Anda di halaman 1dari 15

MATA PELAJARAN SENI

BUDAYA
KELAS X MIPA
JAM 12:15-13:15
KOMPETENSI DASAR

3.1 memahami teknik menyusun


naskah lakon bersumber dari
cerita tradisional sesuai dengan
konsep, teknik dan prosedur seni
peran
Materi
Pembelajaran

Pengertian konsep

SENI SENI TEATER Teknik

Prosedur
TUJUAN
PEMBELAJARAN

1. Siswa memahami teknik menyusun


naskah lakon bersumber dari cerita
tradisional sesuai dengan konsep,
teknik dan prosedur seni peran
A. PENGERTIAN NASKAH
LAKON

Naskah lakon adalah lakon dan cerita yang akan


dipentaskan dalam sebuah teater. Naskah lakon dibuat
dengan tujuan untuk dipentaskan di atas panggung .
Bentuknya berupa cakapan atau dialog dengan bahasa lisan
yang komunikatif.
Lakon ditulis oleh seorang penulis naskah lakon
berdasarkan apa yang dilihat, dialami, dan dibaca atau
diceritakan. Penulis kemudian menyusun rangkaian
kejadian hingga mencapai puncaknya dan menemukan
penyelesaian cerita.
Naskah lakon yang ditulis sebagai dasar untuk
memproduksi film atau program televisi disebut
skenario. Skenario merupakan bentuk tertulis dari
gagasan atau ide yang menyangkut penggabungan
antara gambar dan suara, dimaksudkan sebagai
pedoman dalam pembuatan film, sinetron, atau
program televisi.
Naskan lakon dapat ditulis berdasarkan cerita atau
dongeng yang bersifat kedaerahan atau cerita
tradisional. Adapun cerita atau dongeng tersebut antara
lain sebagai berikut.
1. Si Pitung (Betawi0
2.  Jaka Tarub (Jawa Tengah)
3. Ande-Ande Lumut (Jawa Tengah)
4.  Calon Arang (Bali)
5. Prabu Menak Jinggo (Jawa Timur)
6. Rara Jonggrang (Jawa Tengah)
7. Legenda Batu Bangkai (Kalimantan Selatan)
8.  Ken Arok dan Ken Dedes (Jawa Timur)
9. Tajau Kuyang (Kalimantan Timur)

B. UNSUR-UNSUR NASKAH LAKON

Naskah lakon sebagaimana karya sastra lain, pada dasarnya


mempunyai struktur yang jelas, yaitu tema, plot, setting,
dan tokoh. Akan tetapi, naskah lakon yang khusus
dipersiapkan untuk dipentaskan mempunyai struktur lain
yang spesifik. Unsur-unsur lakon teater sebagai berikut.
1. TEMA CERITA
Agar cerita menarik perlu dipilih topik, sebagai contoh tema
masalah keluarga, misalnya topik pilih kasih.
.

2. AMANAT
Sebuah sajian drama yang menarik dan bermutu memiliki
pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton.

3. PLOT
Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik. Plot
adalah jalan cerita drama. Plot berkembang secara bertahap
yaitu sebagai berikut.
1. Eksposisi, tahap ini disebut tahap pergerakan tokoh.
2. Konflik, dalam tahap ini mulai ada kejadian.
3. Komplikasi, kejadian mulai menimbulkan konflik persoalan yang
kait-mengait tetapi masih menimbulkan tanda tanya.
4. Krisis, dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik.
5. Keputusan, yang merupakan akhir cerita.

4. KARAKTER
Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri seorang tokoh
dalam drama. Ada tokoh berwatak sabar, ramah, dan suka menolong,
sebaliknya bisa saja tokoh berwatak jahat ataupun bisa juga tokoh
berdialek suku tertentu.

5. DIALOG
Jalan cerita lakon diwujudkan melalui dialog dan gerak yang dilakukan
para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter
tokoh yang diperankan dan dapat menghidupkan plot lakon.
6. SETTING
Setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu adegan.
Oleh karena semua adegan dilaksanakan di panggung, panggung
harus bisa menggambarkan setting yang dikehendaki. Penataan
panggung harus mengesankan waktu dan menggambarkan suasana.

