Anda di halaman 1dari 15

Generasi Milenial

dan Z

Presentation By Nor Restina


Generasi Milenial atau
Generasi Y
Generasi Y dikenal dengan sebutan Generasi Milenial,
atau Millenia Generation, yang lahir antara 1977-1998.
Generasi Y di tahun 2008 berusia antara 21 hingga 29
tahun. Mereka sudah berinteraksi dengan teknologi sejak
lahir. Generasi ini banyak menggunakan teknologi
komunikasi instan, seperti: e-mail, SMS (Short Message
Service), instan messaging, dan media sosial lainnya
seperti Face Book dan Twitter. Disamping itu, generasi ini
juga menyukai game on-line. (Anantatmula, V.S. & B. Shrivastav.
(2012).“Evolution of Project Teams for Generation Y Workforce” in
International Journal of Managing Projects in Business, Volume 51, pp.9-
26, doi:10.1108/17538371211192874)
Karakteristik Generasi Milenial
1 2 3 4
Sangat terbuka pemakai media lebih terbuka dengan Generasi Y memiliki
sosial yang fanatik pandangan politik tingkat harga diri
pola
dan ekonominya, dan narsisme
komunikasinya dan kehidupannya
sehingga mereka (menganggap diri
Dibandingkan sangat terlihat sangat reaktif baik) lebih besar dari
generasi- terpengaruh terhadap perubahan pada generasi
generasi dengan lingkungan yang sebelumnya. Hal ini
sebelumnya;. perkembangan terjadi di tentu berdampak
teknologi sekelilingnya, dan itu terhadap ekspektasi
terlihat besar mereka di
lebih concern tempat kerja (terkait
terhadap wealth dengan penghargaan
serta kondisi kerja).

Taspcott Taspcott Taspcott Taspcott

(Tapscott, Don. (2008). Grown up Digital: How the Net Generation is Changing Your World. USA:
McGraw Hill, Page 18-20.)
Dampak Globalisasi
globalisasi adalah adanya saling
Terhadap Generasi Milenial
Dengan keterampilan dan
ketergantungan antara satu bangsa
kompetensi yang dikuasai di Dunia Pendidikan
dengan bangsa lain, antara satu manusia
dengan manusia lain melalui dengan baik oleh masyarakat
perdagangan, perjalanan, pariwisata, dapat menyokong
budaya, informasi, dan interaksi yang luas kehidupannya di masa yang
sehingga batas-batas negara menjadi akan datang. Oleh sebab itu
semakin sempit (Giddens,1990). Zahid dalam menyiapkan generasi
(2015) menjelaskan bahwa,“Globalization milenial zaman now terhadap
has not only opened informational pengaruh globalisasi yang
exchange from developed to developing saat ini sedang berlangsung,
countries but has also led to the career pentingnya dalam sekolah-
prospects across the borders. Now, the sekolah ditanamkan
individuals are expected to develop skills pendidikan karakter bagi para
and competencies so that they can attain pelajarnya sehingga dapat
better job opportunities and consequently bersaing dan tidak mudah
they enter into inter-regional competition.” terpengaruh oleh dunia luar.

(Zahid, Gulnaz. (2015). Globalization, nationalization and rationalization. Procedia -


Social and Behavioral Sciences. (174): Page 109 – 114. )

Giddens, A. (1990). The Consequences of Modernity. Cambridge: Polity Press. Page


35
Next...

Ditambahkan kutipan pak Habibie,


Terutama masyarakat milenial zaman
bahwa pembangunan bangsa itu
now yang sangat merasakan
harus seperti dua sayap pesawat
terhadap pengaruh globalisasi.
terbang, “sayap sebelah kanan adalah
Contoh kasusnya adalah adanya
iman dan takwa kepada Tuhan Yang
pergaulan bebas yang disalah artikan
Maha Esa dan sayap kiri adalah
dengan minum-minuman alkohol,
pembangunan ilmu dan teknologi.
merokok, pemakaian narkoba dan
Keduanya harus ada, tidak bisa hanya
seks bebas diusia remaja. Untuk itu,
salah satu saja. Dari dua unsur yang
agar generasi milenial zaman now
sudah dijelaskan, pendidikan dan
tidak terpengaruh negatif serta dapat
karakter serta kutipan dari pak
bersaing di era globalisasi, perlu
Habibie, generasi milenial perlu
adanya daya cegah dan pola yang
dipersiapkan dengan menanamkan
terencana secara sistematis.
pendidikan karakter

D
D D
D
D
(Doni Kusuma A. (2007). Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo. h. 31)
Pendidikan Karakter Generasi Milenial
Pendidikan karakter menurut Megawangi, “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada ingkungannya. Tujuan
pendidikan karakter ini ialah untuk membentuk sikap yang dapat membawa kita kearah kemajuan tanpa harus bertentangan dengan  norma 
yang berlaku. Pendidikan karakter bagi individu bertujuan agar:

Contents Here

. Mengetahui Menunjukkan contoh perilaku


berbagai karakter baik manusia
Point 1 Point 3 berkarakter dalam kehidupan
sehari-hari.

