Anda di halaman 1dari 19

(b) Filtrasi lewat pori-pori

membran ”poren”.

1
(b) Filtrasi lewat pori-pori membran
”poren”.
• Membran sel umumnya memiliki lubang
dengan ukuran yang bervariasi tergantung
pada sifat dari membran selnya. Umumnya
kebanyakan sel mempunyai pori dengan
diameter sekitar 4 Å (Angstrom). Saluran pori
ini umumnya penuh terisi air, sehingga hanya
memungkinkan dilewati oleh tokson yang
relatif larut air dengan berat molekul kurang
dari 200 Da (Dalton).

2
(b) Filtrasi lewat pori-pori membran
”poren” ...
• Oleh karena itu, kemungkinan laju aliran air melewati
pori ini yg bertindak sbg daya dorong molekul-molekul
tokson melintasi pori ini. Terdpt asumsi, bhw pemberian
suatu obat dg derajat hipotonik yg tinggi akan memper-
cepat laju absorpsi obat melalui pori. Namun anggapan
ini akan bertentangan dg kecepatan difusi suatu tokson.
Umumnya senyawa dg ukuran molekul kecil, (seperti
urea, air, gula dan ion Ca, Na, K) memanfaatkan lubang
pori ini untuk melintasi membran sel. Laju absorpsi
lewat sistem ini.

3
(b) Filtrasi lewat pori-pori membran ”poren”
...
• Di samping itu terdpt juga membran sel yg memiliki
ukuran pori yg relatif besar (sekitar 70 Å), seperti
memban kapiler dan glomerulus ginjal. Pori ini
dimungkinkan dilewati oleh molekul-molekul dg
ukuran lebih kecil dari albumin ( sekitar 50.000 Da).
• Aliran air lewat pori-pori terjadi karena tekanan
hidrostatik dan/atau osmotik dan dapat bertindak
sebagai pembawa tokson.

4
5
(c) transpor dengan perantara
molekul pengemban ”carrier”

6
(c) transpor dengan perantara
molekul pengemban ”carrier”
• Transpor dg perantara molekul pengemban lebih
dikenal dg transpor aktif, yaitu proses melinatasi
membran sel diperantarai oleh pembawa ”carrier”.
Transpor aktif merupakan proses khusus yang
memerlukan pembawa untuk mengikat tokson
membentuk komplek tokson pembawa yg membawa
tokson lewat membran dan kemudian melepas
tokson di sisi lain dari membran.

7
(c) transpor dengan perantara
molekul pengemban ”carrier” ...
• Sesuai dengan sifat dari transpor ini, umumnya
transpor ini ditandai dengan pewatakanya adanya
fakta bahwa tokson dipindahkan melawan
perbedaan konsentrasi, misal dari dari daerah
konsentrasi tokson rendah ke daerah konsentrasi
tinggi. Oleh sebab itu pada sistem transpor ini
umumnya memerlukan masukan energi untuk dapat
terjadi transpor.

8
(c) transpor dengan perantara
molekul pengemban ”carrier” ...
• Jalur transpor ini akan bergantung pada jumlah molekul
pembawa, atau dengan lain kata, jumlah molekul tokson yang
dapat diangkut (ditranspor) oleh sistem per satuan waktu,
tergantung pada kapasitas sistem (jumlah tempat ikatan dan
angka pertukaran tiap ikatan). Bila konsentrasi tokson pada
sistem meningkat secara terus menerus, sehingga pada
awalnya laju transpor akan meningkat, dan akhirnya tercapai
suatu keadaan yang menunjukkan sistem menjadi jenuh.
• Dengan demikian laju transpor akan mencapai laju
maksimumnya, dimana pada keadaan ini telah terjadi
kejenuhan komplek tokson-pembawa.

9
(c) transpor dengan perantara
molekul pengemban ”carrier” ...

• Molekul pembawa bisa sangat selektif terhadap


molekul tokson. Bila struktur tokson menyerupai
subtrat alami yang ditranpor aktif, maka tokson itu
sesuai untuk ditranspor aktif dengan mekanisme
pembawa yang sama. Oleh karena itu toksontokson
yang mempunyai struktur serupa dapat berkompetisi
untuk membentuk komplek toksonpembawa pada
tempat absorpsi, sehingga dapat terjadi antagonisme
kompetitif untuk menduduki molekul pengemban.
Oleh karena ini transpor suatu zat dapat diinhibisi oleh
zat lain yg menggunakn sistem transpor yg sama.
10
(c) transpor dengan perantara
molekul pengemban ”carrier” ...

• Dengan demikian laju transpor akan mencapai laju


maksimumnya, dimana pada keadaan ini telah terjadi
kejenuhan komplek tokson-pembawa.
• Molekul pembawa bisa sangat selektif terhadap
molekul tokson. Bila struktur tokson menyerupai
subtrat alami yang ditranpor aktif, maka tokson itu
sesuai untuk ditranspor aktif dengan mekanisme
pembawa yang sama. Oleh karena itu toksontokson
yang mempunyai struktur serupa dapat berkompetisi
untuk membentuk komplek toksonpembawa pada
tempat absorpsi, sehingga dapat terjadi antagonisme
kompetitif untuk menduduki molekul pengemban. 11
(c) transpor dengan perantara
molekul pengemban ”carrier” ...

• Oleh karena ini transpor suatu zat dapat diinhibisi


oleh zat lain yang menggunakan sistem transpor yang
sama.
• Namun berdasarkan sifat stereokimia molekul
pengemban, maka sistem transpor demikian, paling
sedikit mempunyai kekhasan untuk zat yang akan
diangkut.

12
(c) transpor dengan perantara
molekul pengemban ”carrier” ...
• Difusi yang dipermudah (fasilitated diffusion) kadang
dikelompokkan juga ke dalam sistem transpor aktif,
dimana difusi ini diperantarai oleh pembawa. Namun
terdapat sedikit perbedaan antara pranspor aktif
yaitu tokson begerak melintasi membran karena
perbedaan konsentrasi (yaitu dari daerah dengan
konsentrasi tinggi ke daerah yang konsentrasinya
lebih rendah), oleh karena itu difusi ini tidak
memerlukan masukan energi.

13
(c) transpor dengan perantara
molekul pengemban ”carrier” ...
• Namun karena difusi ini diperantarai oleh molekul
pembawa, sistem ini dapat jenuh dan secara struktur
selektif bagi tokson tertentu dan memperlihatkan
kinetika persaingan bagi toksontokson dengan
struktur serupa. Dalam arti absorpsi tokson, difusi
dipermudah ini tampaknya memainkan peranan yang
sangat kecil.

14
15
(d) Pencaplokan oleh sel
”pinositosis”.

16
(d) Pencaplokan oleh sel ”pinositosis”.
• Pinositas merupakan proses fagositosis
(”pencaplokan”) terhadap makromolekul besar,
dimana membran sel menyelubungi sekeliling bahan
makromolekular dan kemudian mencaplok bahan
tersebut ke dalam sel. Makromolekul tetap tinggal
dalam sel sebagai suatu gelembung atau vakuola.
• Pinositas merupakan proses yang diusulkan untuk
absorpsi dari vaksin sabin polio yang diberikan secara
oral dan berbagai molekul protein besar lainnya.

17
18
• Tks

19

Anda mungkin juga menyukai