Anda di halaman 1dari 22

MIKOSIS

MIKOSIS SUPERFISIAL adalah penyakit jamur yang mengenai


lapisan permukaan kulit stratum korneum, rambut dan kuku.
Ada dua kelompok :1. jamur bukan oleh dermatofita : ptiriasis
versikolor, otomikosis, piedra hitam, piedra putih, onikomikosis dan
tinea nigra palmaris
2. Jamur oleh sebab golongan dermatofita seperti dermatofitosis
Kelainan Kulit dan Diagnose
Kelainan kulit : bercak yang berwarna
berbeda dengan warna kulit, batas tegas
dan disertai rasa gatal atau tidak memberi
gejala.
Diagnose : kerokan kulit dan kuku,
potongan rambut yang diperiksa secara
langsung dengan sediaan KOH dan
dibiakkan pada agar Sabouraud dekstrosa
Mikosis Superfisial bukan
dermatofitosis
1. Ptiriasis versikolor atau panu.
a. Penyebab : Malassezia furfur, Malassezia globasa, Malassezia obtusa, Malassezia
slooffiae, Malassezia sympodialis, Malassezia pachydermatis dan Malassezia
restricta.
---- jamur ini bersifat saprofit pada manusia.
b. Distribusi : di seluruh dunia
c. Epidemologi : di seluruh dunia utama di daerah iklim panas, frekuensinya tinggi,
penularan terjadi bila ada kontak dengan jamur dan faktor kebersihan pribadi
d. Diagnose :
1.Kerokan kulit yang ada kelainan dengan sediaan KOH 10% (terlihat kelompok sel
ragi/spora bentuk lonjong uniselluler atau bulat bertunas (buds form) dengan atau
tanpa hifa pendek, berseptum kadang-kadang bercabang (Bnetuk Spagetti dan meat
ball).
2.Pemeriksaan dengan sinar Ultra Violet (lampu Wood’s) -- bila kulit panu di sinari
UV maka kulit berfluoresensi hijau kebiru-biruan dan disebut “ Wood’s light positif”
3. memakai media khusus : Sabauraud dekstrose agar, chocolate agar dan
trypticase soy agar yang ditambah 5% darah kambing dan olive oil. Optimal tumbuh
pada suhu 35-37 derjat C
2. Otomikosis
Otomikosis adalah penyakit jamur pada liang telinga oleh
jamur : Aspergillus, Penicillium, Mucor, Rhizopus dan
Candida.
a. Geografik : diseluruh dunia
b. Epidemologi : di seluruh dunia utama di daerah panas
dan lembab. Kebiasaan mengorek telinga memudahkan
infeksi. Telinga dengan serumen basah perlu mendapat
perhatian
c. Diagnose : pemeriksaan serumen telinga dengan kapas
usap steril atau usap kulit liang telinga. Adanya hifa atau
spora jamur terlihat dengan sediaan KOH 10% dan
dibiakkan dengan Sabauraud agar
3. PIEDRA
PIEDRA adalah infeksi jamur pada rambut, berupa benjolan yang
melekat erat pada rambut, warna hitam atau putih kekuningan.
1. Piedra Hitam, jamur oleh penyakit Phaeohyphomycoses (hifa dan
spora bentuk hitam).
a. Penyebab : jamur Piedraia hortae
b. Gografik : di daerah tropik
c. Epidemologi : di daerah tropis, penularan lewat salon, tukang
pangkas yang tidak higenes dan kebiasaan pinjam meminjam sisir
d. Gejala klinis : penyakit yang mengenai rambut utama rambut
kepala, kelainan berupa benjolan sangat keras warna coklat ke
hitaman. Penyakit tanpa menimbulkan keluhan, tetapi bila rambut
disisir akan mudah patah dan menimbulkan bunyi karena benjolan .
e. Diagnose : adanya benjolan pada rambut, pemeriksaan dengan
KOH 10% (adanya anyaman padat dari hifa berwarna tengguli =
coklat -hitam .
2. Piedra Putih.
a. Penyebab : oleh Trichosporon beigelii.
