Anda di halaman 1dari 13

NAMA KELOMPOK 11 :

1. Erik aditiya pratama


2. Elsa karuniati
3. Erni fori
4. Juwita puspita sari
SUCTION
A. PENGERTIAN SUCTION
Suction adalah (penghisapan lendir) merupakan
tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan
nafas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran
gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari
jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengelurkannya
sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret
dari jalan nafas dengan menggunakan alat via mulut,
nasofaring atau trakeal.
B.Tujuan
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas.
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/lendir yang menumpuk.
3. Memdapatkan sampel secret untuk tujuan diagnose.
 

C. Prinsip
Prinsip Suction (4 A)
1. Aseptik : Segala upaya yang dilakukan untuk mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan
besar akan mengakibatkan infeksi.
2. Asianotik : Tindakan yang tidak boleh menimbulkan sianosis.
3. Afektif : Tindakan yang dilandaskan gaya atau makna yang
menunjukan perasaan dan emosi.
Atraumatik : Tindakan yang mencegah terjadinya trauma.
 
D. Komplikasi
a. Hipertensi
b. Trauma jaringan

E. Kriteria
a. Kelengkapan alat penghisap lender dengan ukuran selang yang tepat.
b. Menggunakan satu selang penghisap lendir yang steril untuk satu klien.
c. Mengunakan selang penghisap lendir yang lendir.
d. Penghisapan lendir dilakukan dengan gerakan memutar dan intermitten.
e. Observasi tanda-tanda vital.
 
F. Indikasi
1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu mengeluarkan secret dengan
mengeluarkan atau menelan.
2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terrdengar suara
pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakles atau ronchi, kelelahan
pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada alat bantu
nafas.
3. Klien yang kurang responsive atau koma memerlukan pembuangan secret oral.
 

G. Kontra indikasi
a. Terjadi peningkatan tekanan intracranial.
b. Bila sangat diperlukan pengisapan secret maka harus di beri muscle relaxsan terlebih
dahulu, sehingga replek batuk ditimbulkan akibat dari tindakan pengisapan bisa
dihindari.
c. Odema paru dengan skutum pink frotty.
d. Jika diperlukan pengisapan maka tindakan ini melalui lbow tanpa melepas
tubingsirkuit dari artipical air way. Atau memakai cars penghisapan sistem tertutup, jika
pasilitas ini memungkinkan.
e. Pemberian PEEP yang tinggi. Juga dilakukan pengisapan maka tidak boleh terlalu
sering melepas tubing sirkuit dari artipical ari way, jadi harus betul-betul sesuai indikasi.
 
 
H. Persiapan
1. Lingkungan
a. Menjelaskan pada keluarga
b. Pasang skrem/tabir
c. Pencahayaan yang baik
2.Klien
a. Penjelasan tindakan yang akan dilakukan
b. Atur posisi klien
1) Klien sadar : posisi semi foler kepala miring kesatu sisi (oral
suction) dan posisi foler dengan leher ekstensi (nasa suction).
2) Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral
menghadap pelaksana tindakan (oral/nasa suction).
3. Alat – alat
1. Regulator vakum det
2. Kateter oenghisat steril sesuai ukuran
3. Air steril/ normal salin
4. Hanscoon/ handuk

NEXT
5. Pelumas lariut dalam air
6. Selimut
7. Masker wajah
8. Tong spatel
4. Pelaksanaan
a. Fase orientasi
1) Salam terapeutik
2) Evaluasi/validasi
3) Kontrak
I. Fase kerja
1. Suction orofaringeal
Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak mampu mengeluarkan
secret dengan mencaikan sputum atau menelannya.

NEXT
Prosedur di gunakan setelah klien batuk.
a. Siapkan peralatan di samping tempat tidur klien.
b. Cuci tangan dan menggunakan handscoon.
c. Mengatur posisi klien ( perhatikan kondisi umun klien ).
d. Pasang handuk pada bantal atau dibawah dagu klien.
e. Pilih tekanan dan tipe vakum yang tepat.
f. Tuangkan air steril/normal salin dalam wadah steril.
g. Ambungkan kateter penghisap steril ke regulator vakum.
h. Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung klien.
i. Basahi ujung kateter dengan larutan steril.
j. Penghisapan, masukan kesala satu sisi mulut secara perlahan.
k. Sumbat ‘’port’’ penghisap dengan ibu jari, dengan perlahan rotasi kateter saat
menariknya. Tidak boleh lebih dari 15 detik.
l. Bilas kateter dengan larutan steril, bila klien tidak mengalami disteress pernafasan,
istirahat selam 20-30 detik, sebelum memasukkan ulang kateter.
m. Bila diperlukan penghisapan ulang, ulang langkar dari 9-11.
 
 
 
 
n. Bila klien mampu untuk meminta nafas dalam dan batuk efektif di antara
penghisapan.
o. Hisap secret pada mulut atau bawah lidah setelah penghisapan orofaringeal.
p. Buang kateter penghisap bersamaan.
q. Cuci tangan.

2. Suction ETT

a. Kaji adanya tanda dan gejala adanya secresi pada jalan nafas bagian atas.
b. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan
c. Persiapan alat dan bahan.
d. Tutup pintu atau tarik gorden
e. Berikan posisi klien dengan benar.
f. Tempatkan handuk diatas bantar atau di atas bantal dibawah dagu klien.
g. Pilih tekanan penghisap yang tepat untuk klien,. Misalnya 110-150 mmhg untuk
dewasa, 95-110 untuk anak – anak dan 50-55 untuk bayi.
h. Cuci tangan.

3. Suction tracheostomy

a. Nyalakan peralatan penghisap dan atur regulator vakum pada tekanan negative yang sesuai.
b. Jika diindikasikan tingkatkan oksigen tambahan sampai 100% atau sesuai program dokter.
c. Gunakan peralatan penghisap dengan membuka bungkusan dengan tepat menjaga kesterilan
alat tersebut.
d. Buka pelumas, tekan dalam bungkusan kateter steril yang terbuka tersebut tanpa menyentuh
bungkusnya.
e. Kenakan masker dan pelindung mata.
f. Kenakan sarung tangan steril pada kedua tangan atau kenakan sarung
tangan bersih pada tangan tidak dominan dan sarung tangan yang steril
pada tangan yang dominan.
g. Angkat kateter penghisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh
permukaan yang tidak steril. Angkat selang penghubung dengan tangan
yang tidak dominan, masukkan kateter dedalam selang.
h. Periksa apakah alat brfungsi dengan baik dengan menghisap sejumlah
normal saline dan Waskom.
i. Lumasi 6-8 cm kateter disertai dengan peluas larut dalam air.
j. Angakt peralatan pemverian oksigen, jika terpasang dengan tangan yang
tidak dominan tanpa melakukan penghisapan. Dengan perlahan tapi cepat,
insersikan kateter dengan ibu jari telunjuk dominan kedalam hidung dengan
gerakan sedikit miring kearah bawah atau melalui mulut saat klien
menghirup nafas.
k. Lakukan penghisapan secar intermitten sampai selam 10 detik dengan
meletakkan dan mengangkat ibu jari tidak dominan dari lubang ventilasi
kateter sambil memutarnya kedalam dan ke luar antara ibu jari dan jari
telunjur dominan.
l. Bilas kateter dengan selang penghubung dengan normal saline
sampai bersih.
 

J. Fase terminasi
merupakan ahir dari pertemuan perawat
dengan klien.
a. Evaluasi terhadap tindakan yang telah di
lakukan.
b. Rencana tindak lanjut.
c. Kontrak yang akan datang.
TERIMAKASIH...

Anda mungkin juga menyukai