Anda di halaman 1dari 28

Latar Belakang Kebijakan

Sistem Manajemen Keselamatan


Dan Kesehatan Kerja
LATAR BELAKANG SISTEM
MANAJEMEN K3
1.Dimulai dr perkembangan desain peralatan yg aman dan nyaman
digunakan untuk si pengguna pd zaman manusia batu & goa ketika
membuat peralatan berburu. Pada fase ini terjadi pengembangan
safety engineering dan argonomik.

2 Perkembangan selanjutnya di ikuti dgn perkembangan


kesehatan kerja dan sanitasi lingkungan sejak era Ramses dan
Paracelsius serta Ramazini.
3. Pada Era manajemen trjadi pergeseran konsep K3, mulai dr
faktor Manusia sampai kpd elaborasi faktor manusia dalam “
Frame “ sistem manajemen terpadu.
4. Perkembangan terakhir m K3 ternyata mempunyai ruang
lingkungan yg lebih luas lagi tidak hanya terbatas didlm Industri
Dlm perjalanannya SMK3, ada
beberapa standard dipakai oleh
Perusahaan
1.OHSAS 1800/18001
2 Voluntary Protective Program OSHA,
3. BS 8800,
4. Five Star System,
5. Internatonal Safety Rating System (ISRS)
6.Safety Map
7.Manajemn Keselamatan Proses (PSM)
8.Aposho Standard 1000
9.Contr actor Safety Management
10.Manjemen Keselamatn Proses (PSM)
11. CSMS,
12. SMK3 (Per. 05/Men/1996
DEFINISI MANAJEMEN
DAN SISTEM MANAJEMEN

Manajemen :
suatu proses kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasi,
pelaksanaan, pengukuran dan tindak lanjut yang dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya
yang ada

Sistem Manajemen :
kegiatan manajemen yang teratur dan saling berhubungan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
DEFINISI SISTEM MANAJEMEN K3

Bagian dari sistem manajamen perusahaan secara


keseluruhan yang dibutuhkan bagi :
pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3
dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif
LATAR BELAKANG KEBIJAKAN
• K3 masih belum mendapatkan perhatian yang memadai
semua pihak
• Kecalakaan kerja yang terjadi masih tinggi
• Pelaksanaan pengawasan masih bersifat parsial dan belum
menyentuh aspek manajemen
• Relatif rendahnya komitment pimpinan perusahaan dalam
hal K3
• Kualitas tenaga kerja berkorelasi dengan kesadaran atas
K3
• Tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja yang
diterapkan oleh komunitas perlindungan hak buruh
internasional
• Desakan LSM internasional dalam hal hak tenaga kerja
untuk mendapatkan perlindungan
K3 masih belum mendapatkan perhatian
yang
memadai semua pihak:

• Masalah K3 masih belum menjadi prioritas program


• Tidak ada yang mengangkat masalah K3 menjadi issue
nasional baik secara politis maupun sosial
• Masalah kecelakaan kerja masih dilihat dari aspek ekonomi,
dan tidak pernah dilihat dari pendekatan moral
• Tenaga kerja masih ditempatkan sebagai faktor produksi
dalam perusahaan, belum dirtempatkan sebagai mitra usaha
• Alokasi anggaran perusahaan untuk masalah K3 relatif kecil
Masih rendahnya komitment pimpinan
perusahaan terhadap K3 :
• Dari jumlah perusahaan 160.041 (1995) menurut data UU
No.7/1981, 13.381 merupakan perusahaan dengan tenaga
kerja lebih dari 100 orang ( wajib mempunyai P2K3 sesuai
pasal 10 UUKK No.1/1970)
• Jumlah P2K3 yang ada kurang dari 13.000
Dari P2K3 yang ada 10-12 % yang berfungsi, Menunjukan
komitment pimpinan perusahaan terhadap K3 masih rendah

• Perusahaan yang mempunyai dokter perusahaan (pasal 8


UUKK No.1/1970) tercatat 1.155 orang
• Program pemeriksaan kesehatan tenaga kerja tidak jalan
PELAKSANAAN PENGAWASAN

Obyek Pengawasan dan Personil Pengawasan


 Obyek Pengawasan : - th. 2001 : 169.524 prsh
- th. 2002 : 176.713 prsh
 Pegawai Pengawas : 1.400 orang
 Pengawas K3 : 336 orang
 Jumlah Ahli K3 (th. 2003) : 772 orang
 Jumlah Dokter Pemeriksa
Kes. Tenaga Kerja (th. 2003) : 159 orang
DASAR HUKUM
Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945

Pasal 3, 9 dan 10 UU No.14 Tahun 1969

UU No.1 Tahun 1970

Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Khusus PP; Per.Men ; SE;


DASAR HUKUM
Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945

Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU No. 13 / 2003


Ttg Ketenagakerjaan

UU No.1 Tahun 1970

Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Khusus PP; Per.Men ; SE;


DASAR HUKUM

• Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :


Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

• UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok


Mengenai ketenagakerjaan
Pasal 3
Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang
layak bagi kemanusiaan
DASAR HUKUM
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril
kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindunggan tenaga kerja
yang meliputi :
(1) norma keselamatan kerja
(2) norma kesehatan kerja
(3) norma kerja
(4) pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi
dalam hal kecelakaan kerja

UU No. 14/1969
Pragraf 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pasal 86 UU No.13/2003
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama;

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan


produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan
dan kesehatan kerja

(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Pasal 87 UU No.13/2003

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
BAB XVI
Bagiaan Kedua
Sangsi Administratif

Pasal 190 UU No.13/2003


(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai sanksi
administratif atas pelanggaran ketentuan-ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15, Pasal 25,
Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), pasal 47 ayat (1), Pasal 48,
Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), dan Pasal 160 ayat (1)
dan ayat (2) Undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara ssebagian atau seluruh alat
produksi;
h. pencabutan ijin.

(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana


dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh
PENGAWASAN
Bab IV Pasal 5

MENAKER
DIREKTUR

PEG. AHLI PANITIA DOKTER P2K3


PENGA K3 BANDING PRSH
WAS

• LUAR • POLI . PRSH


• DEP/DINAS DEPNAKER •JASA KESEH • PRSH

- INDUSTRI
• PEMERINTAH • SWASTA
- JASA ----PJIT
Indonesian OSH Inspection System Paradigm

S H
MOM Regulation No. 05 /1996 OSH MS jo. Article 87 Act No.13 f O
l e o
1996 Year 2003 on Man Power
Ro r
h e de
1994 T ehol
MOM Regulation No. 04/1995 on OSH Company Services
t ak
1992 MOM Regulation No: 02/1992 on OSH Expert S
1988 MOM Degree No.1261/1988 on Third Company of Boiler Technical Inspection

1987 MOM Regulation No : 04/ 1987 on OSH Committee

1970

Transformation proces from rawing


VR 1910 - Periode
to steering
Direct Inspection OSH Inspection Privatitation
KEWAJIBAN PENGURUS
• Pasal 8 - Pemeriksaan Kesehatan Badan

• Pasal 9 - Menjelaskan dan menunjukan kondisi dan


bahaya di tempat kerja
- Semua pengaman dan alat perlindungan yang
diharuskan
- APD
- Cara dan sikap bekerja yang aman
- Mempekerjakan setelah yakin
- Pembinaan
- Wajib memenuhi dan mentaati syarat K3
• Pasal 10 - Membentuk P2K3

• Pasal 11 - Laporan kecelakaan

• Pasal 14 - Menempatkan secara tertulis


- Memasang poster
- Menyediakan APD secara cuma-cuma
TUJUAN PENERAPAN SMK3
• Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai manusia (pasal 27 ayat 2 UUD 1945)
• Meningkatkan komitment pimpinan perusahaan dalam
melindungi tenaga kerja
• Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk
menghadapi kompetisi perdagangan global
• Proteksi terhadap industri dalam negeri
• Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
• Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk
ekspor nasional
• Meningkatkan pelaksanaan pencegahan kec. melalui
pendekatan sistem
• Perlunya upaya pencegahan terhadap problem sosial dan
ekonomi yang tekait dengan penerapan K3
K3
UU No.14/1969
UU No.13 /2003
P. 3, 9, 10

p. 86 p. 87
UU No.1/1970

UU No.1/1970 PP - SMK3

Tempat Kerja Tempat Kerja Perusahaan

a.l. : Per.Men. 05/1996


SMK3
Dasar Hukum SMK3
Pasal 27 (2) UUD1945

Undang-undang
Ketenagkerjaan

Pasal 86 Pasal 87

• UU No.1/1970
• Per. Menaker No. 05/Men/1996 PP Penerapan
• Kep.Menaker No. Kep.19/Men/1997 SMK3

Sangsi pelanggaran
ILO
The most efficient way to build a
sustained safety culture

Establishment of OSH MS
Regulation Risk Based
OSH
Based OSH Program
Program

OSH MS
SMK3 MEMBANGUN BUDAYA K3
Na
tu ra
l In
sti
nc
ts

Sup
Injury Rates

e rvis
ion

Self
Teams
Reactive Dependent Independent Interdependent
• Safety by Natural • Management • Personal Knowledge,
Commitment Commitment, and • Help Others Conform
Instinct • Condition of •
Standards Others’ Keeper
• Compliance is the Employment • Internalization • Networking Contributor
Goal • Fear/Discipline •
• Personal Value Care for Others
• Delegated to Safety • Rules/Procedures
• Care for Self • Organizational Pride
Manager • Supervisor Control,
• Lack of Management Emphasis, and Goals • Practice, Habits
Involvement • Value All People • Individual Recognition
• Training

Engineering OSH - MS Behavioral


Control Safety
Terima kasih ……
atas perhatiannya …….

Anda mungkin juga menyukai