Anda di halaman 1dari 62

Infeksi nosokomial

Desember 2019
Uraian materi
• Definisi infeksi nosokomial
• Penyebab infeksi nosokomial
• Pencegahan infeksi nosokomial
CONTOH SOAL
• Agent dapat menginfeksi host dengan berbagai cara, antara lain
melalui kontak tidak langsung yaitu lewat penggunaan peralatan
• Apakah penyakit yang paling mungkin dapat terjadi dengan cara
tersebut ?
A. Polio mielitis akuta
B. SARS
C. Tetanus neonatorum
D. Leptospirosis
E. Measles
Definisi
• Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat dan berkembang saat
seseorang berada di lingkungan rumah sakit (setelah ± 72 jam berada
di rumahsakit tersebut)
• Infeksi nosokomial adalah setiap infeksi yang didapat penderita di
rumah sakit karena dirawat, berobat jalan di rumah sakit, yang juga
tidak diderita ketika pertama masuk Rumah Sakit (RS) dan tidak dalam
masa tunas suatu penyakit infeksi, termasuk infeksi yang didapat
petugas karena pekerjaannya di RS. Gejala penyakitnya dapat terlihat
ketika penderita masih dirawat di RS atau penderita sudah pulang
• Infeksi nosokomial ini terjadi di seluruh dunia dan berpengaruh buruk
pada kondisi kesehatan di negara-negara miskin dan berkembang.
Infeksi nosokomial ini termasuk salah satu penyebab kematian
terbesar pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit.
• Menurut data WHO tahun 2005, lebih dari separuh bayi baru lahir
yang dirawat di bagian perawatan bayi di rumah sakit di Brasil dan
Indonesia tertular infeksi nosokomial. Angka kematian kasus tersebut
mencapai 12 hingga 52 persen.
Segitiga epidemiologi terjadinya INOS
• Faktor agent
• Faktor host
• Faktor environment
Faktor agent
Faktor agent, meliputi: 

• Jenisnya : tiap jenis mempunyai sifat dan cara hidup sendiri untuk
menyebabkan infeksi
• Virulensinya : ada kuman yang tidak virulen untuk orang sehat, tetapi
virulen untuk penderita yang sedang menurun daya tahan tubuhnya
• Jumlahnya : Semakin besar jumlahnya semakin patogen.
• Lama kontak : Tubuh manusia memberi perlawanan kuat terhadap
kuman  yang masuk. Tetapi walau kuman jumlahnya sedikit, dengan
kontak terus menerus maka kemungkinan terjadinya infeksi akan
menjadi lebih besar.
Etiologi INOS adalah mikroba yang berupa
bakteri, virus, fungi, atau parasit. 
A. Bakteri
1. Coccus gram positif : Staphylicoccus, Streptococcus, Enterococcus,
dll. 
2. Bacillus gram negatif, aerob: Salmonella, Shigella, Enterobacter, dll.
3. Bacillus anaerob : Clostridium tetani
4. Vibrio : Colera/Eltor
B. Virus, contoh : Virus influenza, virus hepatitis,virus herpes simplex,
rottavirus, dll.
C. Fungi, contoh : Candida albicans, Aspergillus, Histoplasma.
D. Parasit, contoh : Toxoplasma gondii, Pneumocystis carinii.
WHO membagi kuman penyebab INOS
menjadi 3 (tiga) golongan: 
1. Conventional Pathogen, yaitu kuman yang menimbulkan penyakit pada
orang  sehat karena tidak adanya kekebalan spesifik terhadap kuman
tersebut.  Misalnya: virus influenza.
2. Conditional Pathogen, yaitu kuman yang menyebabkan penyakit kalau
ada  faktor predisposisi spesifik:
a. Pada orang dengan daya tahan tubuh menurun terhadap infeksi.
b. Kuman langsung masuk kedalam jaringan tubuh atau bagian tubuh
yang biasanya steril.
3. Opportunist Pathogen, yaitu kuman yang menyebabkan penyakit
menyeluruh  pada penderita yang daya tahannya sangat menurun
Faktor host
2. Faktor host, meliputi:
A. Pemakaian antibiotika
1. Pemakaian dalam jangka waktu lama
2. Pemakaian beberapa macam antibiotika
3. Pemakaian antibiotika yang tidak rasional dapat menimbulkan
penyakit baru, dari semula kuman hidup comensal di dalam tubuh
lalu menjadi virulen. Contoh: Candida albicans
B. Pemakaian obat immunosupresif, kortikosteroid, sitostatika
yang menyebabkan  menurunnya daya kekebalan seluler penderita
sehingga memudahkan mendapat  infeksi nosokomial
C. Berat penyakit yang di derita. Makin berat penyakitnya,
lebih  memungkinkan mendapat infeksi nosokomial
D. Tempat masuk kuman (port of entry) yang rentan
E. Banyaknya pasien rawat jalan
F. Pasien usia lanjut
Faktor environment
Faktor Lingkungan di RS, antara lain:  