Point 2 Point 4

Dapat mengartikan dan Memahami sisi baik menjalankan


menjelaskan berbagai karakter. perilaku berkarakter

(Megawawangi Ratna. (2004).  Pendidikan Karakter Solusi YangTepat Untuk Membangun Bangsa, Bogor: IHF. h. 12)
Next..
Pendidikan karakter di Indonesia memang sudah berjalan seperti di beberapa negara lainnya, seperti di
Inggris, Amerika dan Finlandia. Namun bila melihat hasilnya dibandingkan dengan negara-negara yang
telah disebutkan, Indonesia masih jauh tertinggal. Hal ini disebabkan karena pendidikan di Indonesia saat
ini lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan, kecerdasan dan kurang memperhatikan atau
mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan
moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan karena kurang perhatian pemerintah
terhadap pendidika karakter. Jadi jangan heran bila generasi milenial Indonesia banyak yang terjerumus
dalam kehidupan bebas, banyak yang mengkonsumsi narkoba serta berhubungan seks tanpa memiliki
ikatan. (Soemarno Soedarsono, (2009). Karakter Mengantarkan Bangsa dari Gelab Menuju Terang. Jakarta: Kompas Gramedia. h. 15)
• Infographic Style

Generasi Z
Generasi Z, atau disebut juga sebagai iGeneration,
Generasi Net atau Generasi Internet, yang
kelahirannya antara 1995-2010. Generasi Z ini lahir
pada saat perkembangan IT (Information Technology)
semakin pesat. Pada era Generasi Z ini,
penggunaan komputer, internet, dan smart-phone
sedang booming. Oleh karena itu, tidak heran jika
Generasi Z ini begitu akrab dengan penggunaan
teknologi digital serta media sosial. J. Rothman
(2014) memprediksi bahwa pada tahun
2020, “This Generation Z will flood the market
working world; and analogous that Gen Z will flood
the job market, like like a "tsunami“. Generasi Z ini
akan membanjiri pasar dunia kerja; serta dianalogkan
bahwa Gen Z akan membanjiri pasar dunia kerja,
seperti layaknya “tsunami” (Rothman, 2014).

(Rothman, J. (2014). “A Tsunami of Learner Called Generation Z”. Available


onlineat:http://www.mdle.net/Journal/ATsunamiofLearnerCalledGenerationZ.pd
f page 5-4)
Karakteristik Generasi Z
Pertama
senang bersosial dengan berbagai kalangan, khususnya
menggunakan media sosial; ekspresif dan cepat berpindah dari
satu pemikiran/pekerjaan ke pemikiran/pekerjaan yang lain.
Kedua
generasi ini sangat intens berkomunikasi dan berinteraksi
dengan semua kalangan, khususnya dengan teman sebaya
melalui berbagai situs jejaring, seperti: Face Book, Twitter,
Ketiga atau melalui SMS (Short Message Service).
mempunyai pemikiran
yang terbuka (open-minded), serta spontan
dalam mengungkapkan yang dirasakan Keempat
dan dipikirkan. Mereka adalah generasi
Generasi ini juga cenderung toleran dengan
yang paling terhubung, terdidik, dan
perbedaan kultur dan sangat peduli
termutakhir..
dengan lingkungan
Kelima
generasi yang
multitasking, yakni generasi ini dengan
berbagai aktivitas dalam satu waktu
yang bersamaan, mereka bisa membaca,
berbicara, menonton, atau mendengarkan
musik dalam waktu yang bersamaan

(Munthe, Y.R. (2017). Etika Bekerja Bersama: Tim Antar Lintas Generasi
untuk Kesuksesan BKKBN. Jakarta: PT ARA Indonesia . h.18-19)
Fenomena Generasi Z
Mempunyai Ponsel Sendiri
Media Sosial
Texting

