Anda di halaman 1dari 6

TINDAKAN SUCTIONING

Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga
memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret
pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri. Suctioning dapat ditrapkan pada oral,
nasofaringeal, trakeal, serta endhotrakeal atau trakeostomi tube.
Indikasi
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya secret yang menyumbat jalan
nafas, ditandai dengan :
Terdengar adanya suara pada jalan nafas
Hasil auskultasi : ditemukan suara crackels atau ronkhi
Kelelahan
Nadi dan laju pernafasan meningkat
Ditemukannya mukus pada alat Bantu nafas
Permintaan dari klien sendiri untuk disuction
Meningkanya peak airway pressure pada mesin ventilator
Kontra Indikasi
Irritable bowel syndrome
Stoma dengan colon asendens dan transfersum
Stoma prolaps dan hernia peristoma
Pasien
dengan kemoterapi
Pasien dengan diagnosis buruk dan diare
Pasien dengan urostomi

Peralatan :

1. Mesin Suction
2. Kateter
3. Penghubung tube
4. Kom steril, sarung tangan steril (untuk tracheal dan trakheostomi)
5. Air destilasi steril steril
6. Tisu
7. Kasa steril
8. Handuk steril
9. Botol pengumpul lender
10. Manometer untuk mengukur jumlah kekuatan vakum

Fisiologi Organ Terkait


Proses fisiologi pernafasan yaitu proase O2 dipindahkan dari udara kedalam jaringan-jaringan,
dan O2 dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
a. Stadium pertama, Ventilasi adalah masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru.
b. Stadium ke dua, Transportasi yang harus ditinjau dari beberapa aspek:
- Difusi gas-gas antara alveoulus dan kapiler paru (Ekspirasi eksterna) dan antara darah
sistemik dan sel-sel jaringan.
- Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaian denagan distribusi udara

dalam

alveoulus-alveoulus.
- Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan dara.
c. Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir, Respirasi yaitu saat zat-zat
dioksidasi untuk mendapatkan energy dan CO2 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme
sel dan dikeluarkan oleh paru.
Prosedur Kerja
a. Oral Suctioning
1. Tahap Persiapan :

a) Siapkan alat-alat termasuk ekstrakateter. Hubungkan botol pengumpul lender dan tube ke
sumber vakum.
b) Suctioning siap dengan mengobservasi pernapasan, mengauskultasi paru-paru.
c) Cuci tangan dengan lima langkah cuci tangan yang benar
d) Hidukan mesin suction untuk memeriksa apakah sistewm dan pengaturan tekanan
berfungsidengan baik.
e) Isi kom steril dengan air steril
f)

Posisikan klien dengan kepala lebih rendah

g) Pakai sarung tangn dengan prinsip steril


h) Sambungkan kateter ke tube suction. Gunakan sarung tangan jika memegang kateter.
i)

Masukan ujung kateter kedalam basin dan isap air steril tersebut.

2. Tahap Penataleksanakan :
a) Gunakan padded tongue blades untuk memisahkan gigi atas dan gigi bawah
b) Biarkan vent terbuka hingga kontak dengan udara bebas saat mendorong kateter masuk ke dalam
bagian yang akan di isap.
c) Tutup vent dengan ibu jari dan tarik secara perlahan sambil memutarkan kateter tersebut antara
ibu jari dan jari lain. Jika isapan terlalu kuat, maka lepaskan ibu jari dari vent.
d) Masukkan kateter ke dalam basin dan angkat kembali kemudian isapkan air steril melalui kateter
tersebut untuk membersihkannya.
e) Ulangi 1-4 kali sesuai yang dibutuhkan, tetapi setiap periode suctioning tidak boleh lebih dari 10
detik dan jeda waktu antara periode sekitar 1-3 menit.
3. Tahap tindak lanjut:
a) Matikan mesin suction, lepaskan kateter dari tube dan bungkus tube dengan handuk steril. Bila
kateter tersebut disposable, maka lebih baik dibuang saja.
b) Poisikan klien senyaman mugkin dan lakukan perawatan mulut.
c) Mengkaji efektifitas dari suctioning dengan mengobservasi pernapasan dan mengauskultasi
paru-paru.
d) Catat karakteristik secret, adakah perdarahan, dan reaksi klien terhadapa suctioning.
b. Nasofaringal suctioning
1. Tahap persiapan:

Persiapan yagn dilakukan pada nasofaringal suctioning ini sama dengan persiapan oral
suctioning . hanya saja hal yang perlu diperhatikan adalah menentukan sebarapa dalam kateter
dimasukkan kedalam nasofaringal. Oleh karena itu, perlu diukur panjang atau jarak antara
hidnug klien tragus telinga.
2. Tahap Pelaksanaan :
a) Biarkan vent kateter terbuka, naikan ujung hidung dan masuan kateter pada dasar dari hidung.
b) Jika ada sumbatan jangan dipaksa, tapi cobalah masukan lagi melalui sudut/sisi lain dari hidung
atau pada lubang lainnya.
c) Ikuti ikuti prosedur c sampai e seperti pada tahap pelaksanaan oral suctioning
3. Tahap tindak lanjut:
Sama seperti halnya yang dilakukan pada oral suctioning.
c.

