Anda di halaman 1dari 11

TRADISI AWIG-AWIG

PADA MASYARAKAT

BALI
KELOMPOK 13
1. M.Revanza Akbar Perdana
2. Bone Ayu
3. Dimas Setyo
4. M. Robby Aldhi Sukmawan
Awig-awig berasal dari
kata “wig” yang artinya rusak sedangkan “awig” artinya tidak rusak atau baik.
Jadi, awig-awig dimaknai sebagai sesuatu yang menjadi baik.Secara harfiah,
awig-awig memiliki arti suatu ketentuan yang mengatur tata krama pergaulan hidup
dalam masyarakat untuk mewujudkan tata kehidupan yang ajeg di masyarakat
(suwitra et al. 2017).
Awig-awig merupakan hukum adat
yang mengatur tata kehidupan
masyarakat.
Pengelolaan lingkungan dan
sumberdaya tanah di suatu desa
pakraman juga diatur dalam ketentuan
awig-awig.

Awig-awig yang terdapat di masyarakat


bersifat dinamis yang artinya bergerak
dan melakukan penyesuaian terhadap
kondisi masyarakat.

Dinamika awig-awig yang terjadi dalam


desa pakraman memiliki keterkaitan
terhadap keberlanjutan tanah adat di desa
pakraman karena pengelolaan tanah adat
diatur dalam awig-awig.
Awig-awig sebagai hukum adat
Masyarakat Bali merupakan
dikatakan memiliki sifat statis-
masyarakat adat dan sekaligus
dinamis yang artinya hukum
masyarakat religius maka
adat itu memiliki sifatnya yang
pendekatan yang lebih tepat
khas yakni monodualisme;
dilakukan untuk menanggapi
statis sekaligus dinamis dan
perubahan negatif yang
plastis/elatis.Statis karena
semakin masif terjadi terebut
hukum adat itu bertujuan
bisa dilakukan lewat adat dan
menuju ‘tata’ yakni keteraturan
agama salah satunya dengan
(order), dinamis karena
hukum adat bali yakni awig-
mengikuti perkembangan
awig atau pararem
masyarakat
Awig-awig dalam rangka penyesuaian dengan kepentingan
masyarakat adat tentunya berpengaruh terhadap
keberlanjutan tanah adat di desa adat Tenganan
Pegringsingan. Persepsi individu masyarakat terhadap
pelaksanaan awig-awig menyatakan bahwa awig-awig bersifat
dinamis yaitu mengalami perkembangan sesuai kondisi
masyarakat sehingga penyesuaian substansi awigawig perlu
dilakukan agar selaras dengan kondisi masyarakat saat ini dan
dapat meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam
pelaksanaannya. Peningkatkan efektivitas dan eksistensi awig-
awig dilihat dari hasil konseptualisasi Persepsi masyarakat
adat Tenganan Pegringsingan.
Menurut
penelitian
Karidewi et al
Fleksibilitas awig-awig yang merupakan konsep yang mencerminkan
perubahan, perkembangan, dan kedinamisan awigawig ditentukan
oleh fleksibilitas substansi awigawig, peran lembaga adat, dan
keterlibatan masyarakat adat.
My story

Bali memiliki dualisme


sistem pemerintahan
desa
DESA DINAS DESA ADAT

Desa dinas berkaitan dengan Desa adat berkaitan dengan unsur


urusan administrasi adat istiadat dan budaya Bali

dan pemerintahan
1
Membuat
awig-
Fungsi dan awig 2

Kewenanga Menjalankan
ketentuan
n Desa Adat 3 dalam awig-
awig
Menyelenggarakan
pengadilan adat
apabila terdapat
pelanggaran yang
dilakukan oleh
masyarakat.
2 0 20

awig - awig adalah aturan yang


Hukum Adat dibuat oleh krama dan /atau krama
Aw ig- awig banjar pakraman yang dipakai
Dalam sebagai pedoman dalam
Peraturan pelaksanaan tri hita karana sesuai

Daerah No. 3 dengan desa mawacara dan

Tahun 2001 dharma agama di desa pakraman


masing - masing.
pasal 1 huruf
(11)
KESIMPULAN

A w ig - a w ig me ru pakan a tur an ada t y ang be r lak u dalam su a tu desa adat baik dalam
ben tuk te rtu li s atau tidak yang dib uat oleh k r ama desa dengan tu j u an menjamin de sa
adat dan ma syarakat adat yang ajeg .

Efektifnya peraturan adat awig-awig dalam menjagalingkungan, keharmonisan interaksi


masyarakat dalam pengelolaan tanah adat, kemampuan masyarakat menjaga budaya dan
adat istiadat, kepercayaan masyarakat dalam pengelolaan tanah adat yang bersumber pada
religi, dan pemanfaatan tanah adat yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka memenuhi
kebutuhan ekonomi namun tidak melakukan eksploitasi merupakan beberapa faktor
utama yang mendukung keberlanjutan tanah adat.
EN D

Reference
s
Dewa Gede Sudika Mangku Putu Riana Pertiwi dan Rina Mardiana
Februari2020, The Dynamics Of Awig-Awig And Its Influence
I Made Mardika dan I Wayan Landrawan , To The Sustainability Of Customary Land, Hal.125, Departemen Sains Komunikasi
ksistensi Hukum Adat Dalam Menjaga dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB
Keharmonisan University.
Masyarakat Bali,Hal.43,FIS Undiksha.

Anda mungkin juga menyukai