Generasi Z cenderung sering


menggunakannya. Mereka
menghabiskan waktu 7.5 jam per
hari dengan menggunakan gawai
digital; 22% dari mereka masuk ke
akun media sosial lebih dari 10 kali
sehari; 75% dari mereka memiliki
ponsel sendiri yang 25%
digunakan untuk media sosial;
75% 25% 54% serta 54% untuk teksting dan 24%
untuk instan messaging

(M.Subandowo, Sosiohumanika: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan


Mempunyai Media Sosial Texting
Kemanusiaan, Minda Masagi Press Bandung and UNIPA Surabaya,
Ponsel Sendiri Indonesia, Vol10(2), November 2017. h.200)
Generasi Z dalam
Pengawasan terhadap penggunaan smartphone dalam
pembelajaran adalah salah satu contoh penjagaan dan
memanfaatkan teknologi agar siswa tetap produktif namun

Dunia Pendidikan
tetap menjaga karakter yang dimiliki. Pembelajaran
melalui sosial media tetap harus dikembangkan sekolah
namun dengan pengawasan. Karena pada anak generasi
Z cenderung aktif disosial media maka kita harus lebih
bijak memanfaatkan sosial media sebagai tempat belajar
dan menjaga agar tidak melenceng dari norma yang ada,
contohnya saja membuat grup belajar dari Facebook,
WhatsApp, dan sebagainya tetapi dari guru ada yang
masuk dalam grup tersebut dan penilaian tidak hanya
sekedar dari hasil siswa tapi juga memasukan unsur
karakter baik kejujuran, kata yang sopan atau kerja sama
dalam indicator penilaian, sehingg adengan sosial media
tersebuat dapat belajar dimana saja dan kapan saja, guru
juga dapat mengawasi siswa dimana saja dan kapan saja.
Kedua metode pembelajaran. Generasi Z adalah generasi
yang nyaman bekerja dalam dunia global.

(Furqon Hidayatullah, (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa.


Surakarta: Yuma Pustaka. H. 21-22)
KESIMPULAN
Generasi Y dan Z adalah regenerasi peradaban
yang sama-sama mempunyai peluang untuk
menghadapi tantangan zaman, dimana setiap
peradaban menghadapi kegamangan dalam
mensiasati masa depan. Generasi Z adalah
generasi yang paling berpengaruh, unik, dan
beragam dari generasi yang pernah ada. Generasi
Z dikenal sebagai karakter yang serba bisa, lebih
individual, lebih global, berpikiran lebih terbuka,
lebih cepat terjun ke dunia kerja, lebih
wirausahawan, dan tentu saja lebih ramah
teknologi. Generasi Y dan Z perlu dioptimalkan
produktivitasnya agar berkontribusi bagi
pembangunan bangsa dan negara di era global.
Persentase angkatan kerja berpendidikan tinggi
merupakan gejala positif, sebagai proksi dari
meningkatnya tenaga profesional dan teknisi
dalam investasi lapangan kerja.
Thank You
For Your Attention
File 1 File 2 File 3

File 4
Referensi
Anantatmula, V.S. & B. Shrivastav. (2012).“Evolution of Project Teams for Generation Y Workforce” in International Journal of Managing Projects in
Business, Volume 51, pp.9-26, doi:10.1108/17538371211192874)

Doni Kusuma A. (2007). Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo

Furqon Hidayatullah, (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka.

Giddens, A. (1990). The Consequences of Modernity. Cambridge: Polity Press.

M.Subandowo, Sosiohumanika: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Minda Masagi Press Bandung and UNIPA Surabaya, Indonesia,
Vol10(2), November 2017.

Megawawangi Ratna. (2004).  Pendidikan Karakter Solusi YangTepat Untuk Membangun Bangsa, Bogor

Munthe, Y.R. (2017). Etika Bekerja Bersama: Tim Antar Lintas Generasi untuk Kesuksesan BKKBN. Jakarta: PT ARA Indonesia.

Rothman, J. (2014). “A Tsunami of Learner Called Generation Z”. Available online


at:http://www.mdle.net/Journal/ATsunamiofLearnerCalledGenerationZ.pdf page 5-4)

Soemarno Soedarsono, (2009). Karakter Mengantarkan Bangsa dari Gelab Menuju Terang. Jakarta: Kompas Gramedia

Tapscott, Don. (2008). Grown up Digital: How the Net Generation is Changing Your World. USA: McGraw Hill.

Zahid, Gulnaz. (2015). Globalization, nationalization and rationalization. Procedia - Social and Behavioral Sciences .
 

Anda mungkin juga menyukai