A. Prosedur/ teknik yang tidak aseptik dan antiseptik. 


1) Alat yang tidak steril.
2) Kurangnya kebersihan dan hygiene perorangan petugas RS.
3) Kurangnya pengelolaan kebersihan dan sanitasi RS.
4) Padatnya penderita dalam ruangan RS. 
5) Konstruksi ruang yang salah, a.l.: ventilasi, lokasi, pembagian ruang,
lantai, dinding, dll
6) Sistem di rumah sakit yang membuat staf rumahsakit berganti-ganti
dari satu pasien ke pasien lainnya
B. Tindakan invasif, intravaskuler seperti infus, transfusi darah, vena
seksi, biopsi, arteriografi, lumbal pungsi yang akan menyebabkan
kuman atau benda/bahan tercemar masuk ke dalam jaringan. 
C.Tindakan instrumentasi seperti misalnya kateterisasi,
penyedotan lendir, pemberian oksigen, dll juga menyebabkan kuman
atau benda tercemar dapat langsung masuk ke tempat yang biasanya
steril. 
D. Sumber infeksi
E. Perantara/ pembawa kuman yang aktif menularkan 
Beberapa penyakit yang paling sering terjadi akibat infeksi nosokomial adalah:

• Infeksi saluran kemih.


• Infeksi intravaskular.
• Pneumonia.
• Infeksi pada luka operasi.
Kejadian INOS
Di ruang rawat inap kebidanan setelah operasi ginekologi berencana di
dapat angka infeksi nosokomial infeksi saluran kemih yang tertinggi.

Di bangsal bayi, infeksi nosokomial akan mudah terjadi karena


disebabkan oleh daya tahan yang masih rendah.

Di ruang bedah, infeksi luka operasi & infeksi luka bakar merupakan
kejadian infeksi nosokomial utama.