Lokasi : pada rambut ketiak dan pubis,rambut kumis
dan jenggot, jarang pada rambut kepala
b. Geografik : di daerah iklim sedang
c. Epidemologi : diberbagai derah dingin di dunia,
Indonesia belum pernah ditemukan
Klinis : kelainan rambut dengan benjolan warna putih
kekuningan.
d. Diagnose : adanya benjolan pada rambut denga
sediaan KOH 10% dan biakan jamur di media medium
selektif yang berisi antibiotik pada suhu 30 derjat C
4. Onikomikosis
Onikomikosis adalah penyakit jamur pada kuku oleh : Candida, dermatofita,
Fusarium, Cephalosporum, Scopulariopsis, Aspergillus.
Penyakitnya disebut :
1.Tinea unguim ( jamur dermatofita),
2.Kandidosis kuku (Candida)
a. Geografik : tersebar diseluruh dunia
b. Epidemologi : diseluruh dunia bersamaan dengan penyakit jamur
yang lain yang ditularkan pada kuku setelah menggaruk
c. Diagnose : kerokan kuku dan sediaan KOH 10% dan biakan pada agar
Sabauroud agar berisi antibiotik
d. Gejala klinis : Kuku yang dengan onikomikosis mempunyai permukaan
tidak rata, tidak mengkilat, kuku rapuh atau mengeras, dimulai dari
bagian proksimal atau dari bagian distal.
--- kuku dengan paronikia (radang jaribngan di sekitar kuku)
penyebabnya Candida
5. Tinea Nigra Palmaris/Plantaris
Tinea ini disebabkan oleh : Cladosporium wernecki dan
Cladosporium mansoni
a. Gografik : di daerah AQmerika Selatan dan Tengah,
Eropa dan Asia . Indonesia sangat jarang
Klinis : penyakit ini mengenai telapak tangan atau kaki
dan menimbulkan bercak-bercak warna tengguli hitam,
kadang tampak bersisik, kadang terasa gatal, -----
warna kotor pada tangan atau kaki (kosmetik)
b. Epidemologi : di Indonesia sangat jarang ditemukan
walau penyebab jamur ada
c. Diagnose : kerokan kulit ditempat kelainan,
pemeriksaan dengan KOH 10%
DERMATOFITOSIS
Nama lain : Tinea, ringworm, herpes sirsinata, kurap.
Dermatofitosis adalah mikosis superfisial oleh karena jamur golongan
dermatofita. Jamur ini mengeluarkan ”enzym keratinase” ---- mampu
mencerna keratin pada : kuku, rambut dan stratum korneum pada kulit.
Pada tahun 1933, Emmon mengelompokkan jamur dalam 3 genus :
- Trychophyton
- Micosporum
- Epidermophyton
Penyebab : jamur golongan dermatofita.
Penyebab utama jamur di Indonesia ada 6 spesies :
- Trichophiton rubrum
- Trichphito mentagrophites
- Microsporum canis
- Microsporum gypseum
- Trichophiton concentricum
- Epidermophiton floccosum
Gejala Klinis.
Jamur ini mengeluarkan enzym keratinase (mencerna keratine) dan
mannan (menghambat eliminasi jamur oleh hospes dengan
menekan kerja cell mediated immunity.
Dermatofita --- berkaitan dengan genetik, misal :
a. Tinea unguium dapat terjadi dalam satu keluarga
b. Tinea imbrikata ( diduga mempunyai resesif factor)
c. Insidennya lebih banyak pada laki-laki (oleh faktor
hormon progesteron)
d. Adanya unsaturated fatty acid pada sebum --menghambat
pertumbuhan jamur pada kulit kepala orang dewasa (tinea
kapitis)
Genus Tricophyton dan Microsporum ------>kelainan kulit dan kuku
Jamur pada binatang : a. M. canis (anjing dan kucing)
b.T. verrucosum (sapi)
* Jamur antrofilik --jamur yang menghinggapi pada manusia dan binatang misal :
a. M.audouini
b. T.rubrum
* Jamur geofilik, jamur yang hidup di tanah----- > M. Gypsum
Conant et al membagi jamur berdasar lokalsasi
-- T.capitis, T.corporis, T.favosa, T.imbrikata, T.cruris, T.pedis,T.unguium dan
T.barbae
* Gambaran jamur : kelainan berbentuk lingkaran yang berbatas tegas oleh vesikel
kecil, warna kemerahan dan tertutup sisik, keluhan penderita adalah gatal bila
berkeringat
DIAGNOSE.
---- pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10%-20% yang ditambah dengan 5%
gliserol kemudian dipanaskan (51-54 derjat C)--- terlihat adanya hifa yang
berseptum dan bercabang dan membentuk artospora (kuku, rambut).
Pembiakan dengan agar Sabauraud yang dibubuhi anti biotik dan disimpan pada suhu
kamar
Epidemologi
* Banyak di Indonesia pada laki-laki dan
perempuan
* Sumber infeksi : orang-orang disekitar
penderita (antropofilik), tanah/debu
(geofilik) dan binatang peliharaan (zoofilik)
* Pencegahan : kebersihan lingkungan dan
pribadi
TINEA KAPITIS
Tinea kapitis, nama lain : ringworm of the scalp.
T.kapitis adalah dermatofitosis yang mengenai kulit kepala dan folikel rambut
Penyebab : spesies Microsporum dan Trichophyton
Geografik : di daerah tropik dan subtropik juga Indonesia
BENTUK TINEA.
1. Bentuk kerion -- bersifat akut disertai radang dan pembentukan pustula. Rambut
mudah rontok dan tidak nyeri bila dicabut --mudahnya botak. Umum oleh infeksi
jamur zoofilik atau geofilik
2. Bentuk grey patch -- oleh Trichophyton dan Microsporum.
Gambaran infeksi : gatal, alopesia yang bersisik tanpa peradangan, rambut tidak
mengkilat lagi dan patah diatas permukaan kulit
* Jamur oleh M.canis dan M.gypseum -----tampak flouresensi hijau kekuningan bila
di sinari oleh sinar UV (Wood’s light) menandakan reaksi positif khas.
* Jamur M.audouini dan T. Schoenleini dan T.tonsurans------ bereaksi positif tidak
khas (tidak hijau kekuningan.
3. Bentuk black dot ---- pada kulit kepala tampak bintik-bintik hitam karena rambut
patah pada follikel.
Reaksi dengan Wood’s light bersifat negatif (T. Tonsurans, T.violaceum dan
T.schoenleini
TINEA KORPORIS
Nama lainnya : Dermatofitosis of the glabrous skin.
T.korporis adalah dermatosis pada kulit yang berminyak (kecuali
jenggot), tubuh dan tungkai (termasuk punggung tangan dan kaki).
* Penyebab : spesies Trichophyton, Microsporum dan E.floccosum.
* Distribusi : daerah tropis, banyak di Indonesia
* Gejala klinis : bervariasi mulai dari lesi tanpa peradangan, bentuk
plakat yang bersisik sampai peradangan yang disertai pustula
* Epidemologi. lebih banyak di daerah tropis. tak ada perbedaan
antara umur, ras atau etnis.
Predisposisi penyakit : Dm, cushing sindrom, infeksi HIV, sering
kontak dengan binatang, tanah dan olah ragawan.
TINIA IMBRIKATA
Penyakit ini dikenal sebagai tokelau dan Dajakse
schruff, disebabkan hanya oleh : T.concentricum
* Geografik : banyak di daerah tropis dan
endemis di Jawa, Kalimantan, Irian Jaya,dll.
* Gejala klinis: meliputi seluruh badan kecuali
kepala yang berambut, telapak tangan dan kaki
berupa sisik kasdar yang terbentuk secara
konsentris dan sisik itu terlepas di bagian dalam
lingkaran sehingga terlihat seperti susunan
genteng
TINEA FAVOSA
Penyebab : T.schoenleini dan kadang-kadang
T.violaceum dan M.gypsum
* Geografik : utama terdapat di Polandia,
Rusia,Mesir, Balkan dan negri sekitar Laut
Tengah. Indonesia jarang.
