Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KADAR ABU

Nama : Nur Safitri


Kelas : 12 Kimia Analisis 2
Pengertian

• Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran Tabel : Kadar abu beberapa bahan pangan
suatu bahan organik. Kandungan abu dan
Jenis Bahan % Abu
komposisinya pada bahan pangan tergantung pada
jenis bahan dan cara pengabuannya. Susu 0,5-1,0
• Abu merupakan residu hasil pembakaran suatu
Susu kering tidak berlemak 1,5
sampel pada suhu diatas 500 ⁰C . Residu ini terdiri
atas mineral yang membentuk senyawa garam. Buah-buahan segar 0,2-0,8
Terdapat 2 macam garam dari hasil residu ini, yaitu Buah-buahan yang dikeringkan 3,5
garam organik dan garam anorganik. Garam organik
terdiri dari senyawa malat, oksalat,asetat dan pektat, Biji kacang-kacangan 1,5-2,5
sedangkan garam anorganik terdiri dari senyawa Daging segar 1
fosfat,  karbonat, klorida, sulfat dan nitrat. Beberapa
mineral juga membentuk senyawa kompleks organik. Daging yang di keringkan 12
Nilai kadar Abu untuk masing - masing sampel Daging ikan segar 1-2
makanan dan minuman berbeda - beda dan
Gula, madu 0,5
bergantung pada jenis makanan dan minuman
tersebut. Sayur-sayuran 1
Tujuan

Penentuan kadar abu bertujuan untuk menentukan kualitas


pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan dan
sebagai parameter penentu nilai gizi dalam makanan dan
minuman. Hal inilah yang menjadikan kadar abu sebagai
salah satu parameter penting dalam menjaga kualitas produk
makanan dan minuman, sesuai dengan standard Nasional
Indonesia (SNI) 01-2891-1992 dan AOAC.
Metode
Pengujian kadar abu dilakukan untuk memonitoring kualitas produk makanan dan minuman yang sesuai dengan
standard AOAC dan SNI. Metode penentuan kadar abu dilakukan secara gravimetri dengan membandingkan berat
sebelum dan setelah pembakaran. Parameter kadar abu ini telah diklasifikasikan menjadi beberapa parameter oleh SNI
dan AOAC yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Kadar Abu Total
Pada prinsipnya, kadar abu total dapat diartikan sebagai komponen anorganik yang tersisa setelah proses
pembakaran dilakukan. Hal ini dikarenakan komponen organik akan terurai menjadi gas karbondioksida (CO2)
dan Air. Untuk menentukan kadar abu total, sampel makanan dan minuman yang telah di treatment dan diketahui
bobotnya dimasukkan ke dalam cawan porselen dan bakar dalam furnace pada suhu 550 ⁰C kemudian
didingingkan dalam desikator. Hasil abu yang telah dingin dan stabil kemudian ditimbang sehingga kadar abu total
dapat dihitungan rumus:

Dimana:
w    = bobot sampel sebelum diabukan, dalam gram
w1  = bobot sampel + cawan sesudah diabukan, dalam gram
w2  = bobot cawan kosong, dalam gram.
2. Pengukuran Abu Sulfat
Berbeda dengan kadar abu total, kadar abu sulfat adalah abu
yang telah diendapkan sebagai sulfat dengan menambahkan
asam sulfat (H2SO4). Dalam pengujiannya, setelah hasil residu
pembakaran didapatkan, residu ditambahkan asam sulfat dan
kembali dibakar dalam furnace. Setelah proses pendinginan pada
desikator, residu kemudian ditimbang dan dihitung dengan
rumus :

Dimana :
w1   = bobot abu sulfat, dalam gram
w    = bobot sampel, dalam gram.
3. Pengukuran Abu tak larut dalam asam
Pengukuran abu tak larut dalam asam adalah bagian abu yang tidak larut dalam asam, yang
dalam pengujiannya dilakukan dengan cara abu dilarutkan dengan penambahan HCl 10% dan
didihkan, selanjutnya disaring dan dicuci dengan aquades hingga bebas klorida, kemudian
dikeringkan dalam oven, kemudian abukan menggunakan furnace, dan didinginkan di dalam
desikator. Setelah proses pendinginan pada desikator, residu kemudian ditimbang dan dihitung
dengan rumus :

                                                                                                                                                    

                                                                                            
Dimana:
w1   = bobot cawan + abu, dalam gram
w2   = bobot cawan kosong, dalam gram
w    = bobot sampel, dalam gram.
4. Pegujian Silikat dengan asam fluorida (HF)
pengujian silikat dengan asam fluorida akan membentuk silicon fluorida yang hilang bila dipijarkan. Cara pengujian
dilakukan seperti sebelumnya, kemudian sampel ditambahkan larutan HF kemudian dipanaskan di atas penangas pasir
sampai kering dan selanjutnya diabukan di dalam furnace, lalu didinginkan di dalam desikator. Setelah proses
pendinginan pada desikator, residu kemudian ditimbang dan dihitung dengan rumus :

                                                                                                                                                                                                
                                    
Dimana:
w1   = bobot abu sebelum ditambah HF, dalam gram
w2   = bobot abu setelah ditambah HF, dalam gram
w    = bobot sampel, dalam gram.

5. Pengukuran kealkalian abu


Pengukuran kealkalian abu dilakukan dengan cara abu ditambahkan H2O2 3% dan HCl 0,5 N dan dipanaskan
diatas penangas air kemudian dicuci dengan air panas hingga bebas asam kemudian dititar dengan NaOH 0,5 N.

Anda mungkin juga menyukai