Di ruang rawat intensif, infeksi nosokomial lebih sering terjadi


dibandingkan di ruang bangsal biasa
Kerugian akibat INOS
• Lama hari perawatan bertambah panjang,
• Penderitaan bertambah,
• Biaya meningkat
Macam-macam Infeksi nosokomial (INOS):
1. Infeksi silang (Cross infection) adalah infeksi yang
disebabkan oleh kuman yang didapat dari
orang/penderita lain di RS secara langsung ataupun
tidak langsung.
2. Infeksi lingkungan (Environmental infection) adalah
infeksi nosokomial yang disebabkan kuman yang
didapat dari benda atau bahan tak bernyawa di
lingkungan RS
Macam-macam Infeksi nosokomial (INOS):
3. Infeksi sendiri (Self infection) adalah infeksi
nosokomial yang disebabkan kuman yang diperoleh
dari penderita sendiri karena perpindahan dari satu
focus/jaringan ke lokasi/jaringan lain pada tubuh orang
yang sama. Bisa terjadi secara langsung, lewat udara
atau benda yang dipakai sendiri seperti pakaian,
selimut, atau karena gesekan tangan sendiri atau
tangan orang lain
Infeksi nosokomial (INOS):
Infeksi nosokomial terjadi karena hasil interaksi antara
agent, host, dan environment dengan mata rantai
infeksinya. Kuman keluar dari sumber infeksi melalui
tempat keluar (port of exit) dengan exit medium,
pindah/menular secara langsung atau tidak langsung
dengan perantara, dengan entrance medium melalui
tempat masuk (port of entry) mencapai hospes baru
yang rentan. 
Sumber infeksi nosokomial dapat berupa
1. Animate (sesuatu yang bernyawa), misalnya:
a. Manusia sehat sebagai sumber (carier), pada tubuhnya mengandung
kuman, tetapi tidak merasa sakit dan tidak menunjukkan gejala penyakit,
namun dapat  menularkan ke orang lain.
b. Manusia yang sakit dapat menularkan ke orang lain ataupun pada
dirinya  sendiri (dari satu lokasi tubuh ke lokasi lain).
c. Binatang bertulang belakang , misalnya kucing memindah
kan Toxoplasma.
d. Binatang beruas (Arthrophoda), misalnya: nyamuk memindahkan
malaria  atau demam berdarah.
2. Inanimate (sesuatu yang tidak bernyawa)
a. Benda/bahan mati yang kering : udara, debu, permukaan benda,
dapat   menjadi tempat hidup kuman sampai sehari atau sebulan.
Contoh:   Streptococcus, Staphylicoccus.
b. Benda/bahan cair atau lembab : air cucian tangan, handuk, lap
tangan dapat   digunakan hidup kuman sampai berbulan-bulan.
Contoh: Pseudomonas,   Enterobacter proteus. 
c. Tanah dan lingkungan bebas. Contoh:Clostridium tetani,
Clostridium   perfringens, Listeria.
Peranan sumber infeksi di rumah sakit: 
1. Manusia bisa berperan sebagai sumber, sebagai hospes perantara. 
a. Penderita yang dirawat, sebagai sumber infeksi bagi penderita lain,
dirinya  sendiri.
b. Petugas RS (dokter, perawat, pekarya bangsal, pekarya dapur, dll.)
karier suatu penyakit dapat sebagai sumber, sebagai vektor menularkan
melalui tangannya atau benda yang dikelola atau sebagai hospes
sementara.
c. Pengunjung RS, sebagai karier atau sebagai perantara melalui
tangannya.
2. Benda, bahan, alat medis, alat lainnya dapat berperan sebagai
sumber   infeksi atau juga sebagai perantara
Penularan dapat terjadi secara: 
1. Langsung
a. Aerogen: melalui udara 
b. Kontak: dengan orang, sumber lingkungan,
transfusi darah. 
2. Tidak langsung, melalui perantara seperti
nyamuk, air, dll
Pencegahan INOS
1. Berdasarkan Epidemiologi 
2. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
penderita INOS
3. Berdasarkan faktor lingkungan RS yang
mempengaruhi INOS 
4. Pencegahan INOS secara menyeluruh di RS
Pencegahan INOS. 
1. Berdasarkan Epidemiologi 
a. Upaya pencegahan yang berkaitan dengan petugas RS: 
1) Mencuci tangan sampai bersih dengan sabun/antiseptik, sebelum
dan  sesudah memasuki ruang penderita.
2) Melaksanakan hygiene perorangan 
3) Melaksanakan Teknik aseptik/antiseptik 
4) Selalu memakai alat steril 
5) Menjaga kebersihan lingkungan
6) Melaksanakan barier nursing pada saat diperlukan, yaitu APD
Pencegahan INOS
• Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen
dengan prinsip yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk
mengurangi risiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada
klien dan tenaga kesehatan
b. Isolasi Penderita ( Isolasi sumber dan isolasi perlindungan)
1) Bed Spacing 
2) Cubicle Nursing
3) Barier Nursing 
Pencegahan INOS. 
2. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penderita INOS: 
a. Pemakaian antibiotika dibatasi dan penggunaannya secara rasional.
b. Pemberian obat immunosupresif, korticosteroid, sitostatica dibatasi
untuk   yang   sangat memerlukan.
c. Tindakan invasif/intramuskular dibatasi pada yang sangat
memerlukan dan  dilaksanakan oleh tenaga yang terlatih. 
3. Berdasarkan faktor lingkungan RS yang mempengaruhi INOS, a.l.: 
a. Desain ruang perawatan penderita harus memenuhi
persyaratan standard, seperti pengaturan bangunan, pola lalu lintas,
ruang isolasi ketat penderita, bed  spacing, ventilasi, pencahayaan.
b. Persediaan air bersih, fasilitas cuci tangan, pembuangan air kotor dan
air limbah
c. Sanitasi dapur. 
d. Sanitasi laundry
e. Pengendalian serangga dan tikus. 
Pencegahan INOS
f. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari risiko penularan
penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien.
Terkait dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus
disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun
pasien.
g. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaimana diketahui aktivitas
pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah
medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk
menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat
4. Untuk pencegahan INOS secara menyeluruh di RS
perlu adanya program pengendalian INOS yang
ditunjang dengan surveilance RS secara bersama-sama.
Pihak yang Bertanggungjawab Atas Kebersihan Fasilitas Rumah
Sakit?

