Anda di halaman 1dari 19

PENATALAKSANAAN

KEGAWAT
DARURATAN
PADA TARUMA
ABDOMEN

Prepared by Kelompok 4
Kelompok 4
Cep Nunu Nurahman C1AA21030
Fitria fadilah C1AA21045
Irna bella C1AA21057
Peri irawan C1AA21057
Wafa Nurfauziah C1AA21171
Content Outline
• Definisi Trauma Abdomen
• Anatomi Abdomen
• Etiologi & Patofisiologi
• Klasifikasi Trauma Abdomen
• Manifestasi Klinis
• Komplikasi & Penatalaksanaan
• Pemeriksaan Fisik Pada Trauma Abdomen
• Prosedur Diagnostik
• Intervensi Terapeutik
Definisi Trauma Abdomen

Menurut Dorland (2022) Trauma adalah cedera


atau rudapaksa yang menyebabkan kerugian
psikologis atau emosional.
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan
langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi
rongga abdomen, terutama organ padat (hati,
pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung,
usus halus, usus besar, besar, pembuluh pembuluh
– pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan
ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah
Indonesia, 13 Juli 2000).
Anatomi Abdomen
Untuk membantu menetapkan suatu lokasi organ pada
abdomen yang sering dipakai adalah pembagian 4 kuadran dan
9 region.
1. Hyppcondriaca dextra
2. Epigastrica
3. Hypocondriaca sinistra
4. Lumbalis dextra
5. Umbilical
6. Lumbalis sinistra
7. Inguinalis dextra
8. Pubica/Hipogastric
9. Inguinalis sinistra
Etiologi
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul.
Menurut smaltzer (2002), penyebab trauma abdomen dapat terjadi
karena kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan
terjatuh dari ketinggian. Disimpulkan trauma abdomen biasanya terjadi
dari kejadian :
1.Penyebab trauma penetrasi
• Luka akibat terkena tembakan
• Luka akibat tikaman benda tajam
• Luka akibat tusukan
2.Penyebab trauma non-penetrasi
• Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
• Hancur (terlindas mobil)
• Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
• Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
Patofisiologi
Menurut ( Nugroho, 2016 ) Trauma abdomen ini juga tergantung pada
ke clastisitasan dan viskositas dari jaringan tubuh, elastisitas
merupakan kemampuan jaringan tubuh untuk kembali pada keadaan
sebelumnya, sedangkan viskositas merupakan kemampuan jaringan
tubuh untuk menjaga bentuk aslinya walaupun terjadinya benturan
didapat tergantung pada kedua keadaan tersebut, kondisi beratnya
trauma juga tergantung pada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat
melewati ketahanan jaringan itu sendiri, komponen lainnya juga harus
dipertimbangkan melalui beratnya trauma pada posisi tubuh yang
relative terhadap permukaan benturan, hal tersebut juga dapat
menyebabkan cedera organ intra abdominal yang disebabkan
mekanisme tubuh seperti berikut ini :
• Meningkatnya tekanan intra abdominal yang terjadi secara
mendadak dan hebat yang disebabkan oleh gaya tekanan dari luar
seperti benturan setir ataupun sabuk pengaman yang letaknya
tidak benar dapat menyebabkan terjadinya rupture dari organ
padat maupun organ yang berongga.
• Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen dengan
anterior dan vertebrae ataupun struktur tulang dinding thoraks
• Terjadinya gaya alselerasi dan deselerasi secara mendadak dapat
juga menyebabkan gaya robek pada organ dan polikel vaskular
tubuh.
Klasifikasi
Menurut Fadhilakmal (2013), Trauma pada dinding abdomen
terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding
abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah
dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai
tumor.
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus
rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena
akan terjadi trauma penetrasi. Trauma Abdomen adalah
terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal
berbagai organ.(Herman et al., n.d.-b)
Manifestasi Klinis