• Gejala klinis, terdapat di kulit kepala dan dapat
menyebar ke tubuh dan kuku, menimbulkan bau
yang khas (Mousy odor)
• Dapat menimbulkan botak (alopesia) yang
permanen
TINEA KRURIS
Nama lain : Eczema marginatum, gym itch, hobie itch, jock itch,
ringworm of the groin, tinea inguinalis
• T.cruris adalah dermatofitosis yang mengenai paha atas bagian
tengah, daerah inguinal, pubis, perineum dan perianal
• Penyebab : trichophyton, Microsporum dan E.floccosum
• Geografik : daerah tropis maupun dingin. Di Indonesia banyak
• Epidemologi : tersebar di daerah iklim tropis. Penularan lewat :
pemakaian fasilitas bersama,( tahanan dan asrama), pakaian ketat,
baju mandi yang lembab, keringat
• Gejala klinis : kelainan kulit di daerah inguinal, paha dalam dan
perineum. Lesi terlihat sebagai eritema ringan dan daerah tepi
tampak sebagai eritema ringan
• Pencegahan : peningkatan kebersihan diri dan lingkungan
TINEA PEDIS
Nama lain : Athlete’foot, ringworm pada telapak kaki
* Lokasi : pada telapak kaki dan sela jari kaki
• Penyebab : Trichpophyton rubrum dan T.mentagropytes
• Geografi : daerah tropis dan daerah lainnya, di Indonesia
banyak.
• Gejala klinis : kelainan mengenai kulit diantara jari-jari ke
3-4 dan ke 4-5, telapak kaki dan bagian lateral kaki.
Predisposisi : kaki selalu basah baik oleh air atau
keringat (sepatu tertutup dan memakai kaos kaki, sering
terjadi maserasi kulit.
• Epidemologi : Prevalensi lebih tinggi pada laki-laki,
insidennya meningkat sesuai dengan meningkatnya
umur dan umum pada masa pubertas
TINEA BARBAE
Penyebab : oleh spesies jamur zoofilik
seperti : T.verrucosum
*Geografik : belum pernah ditemukan di
Indonesia
* Gejala klinis : kelainan di kulit disertai
folikulitis, di daerah dagu dan dapat
menyebar, bila terinfeksi semua rambut
bisa rontok
TINEA UNGUIUM
Penyebab : jamur spesies E.floccosum dan
genus Trichophiton, juga Microsporum.
* Menginfeksi kuku
* Geografik : diseluruh dunia
* Gejala klinis : dapat mengenai satu kuku
atau lebih, permukaan kuku tidak rata,
menjadi rapuh dan kuku yang terkena
dapat terkikis.
KANDIDOSIS
Penyakit jamur yang menyerang kulit, kuku, selaput lendir dan alat dalam yang
disebabkan oleh spesies Candida
Penyakit ini ditemukan oleh Hippocrates dengan diagnose aphtae atau oral
trush.Berg tahun 1841 dan Bennet tahun 1844
• Penyebab : Candida dengan spesies : Candida albicans (yang terbanyak),
C.tropicalis, C.parapsilosis, C. Krusei, C. Kefyr, C.glabrata, dan C.
Cdubliniensis
• Gejala klinis : Candida sering dijumpai dalam rongga mulut orang sehat,
saluran cerna, saluran nafas bagian atas, mukosa vagina dan di bawah
kuku sebagai saprofit dan komensal tanpa menimbulkan sakit
• Faktor resiko : fisiologik (kehamilan), umur (usia sangat muda/sangat tua,
siklus menstruasi, trauma (kerusakan kulit karena pekerjaan , maserasi kulit
pada tukang cuci dan kerusakan mukosa mulut (karena trkanan gigi palsu),
malnutrisi( defisensi riboflavin), kelainan endokrin (DM), keganasan , pasien
yang dirawat di ruang intensif, pengobatan dengan antibiotik, sitostatik dan
immunosupressan, AIDS,neutropenia ,dll

Anda mungkin juga menyukai