• Pencegahan infeksi nosokomial dapat dilakukan dengan penggunaan


fasilitas rumah sakit dengan bersama sama menjaga kebersihannya.
Menjaga tempat agar tetap bersih dan tertata rapi sebenarnya bukan
tugas dari pihak kebersihan rumah sakit saja tetapi berlaku bagi
seluruh yang ada didalam rumah sakit, misalnya para pengunjung
pasien, pasien rumah sakit dan para staf kesehatan yang terdiri dari
dokter, perawat, assisten perawat, pihak keamanan rumah sakit dan
lain lain.
• Dibandingkan dengan kuman yang sama yang terdapat di masyarakat,
populasi kuman penyebab infeksi nosokomial ini lebih resisten
terhadap antibiotik yang sama, sehingga dalam penyembuhan infeksi
nosokomial tertentu seringkali harus diberikan antibiotik yang poten/
kombinasi antibiotik
Komplikasi kanulasi infeksi intravena ini dapat berupa sebagai berikut:

• Penyumbatan = infus tidak berfungsi sebagamana mestinya tanpa dapat 


di deteksi adanya gangguan lain.
• Trombosis = adanya pembengkakan sepanjang pembuluh vena yang
menghambat aliran infus.
• Flebitis = adanya pembengkakan, kemerahan, serta rasa nyeri sepanjang
vena.
• Supurasi = jika terjadi bentukan pus (nanah) disekitar insersi kanul.
• Kolonisasi kanul = jika telah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian
kanula yang terdapat pada pembuluh darah.
• Septikemia = jika kuman menyebar hematogen dari kanul.
Adapun beberapa faktor yang berperan dalam meningkatkan terjadinya komplikasi
kanula intravena adalah:

• Ukuran kateter yang lebih besar.


• Jenis kateter plastik.
• Pamasangan dengan cara venaseksi.
• Kateter yang dipasang pada tungkai bawah.
• Kateter yang dipasang lebih dari 72 jam.
• Tidak mengindahkan prinsip antiseptik.
• Cairan infus yang hipertonik & tranfusi darah yang merupakan media
pertumbuhan mikroorganisme.
• Peralatan tambahan pada tempat infus untuk pengaturan tetes obat.
• Manipulasi terlalu sering pada kanula.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 27 TAHUN 2017
TENTANG
PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

adalah upaya untuk mencegah dan


meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien,
petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar
fasilitas pelayanan kesehatan
Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health
Care Associated Infections/ HAIs)
adalah infeksi yang terjadi pada
1. pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada
infeksi dan tidak dalam masa inkubasi,
2. termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah
pasien pulang,
3. juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan
tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan
PELAKSANAAN PPI

a. prinsip kewaspadaan standar dan berdasarkan


transmisi
b. penggunaan antimikroba secara bijak
c. Bundles (sekumpulan praktik berbasis bukti sahih
yang menghasilkan perbaikan keluaran proses
pelayanan kesehatan bila dilakukan secara kolektif
dan konsisten).
Penerapan PPI dilakukan terhadap

• infeksi terkait pelayanan HAIs dan


• infeksi yang bersumber dari masyarakat
TUJUAN PPI di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan di


fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga
melindungi sumber daya manusia kesehatan,
pasien dan masyarakat dari penyakit infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan.
SASARAN PPI di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

• Untuk digunakan oleh seluruh pelaku pelayanan


di fasilitas pelayanan kesehatan yang meliputi
tingkat pertama, kedua, dan ketiga
Ruang lingkup program PPI meliputi
• kewaspadaan isolasi,
• penerapan PPI terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated Infections/HAIs)
berupa langkah yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya HAIs (bundles),
• surveilans HAIs,
• pendidikan dan pelatihan
• penggunaan anti mikroba yang bijak.
• monitoring melalui Infection Control Risk Assesment (ICRA),
• audit dan monitoring lainnya secara berkala.
(Dalam pelaksanaan PPI, Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Praktik Mandiri wajib
menerapkan seluruh program PPI sedangkan untuk fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, penerapan PPI disesuaikan dengan pelayanan yang di lakukan pada fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut)
KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI

Sumber infeksi:
1. dari masyarakat/komunitas (Community Acquired
Infection) atau
2. dari rumah sakit (Healthcare-Associated
Infections/HAIs). Dulu disebut Infeksi Nosokomial
(Hospital Acquired Infection).
Infeksi Terkait Layanan Kesehatan atau
“HAIs”(Healthcare-Associated Infections)
dengan pengertian yang lebih luas,
1. infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi juga dapat
2. dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
3. tidak terbatas infeksi kepada pasien namun dapat juga kepada
4. petugas kesehatan dan
5. pengunjung yang tertular pada saat berada di dalam lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan.
1.Infeksi
• merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen, dengan/tanpa disertai
gejala klinik.
2.Rantai Infeksi(chain of infection)
merupakan rangkaian yang harus ada untuk menimbulkan
infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi dengan efektif, perlu dipahami secara
cermat rantai infeksi.
Kejadian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dapat
disebabkan oleh 6 komponen rantai penularan, apabila satu
mata rantai diputus atau dihilangkan, maka penularan infeksi
dapat dicegah atau dihentikan.
Enam komponen rantai penularan infeksi,yaitu:

a) Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme


penyebab infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa
bakteri, virus, jamur dan parasit.
Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi
terjadinya infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan jumlah
(dosis, atau “load”).
Makin cepat diketahui agen infeksi dengan pemeriksaan klinis
atau laboratorium mikrobiologi, semakin cepat pula upaya
pencegahan dan penanggulangannya bisa dilaksanakan
b) Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi
dapat hidup, tumbuh, berkembang-biak dan siap
ditularkan kepada pejamu atau manusia.
Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyak adalah
pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh-
tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan-bahan
organik lainnya.
Dapat juga ditemui pada orang sehat, permukaan kulit,
selaput lendir mulut, saluran napas atas, usus dan
vagina juga merupakan reservoir
c) Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi
(mikroorganisme) meninggalkan reservoir melalui saluran napas,
saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta.
d) Metode Transmisi/Cara Penularan adalah metode transport
mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan.
Ada beberapa metode penularan yaitu:
(1) kontak: langsung dan tidak langsung,
(2) droplet,
(3) airborne,
(4) melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah) dan
(5) melalui vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat).
e) Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen
infeksi memasuki pejamu yang rentan dapat melalui
saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan
kelamin atau melalui kulit yang tidak utuh.
f) Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang
dengan kekebalan tubuh menurun sehingga tidak
mampu melawan agen infeksi.
Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan adalah
umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka
bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan
pengobatan dengan imunosupresan
Faktor lain yang berpengaruh adalah

• jenis kelamin,
• ras atau etnis tertentu,
• status ekonomi,
• pola hidup,
• pekerjaan dan
• herediter.
Skema rantai penularan penyakit infeksi

agent
Host/ penjamu
rentan

reservoir

Tempat masuk

Tempat keluar
Metode
penularan
Jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasilitas
pelayanan kesehatan, terutama rumah sakit adalah

1) Ventilator associated pneumonia (VAP)


2) Infeksi Aliran Darah (IAD)
3) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
4) Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Faktor Risiko HAIs meliputi:
1) Umur: neonatus dan orang lanjut usia lebih rentan.
2) Status imun yang rendah/terganggu (immuno-compromised): penderita
dengan penyakit kronik, penderita tumor ganas, pengguna obat-obat
imunosupresan.
3) Gangguan/Interupsi barier anatomis:
⁻ Kateter urin: meningkatkan kejadian infeksi saluran kemih (ISK).
⁻ Prosedur operasi: dapat menyebabkan infeksi daerah operasi (IDO) atau “surgical
site
infection” (SSI).
⁻ Intubasi dan pemakaian ventilator: meningkatkan kejadian “Ventilator Associated
Pneumonia” (VAP).
⁻ Kanula vena dan arteri: Plebitis, IAD
⁻ Luka bakar dan trauma.
4) Implantasi benda asing :
⁻ Pemakaian mesh pada operasi hernia.
⁻ Pemakaian implant pada operasi tulang,
kontrasepsi, alat pacu jantung.
⁻ “cerebrospinal fluid shunts”.
⁻ “valvular / vascular prostheses”.
5) Perubahan mikroflora normal: pemakaian
antibiotika yang tidak bijak dapat menyebabkan
pertumbuhan jamur berlebihan dan timbulnya bakteri
resisten terhadap berbagai antimikroba.
Wassalam wrwb

Anda mungkin juga menyukai