dalam sementara itu
bahu dalam keadaan rileks. Pada saat ekspirasi lewat mulut fisioterapi
memberikan penekanan dan vibrasi pada diafragma tersebut. Dosis
latihan 4 - 8x hitungan.
b. Latihan statik kontraksi
Contoh latihannya seperti ; posisi pasien tidur
terlentang posisi terapis berdiri di samping pasien.
Kemudian pasien diminta untuk menekan
quadricep m. gastroenemius ke bed. Dosis latihan
8-10 kali gerakan.
c. Latihan Duduk bed setelah ada anjuran dari dokter.
Selama kurang lebih 3 hari post operasi pasien mulai
pertama beri latihan duduk tetapi pasien diposisikan half
lying ± 30o atau setengah duduk. Apabila pasien dalam
posisis half lying mengalami gangguan yaitu masih terasa
pusing maka posisi half lying dikembalikan seperti semula
(diturunkan lagi). Latihan dilanjutkan lagi dan dilakukan
setiap hari.
2. Hari ketiga sampai ke lima pasca operasi.
a. Assisted active movement
Posisi penderita tidur terlentang fiksasi pada knee dan anklenya,
pasien diminta untuk melakukan gerakan fleksi-ekstensi Hip
dekstra, abduksi dekstra, fleksi dekstra, adduksi dan internal
rotasi dengan dibantu oleh fisioterapi. 8-10x tiap gerakan .
b. Latihan aktif sendi. Secara umum latihannya :
- Posisi Berbaring : 8-10x tiap gerakan, Repeat 10–20 times.
hip abduction and adduction, angkat kaki lurus,

hip and knee flexion,

internal and external rotation.


-Posisi Duduk : 8-10x tiap gerakan , Repeat 10–20 times.

Long arc quadriceps hip flexion ankle pumps


,

,
c. Latihan berdiri
Pasien berada dalam posisi duduk di tepi bed pasien diminta
untuk menurunkan tungkainya secara perlahan-lahan. Fixasi
fisioterapi tetap pada tungkai yang sakit. Setelah mendirikan
pasien perlu sekali dilakukan koreksi posture atau koreksi
sikap badan dan keluhan pasien yang berupa mual, pusing,
keringat dingin. Jika gejala-gejala itu muncul segera dudukkan
kembali pasien.

d. Latihan berjalan dengan memperhatikan weight bearing.


Progres dari walker ke crutch.
-Setelah diberikan latihan-latihan tersebut di atas bisa
dilanjutkan latihan jalan apabila pasien tidak ada keluhan,
pusing, mau pingsan dan lain-lain. Terapis berdiri di samping
kiri pasien bisa juga dibelakang pasien.
-Setiap latihan harus diperhatikan gejala yang muncul baik
obyektif yang berupa pucat, keringat dingin ataupun gejala
subyektif yang berupa mual, pusing, lelah, berdebar-debar.
Apabila timbul keluhan tersebut latihan harus segera
3. Minggu pertama
Pada pasien dengan hemiarthoplasty hindari gerakan
adduksi dan internalrotasi hip untuk mencegah
redislokasi.
a. Latihan gerak : full aktif sendi ankle dan gerakkan
perlahan sendi knee dan hip dengan tetap
memeperhatikan tingkat nyeri pasien. Dosisnya 8-10 kali
tiap gerakan, Repeat 10–20 times.. Contoh gambar
beberapa latihannya;
b. Latihan : setelah nyeri berkurang. Mulai
latihan isometrik gluteus dan quadriceps.
Misalnya muscle-setting exercise, caranya;
Posisi pasien terlentang, kaki yang hendak
dilatih lurus dan yang satunya ditekuk.
Letakkan handuk di bagian bawah gastro.
Minta pasien untuk menekan kakinya
kehanduk tersebut. Ini dilakukan selama 6-
10 detik.

c. Latihan isotonik pada ankle untuk


membantu memperkuat otot gastronemius
dan soleus untuk mencegah tromboplebitis
dan deep pain trombosis. Contohnya yaitu
posisi pasien tidur terlentang posisi terapis
berdiri di samping pasien.. Kemudian pasien
diminta untuk menekan quadricep m.
gastroenemius ke bed. Dosis latihan 8-10
d. Weight bearing : diberikan pada akhir minggu
pertama dengan crutch atau walker.
Cara latihannya
Terapis berdiri di samping kiri pasien bisa juga
dibelakang pasien. Sebelum latihan jalan dilakukan
terlebih dahulu keadaan lantai yang akan dilalui dan
juga perhatikan kondisi pasien apakah sudah tidak
ada mual, pusing dan sebagainya. Jika sudah
dianggap aman maka pasien sudah bisa latihan
weight bearing menggunakan crutch atau walker.
Latihan ini dilakukan sebisa atau semampu pasien.
e. Latihan ADL : Mulai memodifikasi latihan ADL pasien :
menggunakan toilet duduk atau kursi, memakai celana dengan
ektremitas yang sakit duluan dan melepaskan dengan ektremitas
yang sehat duluan dan miring ke bagian yang sehat sebelum
bangun dari tempat tidur/ bed.
4. Selama minggu ke 2 sampai ke 4.
a. Latihan gerak : latihan aktif dan aktif pada hip, knee
dan ankle tetap dilanjutkan . 8-10x tiap gerakan,
c. Weigth bearing : Pasien sekarang dapat dibebani untuk
menanggung berat pada ekstremitas yang terkena baik
sebagian atau sepenuhnya tergantung pada stabilitas
fraktur. Dengan menggunakan kruk atau alat bantu jalan
disarankan. Latihan ini diberikan selama pasien yang
pasien mampu.
6. Selama minggu ke 4 sampai
ke 8
Latihan kurang lebih sama
dengan fase sebelumnya, pada
fase / tahap ini pasien sudah
boleh fleksi hip melebihi 90°”.
Pasien sudah bisa duduk
menjuntai di tepi bed dan
menumpu/ menyangga dan
mengangkat dengan kedua
tungkai. Latihan berbantuan dan
tahanan oleh pasien sendiri
dapat dilakukan.
6. Setelah minggu ke 8
. Latihan isotonik dan isokinetik pada hip dan knee
dengan diiringi latihan tahanan dan progressif, bisa
menggunakan alat latihan . Latihannya berlangsung 10-
20 menit diiringi beberapa kali istirahat.
✘ A. isotonik b. isokinetik
7. Setelah 12 minggu sampai 16 minggu
a. Diperbolehkan full weight bearing, namun
pasien harus tetap diperhatikan.
b. Lanjutkan latihan isotonik. Isometrik dan
tahanan pada ankle, knee dan hip joint. Sama
seperti latihan sebelumnya
d. Tetap hindari gerakan adduksi dan internal
rotasi hip untuk mencegah redislokasi.
THANKS!

56

Anda mungkin juga menyukai