Inkontinensia Urine
02 Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter
eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih
Enuresis
03 Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada
malam hari (nocturnal anuresis), dapat terjdi satu kali
atau lebih dalam semalam
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. Sosial kultural
c. Psikologis
d. Kebiasaan seseorang
e. Tonus dan tingkat aktivitas
f. Intake cairan dan makanan
g. Kondisi penyakit
h. Pembedahan
i. Pengobatan
j. Pemeriksaan diagnostik
Perubahan Pola Eliminasi Urine
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pola eliminasi
urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis), kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran
kemiih
Frekuensi Urgensi
Jumlah berkemih seorang klien atau pasien dalam Perasaan klien atau pasien yang ingin berkemih,
sehari. Frekuensi berkemih biasanya disebabkan tetapi takut terhapat inkontinensia jika tidak berkemih.
oleh peningkatan jumlah cairan yang masuk ke Umumnya terjadi, pada usia anak kecil yang buruk
dalam tubuh. dalam mengontrol sfingter eksternal.
Disuria Poliuria
Rasa sakit saat berkemih. Penyebabnya infeksi Produksi urine yang tdak normal. Jumlah produksinya
saluran kemih (ISK), trauma. sangat banyak adahal tidak ada asupan cairan.
Urinaria Supresi
Suatu kondisi urine yang tidak dapat diproduksi
secara mendadak.
C. Pemeriksaan Sistem Dalam Tubuh
Umur
Sex
B e r a t badan
Aktivitas
K o n d is i (sehat/sakit)
Kapan TTV dilakukan ?
Pasien baru masuk rumah sakit
Sesuai permintaan, untuk melengkapi data dasar pengkajian
Sesuai permintaan dokter
Setiap 5 – 15mnt klien tidak stabil atau resiko perubahan fisiologi secara post
Setiap menit atau lebih sering, bila ada perubahan signifikan dari hasil pengukuran sebelumnya
Ketika klien merasa tidak seperti biasa
Sebelum, selama dan setelah transfusi
• Metode langsung:
• Memasukkan kanula atau jarum langsung ke dalam pembuluh
darah yang dihubungkan ke manometer. Metode ini adalah
metode paling tepat dan akurat tetapi pasien tidak nyaman dan
memerlukan metode khusus.
Perawat harus bisa mengukur nadi pasien dengan melakukan palpasi pada salah satu arteri yaitu dilengan salah satunya
adalah arteri radialis. Saat mengecek denyut nadi hendaknya perawat melakukan pemeriksaan yaitu frekuensi denyut nadi,
isi nadi, kualitas dinding nadi dan irama nadi.
• Tujuan
Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan pulsasi)
Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler.
Tujuan
- Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman
pernafasan.
- Menilai kemampuan fungsi pernafasan
Alat dan bahan
- Arloji /stop-watch
Pernapasan pada pasien/klien dapat
dibagi ke dalam empat kelompok berikut ini :
1 Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit. Anak-anak 15 – 30 x/menit, Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit, Dewasa 16 – 20 x/menit.
Dalam ilmu keperawatan dan kesehatan, nilai frekuensi pernapasan normal ialah 16-24x/menit.
Bradipnea : frekuensi kurang dari 16x/menit
Takipnea : frekuensi pernapasan lebih dari 24x/menit
Dispnea : kesulitan bernapas atau sesak napas
Hypopnea : pernapasan dangkal
2
Hiperpnea : pernapasan dalam