Nasotrakheal suctioning

1. Tahap persiapan:
a) Ikuti langkah a sampai d pada oral suctioning
b) Atur kekkuatan suction sesuai kebutuhan.
c) Pastikan bahwa sumber oksigen tersedia
d) Gunakan teknik aseptic, isi kom steril denagan air steril.
e) Posisikan klien dengan kepala agak ekstensi
f)

Buka bungkus kateter steril, sambungkan kateter tersebut pada tabung suction.

g) Letakkan ujung kateter pada kom steril dan isapkan air steril
2. Tahap Pelaksanaan :
a) Biarkan vent kateter terbuka, tinggikan ujung hidung lalu masukkan kateter menyisiri dasar
hidung.
b) Jika terjadi sumbatan jangan dipaksa, tetapi lepaskan dan masukan pada sudut yang lain ataupun
pada lubang hidung yang lain.
c) Gerakan kateter ke depan secara perlahan sampai masuk ke trkhea.
d) Ketika kateter didalm trachea tutup vent dengan ibu jari dan tarik kateter perlahan-lahan dengan
gerakan memutar di antara ibu jari dan jari lainnya.
e) Lepaskan ibu jari dari vent untuk beberapa detik antara inspirasi
f)

Masukkan dan keluarkan kateter kedalam kom steril dan isap air steril untuk membersihkannya.

g) Ulangi prosedur ini sesuai kebutuhan, tetapi setriap periode suctioning tidak boleh lebih dari 5
detik dan jeda waktu antara periode sekitar 1-3 menit.
3. Tahap tindak Lanjut:
a) Prosedur sama dengan oral suction.
b) Berikan oksigen jika dibutuhkan dan bergantung kondisi klien.
d. Endhotrkheal atau trkheostomi tube suctioning
Indikasi :
a.

Bila sekresi dapat terlihat atau suara sekresi yang terdengar dengan atau tanpa menggunakan
stetoskop.

b. Stelah prosedur fisioterapi dada


c.

Setelah prosedur pengobatan bronchodilator

d. Peningkatan atau popping off dari puncak tekanan jalan nafas terhadap klien yang sedang
menggunakan ventilasi mekanin.
Prosedur:
a.

Cuci tangan secara seksama

b. Letakkan handuk diatas dada klien


c.

Kenakan sarung tangan

d. Lepaskan ventilator pada klien lalu letakkan konektor ventilator di atas handuk steril
e.

Ventilasikan dan beri oksigen melalu ambu bag 4-5 kali sesuaikan dengan volume tidal klien.

f.

Lumasika ujung kateter dengan jelly lalu dengan seksama masukkan kateter suction sejauh
mungkin kedalam jalan napas buatan tanpa melakukan pengisapan.

g. Lakukan suction dengan gerakan memutar kateter secara cepat bersamaan dengan menarik
kateter keluar.
h. Batasi waktu suction 10-15 detik. Hentikan suction apabila denyut jantung meningkat sampai
40/menit.
i.

Ventilasikan klien dengan ambu bag setelah suction tiap periodenya.

j.

Jika sekresi sangat pekatr,, maka dicairkan dengan memasukkan NaCl steril skitar 3-5 cc
kedalam jalan napas buatan.

k. Bilas kateter diantara setiap pelaksanaan suction.

l.

Lakukan prosedur ini sampai jalan napas bersih terhadap penggumpalan secret yangditandai
dengan hasil auskultasi jernih.

m. Setelash selesai hubungkan lagi klien dengan ventilator.


n. Bereskan lagi alat-alat.
Hal yang Perlu Diperhatikan :
Anak anak memrlukan diameter kateter penghisap lebih kecil. Neonatus sampai anak 18 bulan
memerlukan 6 sampai 8 french, 18 sampai 24 bulan memerlukan 8 sampai 10 french, dan anak
lebih besar memerlukan 10 sampai 14 french. Klien lansia dengan penyakit jantung atau
pulmonial hanya mampu mentolerir periode penghisapan selama 10 detik. Klien ini berisiko
tinggi mengalami distrimia jantung akibat hipoksia.
http://ikhwan554.blogspot.com/2010/03/suctioning.html

Anda mungkin juga menyukai