dan Z
(Tapscott, Don. (2008). Grown up Digital: How the Net Generation is Changing Your World. USA:
McGraw Hill, Page 18-20.)
Dampak Globalisasi
globalisasi adalah adanya saling
Terhadap Generasi Milenial
Dengan keterampilan dan
ketergantungan antara satu bangsa
kompetensi yang dikuasai di Dunia Pendidikan
dengan bangsa lain, antara satu manusia
dengan manusia lain melalui dengan baik oleh masyarakat
perdagangan, perjalanan, pariwisata, dapat menyokong
budaya, informasi, dan interaksi yang luas kehidupannya di masa yang
sehingga batas-batas negara menjadi akan datang. Oleh sebab itu
semakin sempit (Giddens,1990). Zahid dalam menyiapkan generasi
(2015) menjelaskan bahwa,“Globalization milenial zaman now terhadap
has not only opened informational pengaruh globalisasi yang
exchange from developed to developing saat ini sedang berlangsung,
countries but has also led to the career pentingnya dalam sekolah-
prospects across the borders. Now, the sekolah ditanamkan
individuals are expected to develop skills pendidikan karakter bagi para
and competencies so that they can attain pelajarnya sehingga dapat
better job opportunities and consequently bersaing dan tidak mudah
they enter into inter-regional competition.” terpengaruh oleh dunia luar.
D
D D
D
D
(Doni Kusuma A. (2007). Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo. h. 31)
Pendidikan Karakter Generasi Milenial
Pendidikan karakter menurut Megawangi, “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada ingkungannya. Tujuan
pendidikan karakter ini ialah untuk membentuk sikap yang dapat membawa kita kearah kemajuan tanpa harus bertentangan dengan norma
yang berlaku. Pendidikan karakter bagi individu bertujuan agar:
Contents Here
Point 2 Point 4
(Megawawangi Ratna. (2004). Pendidikan Karakter Solusi YangTepat Untuk Membangun Bangsa, Bogor: IHF. h. 12)
Next..
Pendidikan karakter di Indonesia memang sudah berjalan seperti di beberapa negara lainnya, seperti di
Inggris, Amerika dan Finlandia. Namun bila melihat hasilnya dibandingkan dengan negara-negara yang
telah disebutkan, Indonesia masih jauh tertinggal. Hal ini disebabkan karena pendidikan di Indonesia saat
ini lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan, kecerdasan dan kurang memperhatikan atau
mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan
moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan karena kurang perhatian pemerintah
terhadap pendidika karakter. Jadi jangan heran bila generasi milenial Indonesia banyak yang terjerumus
dalam kehidupan bebas, banyak yang mengkonsumsi narkoba serta berhubungan seks tanpa memiliki
ikatan. (Soemarno Soedarsono, (2009). Karakter Mengantarkan Bangsa dari Gelab Menuju Terang. Jakarta: Kompas Gramedia. h. 15)
• Infographic Style
Generasi Z
Generasi Z, atau disebut juga sebagai iGeneration,
Generasi Net atau Generasi Internet, yang
kelahirannya antara 1995-2010. Generasi Z ini lahir
pada saat perkembangan IT (Information Technology)
semakin pesat. Pada era Generasi Z ini,
penggunaan komputer, internet, dan smart-phone
sedang booming. Oleh karena itu, tidak heran jika
Generasi Z ini begitu akrab dengan penggunaan
teknologi digital serta media sosial. J. Rothman
(2014) memprediksi bahwa pada tahun
2020, “This Generation Z will flood the market
working world; and analogous that Gen Z will flood
the job market, like like a "tsunami“. Generasi Z ini
akan membanjiri pasar dunia kerja; serta dianalogkan
bahwa Gen Z akan membanjiri pasar dunia kerja,
seperti layaknya “tsunami” (Rothman, 2014).
(Munthe, Y.R. (2017). Etika Bekerja Bersama: Tim Antar Lintas Generasi
untuk Kesuksesan BKKBN. Jakarta: PT ARA Indonesia . h.18-19)
Fenomena Generasi Z
Mempunyai Ponsel Sendiri
Media Sosial
Texting
Dunia Pendidikan
tetap menjaga karakter yang dimiliki. Pembelajaran
melalui sosial media tetap harus dikembangkan sekolah
namun dengan pengawasan. Karena pada anak generasi
Z cenderung aktif disosial media maka kita harus lebih
bijak memanfaatkan sosial media sebagai tempat belajar
dan menjaga agar tidak melenceng dari norma yang ada,
contohnya saja membuat grup belajar dari Facebook,
WhatsApp, dan sebagainya tetapi dari guru ada yang
masuk dalam grup tersebut dan penilaian tidak hanya
sekedar dari hasil siswa tapi juga memasukan unsur
karakter baik kejujuran, kata yang sopan atau kerja sama
dalam indicator penilaian, sehingg adengan sosial media
tersebuat dapat belajar dimana saja dan kapan saja, guru
juga dapat mengawasi siswa dimana saja dan kapan saja.
Kedua metode pembelajaran. Generasi Z adalah generasi
yang nyaman bekerja dalam dunia global.
File 4
Referensi
Anantatmula, V.S. & B. Shrivastav. (2012).“Evolution of Project Teams for Generation Y Workforce” in International Journal of Managing Projects in
Business, Volume 51, pp.9-26, doi:10.1108/17538371211192874)
Furqon Hidayatullah, (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka.
M.Subandowo, Sosiohumanika: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Minda Masagi Press Bandung and UNIPA Surabaya, Indonesia,
Vol10(2), November 2017.
Megawawangi Ratna. (2004). Pendidikan Karakter Solusi YangTepat Untuk Membangun Bangsa, Bogor
Munthe, Y.R. (2017). Etika Bekerja Bersama: Tim Antar Lintas Generasi untuk Kesuksesan BKKBN. Jakarta: PT ARA Indonesia.
Soemarno Soedarsono, (2009). Karakter Mengantarkan Bangsa dari Gelab Menuju Terang. Jakarta: Kompas Gramedia
Tapscott, Don. (2008). Grown up Digital: How the Net Generation is Changing Your World. USA: McGraw Hill.
Zahid, Gulnaz. (2015). Globalization, nationalization and rationalization. Procedia - Social and Behavioral Sciences .