Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

‘’trauma abdomen’’

Nama : Syahril pakaya


Nim : CO1416108
KLS : C. KEP/ 2016
DEFINISI
Trauma adalah cedera fisik dan psikis atau
kekerasan yang mengakibatkan cedera. Trauma
abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada
organ abdomen yang dapat menyebapkan
perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelaianan imonologi dan
gangguan faal berbagai organ. Trauma pada
abdomen dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
(sjamsuhidyat 2010)
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari:
a. Kontusio; kontisio di dinding abdomen disebapkan
trauma nonpenetrasi. Kontusio dinding abdomen
tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan
terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam
jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai
tumor
b. Laserasi; jiak terdapat luka pada dinding abdomen
yang menembus rongga abdomen harus di
eksplorasi atau terjadi karena treauma penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut
sjamsuhidayat (2010) terdiri dari:
a. Perforasi organ visireal intraperitoneum
b. Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti
adanya cedera pada dinding abdomen.
c. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
d. Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan
diagnostik ahli bedah.
e. Cederab thorak abdomen
f. Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap
kiri diagfragma, atau sayap kanan dan hati harus
dieksplorasi.
ETIOLOGI
Menurut Carpenito, (2012) penyebab trauma abdomen
antara lain :
a. Penyebap trauma penetrasi
• Luka akibat terkena tembakan
• Luka akibat tikaman benda tajam
• Luka akibat tusukan
b. Penyebap trauma non-penetrasi
• Terkena kompresi atau ntekana dari luar tubuh
• Hancur (tertabrak mobil)
• Terjebit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
• Cidera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga
PATOFISIOLOGI

Menurut Brunner & Suddarth (2015) trauma pada dinding


abdomen terdiri dari:
a. Kontusio dinding abdomen
Disebapkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen
tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi
eksismosis atau penimbunana darah dalam jaringan lunak dan
masa darah dapat menyerupai tumor.
b. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus dieksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Carpenito, (2012) Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan
manifestasi kilinis meliputi: nyeri tekanan diatas daera abdomen, distensi
abdomen, demam, anoreexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu
tubuh, nyeri spontan.

a. Pada trauma non-penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya


terdapat adanya:
• Jejas atau ruktur dibagian dalam abdomen
• Terjadi pendarahan intra abdomen
• Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga sehingga
fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis
dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam(menela)
• Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma.
b. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat
• Terdapat luka robekan pada abdomen
• Abdominal paracentesis menetukan adanya pendarahan dalam
rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparatomi
• Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari nlambung
pada trauma abdomen
• Pemberian antibiotik mencegah infeksi
• Pemberian antibiotik IV pada penderit trauma tembus atau
pada trauma tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
• Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya
perdarahan hebat yang meragukan kkestabilan sirkulasi atau
ada tanda-nda perlukaan abdomen lainnya memerlukan
pembedahan
PENATALAKSANAAN

Menurut Sjamsuhidayat,(2010) penatalaksanaan adalah


:
• Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan
dalam rongga peritoneum, merupakan indikasi untuk
laparotomy
• Pemasanggan NGT memeriksa ccairan yang keluar dari
lambung pada trauma abdomen
• Pemberian antibiotic mencegah infeksi
• Pemberian antibiotika IV ppada pendria trauma tembus
atau pada trauma tumpul bila adda persangkaan perlukaan
intestinal .
Pemeriksaan penunjang

Menurut Nurarif Huda Amin & Kusuma Hardhi.(2015)


pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan trauma
abdomen adalah :
• Pemriksaan rontgen
• Pemeriksaan rontgen sertivikal lateral, toraks anteroposterior
(AP), dan pelvis.
• Diagnostik peritoneol lavage (DPL)
• Diagnostik peritoneal lavage merupakan tes cepat dan akurat
yang digunakan untuk mengidentifikasi cedera intra abdomen
setelah trauma tumpul pada pasien hipotensi atau tidak
responsif tanpa indikasi yang jelas untuk eksplorasi abdomen.
Menurut World Healthy Organization trauma merupakan masalah
kesehatan yang semakin signifikan di seluruh dunia. Setiap hari
16.000 oranng meniinggal karena luka-luka, dan banyak juga dari
mereka yang memiliki cacat permanen. Terhitung kasuus trauma
merupakan 16% dari beban penyakit dunia. Sekitar 90% dari total
ttersebut kasus ini paling banyak terdapat di Negara-negara yang
berppenghasilan rendah dan menenggah.

Berdasarkan klasifikasinya, trauma dapat menyerupau cipitis,


trauma thoraks, trauma abdomen, trauma pelvis, trauma tulang
belakang dan trauma musculoskeletal. Dan kasus trauma abdomen
mencapai peringkat ketiga penyebab kematian yang diakibatkan oleh
trauma. Kematian akibat trauma abdomennn seharusnya dapat di
cegah namun kejadian ini sering terlewatkan oleh karena adanya
intoksikasi maupun sering di dahukui kasus trauma capitis.
KOMPLIKASI
Menurut Carpenito, (2012) komplikasi yang disebapkan karena
adanya trauma pada abdomen adalah dalam waktu segera dapat terjadi
syok hemoragik dan cidera, pada fase lanjut dapat teradi infeksi,
thrombosis vena, emboli pulmonar, stress tetapi karena keterbatasan
sarana dan prasarana pasien lalu dirujuk ke RSDM dengan suspect
perdarahan intraabdomen.
pasien lalu dirujuk ke RSDM dengan suspect perdarahan intraabdomen:
• Riwayat penyakit dahulu
• Klien tidak mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus, jatung,
asma dan alergi.
• Riwayat penyakit keluarga
• Didalam keluarga tidak ada riwayat hipertensi, diabetes melitus, atau
penyakit manular dan berbahaya lainnya
PENGKAJIAN
a. Airway
• Jalan nafas bersih terdapat penumpukan secret
• Terdengar adanya tidaknya bunyi nafas (ronchi, wheziing)
• Lidah tidak jatu kebelakang
b. Breathing
• Peningkatan frekuensi pernafasan(N: 16-12x/menit)
• Menggunakan otot-otot pernafasan (abdomen, thoraks)
• Irama nafas (teratur, dangkal, dalam)
• Distress pernapasan (pernapasan euping hidung, takipneu, retraksi)
• Suara nafas (nesiikuler, bronhial, bronkovesikuler)
• Terapi oksigen: nafas canul, NRM (non rebreathing mak), RM(rebreathing
mask), inshalasi nebulizer
• SpO2: 95%
c. Circulation
• Nadi karotis dan nadi perifer teraba(kuat, lambat)
• Penurunan curah jantung (gelisa, letargi, takikardia)
• Capillary refill kembali dalam 3 detik
• Akral (dingin, hangat)
• Tidak sianosis
• Kesadaran somnolen
• Tanda-tanda vital: td(tekanan darah) :110/70-120/80mmHg N(nadi):
60/100x/menit RR(respiratory rate) :16-22x/menit S (suhu): 36,5-37,5
derajat c

b. Disability
Kesadaran compos mentis dengan GCS=E4, V5, M6=15
d. Exposure
• Integritas kulit baik
• Ada/tidak luka bekas post operasi laparatomi
• Capillay refill kembali dalam 3ddetik

Anda mungkin juga menyukai