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi
klinis menurut Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah
abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi,
peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarahan intra abdominal.
3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus
tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala
mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding
abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
1. Terdapat luka robekan pada abdomen.
2. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
3. Penanganan yang kurang tepat biasanya
memperbanyak perdarahan/memperparah keadaan.
4. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari
dalam ari dalam andomen.
Komplikasi
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi dari trauma abdomen yang mungkin terjadi
yaitu :
a) Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
b) Lambat : infeksi
c) Trombosis Vena Penatalaksanaan
d) Emboli Pulmonar Prima Survey
e) Stress Ulserasi dan perdarahan
1. Airway
f) Pneumonia
g) Tekanan ulserasi 2. Breathing
h) Atelektasis 3. Circulation
i) Sepsis 4. Disability
5. Exposure
Pemeriksaan fisik
Prosedur Diagnostik
1. Tes Laboratorium
2. Focused Assessment with Sonography for
Trauma
3. Computed Tomography Abdomen
4. Diagnostic Peritoneal Lavage
Intervensi
Menurut Harris (2018) intervensi kegawatdaruratan yang dapat diberikan ialah
sebagai berikut :
▶ Pertimbangkan kemungkinan trauma thorax atau trauma spinal yang terjadi
bersamaan didasarkan pada pola napas yang tidak normal. Sebagai contoh,
pernapasan abdomen dapat dihubungkan dengan cedera tulang belakang."
▶ Berikan oksigen tambahan
▶ Bantu ventilasi dengan bag-mask atau ventilator mekanik
▶ Kaji status sirkulasi secara frekuen (HR, warna kulit dan
tem peratur, pulsasi, capillary refill, tekanan darah), karena pasien dengan
trauma abdomen dapat kehilangan darah dalam volume besar.
▶ Pasang 2 vena keteter intravena ukuran besar (gauge 14-16). Pemasangan
kateter sentral (melalui jugularis, subclavia, atau femur) mungkin diperlukan
untuk memasukkan cairan dalam volume besar dan untuk m em onitor tekanan
vena sentral.
Infus cairan kristaloid (Ringer lactate, normal saline). Hangatkan cairan IV untuk
mencegah hipotermi dan asidosis.
▶ Karena pemberian bolus cairan berpotensi untuk memindahkan bekuan yang
baru terbentuk, peran cairan dalam resusitasi trauma abdomen masih
kontroversial. Dalam hal ini direkomendasikan pendekatan yang cermat dalam
penggantian cairan. Titrasi cairan intravena sampai tekanan darah sistolik 90
mmHg untuk memelihara perfusi organ vital.
▶ Lakukan transfusi packed red blood cells, fresh frozen plasma, dan platelet
sesuai kebutuhan. Monitor kalsium serum dan lakukan penggantian jika
diperlukan karena pemberian tranfusi darah dalam jumlah besar dapat
menyebabkan hipokalemia.
▶ Identifikasi mekanisme cedera (seperti tabrakan kecepatan tinggi, penggunaan
sabuk, jatuh dari ketinggian, jenis dan ukuran senjata, waktu terjadinya cedera,
perkiraan jumlah darah yang hilang dll) dan penanganan prehospital (oksigen,
cairan IV, medikasi nyeri dan tanda-tanda vital). Riwayat hipotensi prehospital
merupakan prediktor signifikan adanya cedera intra abdominal.
▶ Pertahankan kontrol tulang leher dan log roll pada pasien untuk melihat
adanya luka dan tanda-tanda injuri pada abdomen posterior.
▶ Pertimbangkan pemasangan selang nasogastric dan orogastric untuk
dekompresi lambung dan kateter urine tetap untuk melakukan monitor
output
▶ Tutup luka terbuka pada abdomen dengan menggunakan balutan dengan
saline steril. Jangan biarkan viscera terbuka dan menjadi kering
▶ Stabilisasi, tetapi jangan mencabut, objek yang menancap di abdomen
Hatur Nuhun . :’
Saat bulan puasa . :’
*Bercandya darling hhehe

Anda mungkin juga menyukai