7. INTERPRETASI
Apa yang dipertontonkan ceritanya harus logis, dengan kata lain
lakon yang dipentaskan harus terasa wajar, bahkan harus diupayakan
menyerupai kehidupan yang sebenarnya.

C. MENYUSUN NASKAH LAKON

1. MEMBUAT NASKAH LAKON


Dalam menyusun naskah lakon terdiri dari prolog, dialog, petunjuk
pengarang, dan epilog.
A. PROLOG
Prolog adalah bagian awal naskah lakon. Prolog berisi satu atau
beberapa keterangan atau pendapat pengarang tentang cerita yang
akan disajikan.
B. DIALOG
Dialog adalah bagian naskah lakon yang berupa percakapan
antara satu tokoh dan tokoh lainnya. Bagian ini terdiri dari nama-
nama tokoh dan percakapannya.
C. PETUNJUK PENGARANG
Petunjuk pengarang adalah bagian naskah lakon yang memberi
penjelasan kepada awak pementasan seperti sutradara, pemeran,
dan penata artistik mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau
perbuatan dan sifat tokoh dalam drama. Biasanya petunjuk
pengarang ditempatkan di dalam tanda kurung atau dicetak
miring.
D. EPILOG
Epilog adalah bagian akhir pada naskah lakon, biasanya berisi
kesimpulan pengarang mengenai cerita yang disertai nasihat atau
pesan.
2. MENYUSUN ALUR CERITA
Alur cerita atau plot adalah rangkaian peristiwa yang saling
berhubungan satu sama lain. Mendeskripsikan alur cerita berarti kita
telah membuat kerangka cerita. Jadi, sebelum membuat naskah lakon
terlebih dahulu membuat deskripsi alur plot. Langkah-langkah
menyusun alur atau plot yaitu sebagai berikut.

A. PELUKISAN AWAL CERITA


Pelukisan awal cerita merupakan struktur paling awal dalam
pembuatan skenario yaitu pengenalan tokoh-tokoh yang dilengkapi
dengan watak masing-masing (eksposisi). Struktur ini menyebutkan
tokoh yang menjadi protagonis, antagonis, dan tritagonis. Tokoh
antagonis memiliki sifat yang bertentangan dengan tokoh protagonis.
Adapun tokoh tritagonis dibuat memiliki sifat yang dapat mendukung
terjadinya pertikaian.
B. PERTIKAIAN AWAL
Tahap pertikaian awal dimulai dari bertemunya tokoh
protagonis dan antagonis sehingga terjadi pertikaian
(komplikasi). Pertikaian terjadi karena kedua tokoh memiliki
kepentingan yang sama.
Sementara itu, tokoh tritagonis menambah pertikaian semakin
berkembang karena sifatnya yang suka memfitnah, mengadu
domba, dan mencari-cari kesalahan orang lain.

C. PUNCAK MASALAH
Puncak masalah merupakan puncak pertikaian antara tokoh
protagonis dan antagonis (klimaks). Pada tahap ini semua sifat-
sifat yang dimiliki tokoh dikeluarkan, tokoh protagonis sebagai
orang penyebar dan pemaaf tetap bersabar dan memaafkan
walaupun selalu mendapatkan tekanan-tekanan dari
antagonisyang pemarah dan pendendam. Tokoh antagonis
mengeluarkan segala sifatnya untuk menekan tokoh protagonis
bahkan sampai pada penganiayaan atau bahkan pembunuhan.
D. PENYELESAIAN
Pada tahap penyelesaian ini terjadi penurunan pertikaian
(resolusi). Tokoh protagonis akhirnya dapat menyadarkan tokoh
antagonis. Setelah perbuatan-perbuatan tokoh tritagonis diketahui,
akhirnya tokoh antagonis menyadari kesalahannya karena
mendapatkan pengaruh buruk dari tokoh tritagonis.
E. KEPUTUSAN
Tahap akhir cerita merupakan keputusan tentang nasib para
tokoh dalam cerita (katastrofe). Cerita dapat diakhiri sesuai denga
keinginan pengarang. Dalam keputusan dapat diambil antara tokoh
protagonis dan antagonis saling bersahabat, kemudian tokoh
tritagonis meninggalkan mereka. Kadang ada juga dalam cerita
berakhir dengan mengambang, semua keputusan diserahkan kepada
penonton.
“TERIMA KASIH”

Anda mungkin juga menyukai