Anda di halaman 1dari 34

Anestetik Lokal

Apt. Ponco Hakim / 0812 2046 9443


• Anestetik lokal bekerja dengan cara menyebabkan
blokade yang reversibel atas konduksi sepanjang
serat saraf.
• Obat-obat yang dipakai berbeda dalam hal potensi,
toksisitas, lama kerja, stabilitas, kelarutan dalam
air, dan kemampuannya menembus membran
mukosa. Keragaman sifat ini menentukan
kesesuaian obat dalam berbagai cara pemberian,
misalnya topikal (permukaan), epidural & spinal.
• Anestetik lokal juga digunakan untuk penghilang
nyeri pasca bedah, sehingga mengurangi
kebutuhan analgesik seperti opioid.
Spinal & Epidural
TOKSISITAS
• Efek toksik yang dikaitkan dengan anestetik lokal biasanya
dihasilkan oleh kadar plasma yang sangat tinggi
• pemberian tunggal lidokain topikal biasanya tidak
menimbulkan efek samping sistemik. Efek pada awalnya
meliputi perasaan mabuk dan tak bisa berpikir dengan jelas
diikuti dengan sedasi, kesemutan di sekitar mulut, dan
kedutan
• kejang dapat timbul pada reaksi yang berat. Pada injeksi
intravena, konvulsi dan kolaps kardiovaskuler cepat timbul.
Reaksi hipersensitivitas timbul terutama dengan anestetik
lokal tipe ester : ametokain, benzokain, kokain, dan prokain;
reaksi lebih jarang timbul dengan tipe amida :
seperti lignokain, bupivakain, prilokain, dan ropivakain.
PENGGUNAAN VASOKONSTRIKSI
• Kebanyakan anestetik lokal, kecuali kokain,
menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
Penambahan vasokonstriksi
seperti adrenalin mengurangi aliran darah
setempat, menurunkan kecepatan absorbsi
anestetik lokal, dan memperpanjang efek
lokalnya. Penggunaan adrenalin untuk tujuan
ini harus hati-hati
• Adrenalin tidak boleh ditambahkan pada
penyuntikan di jari. Bila digunakan adrenalin,
kadar akhirnya harus 1 dalam 200.000 (5
mcg/mL). Pada pembedahan dental, adrenalin
dapat digunakan hingga 1 dalam 80.000 (12,5
mcg/mL) bersama dengan anestetik lokal.
Lidokain/Lignokain
• Indikasi: 
• Anestesi lokal, anestesi dental 
• Peringatan: 
• epilepsi, gangguan fungsi pernafasan,
gangguan fungsi konduksi jantung, bradikardia,
syok berat; turunkan dosis pada lansia
• Kontraindikasi: 
• hipovolemia, blokade jantung total
• Efek Samping: 
• efek pada sistem saraf pusat diantaranya
adalah bingung, depresi nafas, dan konvulsi;
hipotensi dan bradikardia; hipersensitivitas;
• Dosis: 
• anestesi infiltrasi, dengan injeksi, sesuai
dengan bobot pasien dan sifat pembedahan,
maksimum 200 mg (atau 500 mg bila
diberikan dalam larutan adrenalin)
Peringatan :
 Tidak untuk luka, membran mukosa atau
dermatitis atopik; hindarkan penggunaan dekat
mata atau di telinga tengah; walau absorbsi
sistemik rendah, hati-hati pada anemia
efek samping :
pucat sementara, merah, dan udem;
Kontraindikasi :
pada anak di bawah 1 tahun.
Bupivakain
• Kelebihan utama bupivakain dibanding
anestetik lokal lain adalah kerja yang lebih
lama. Mula kerjanya lebih lambat, dibutuhkan
sampai 30 menit untuk mencapai efeknya
secara penuh. secara khusus sesuai untuk
analgesik epidural yang terus menerus pada
proses melahirkan. Bupivakain adalah obat
pilihan untuk anestetik spinal.
• Dosis: 
• diubah sesuai dengan bobot pasien, dan sifat tindak bedah 
• Infiltrasi lokal, 0,25% (hingga 60 mL).
Bloking syaraf periferal, 0,25% (maksimum 60 mL), 0,375%
(maksimum 40 mL) 0,5% (maksimum 30 mL).
Blokade epidural
Pembedahan, lumbal, 0,5-0,75% (maksimum 20 mL dengan
salah satu dari dua cara di atas), kaudal, 0,5% (maksimum 30
mL).
Persalinan, lumbal, 0,25-0,5 % (maksimum 12 mL dengan salah
satu dari dua cara di atas), kaudal, tapi jarang digunakan,
0,25% (maksimum 20 mL), 0,375% (maksimum 20 mL), 0,5%
(maksimum 20 mL).

Penting: dosis yang diizinkan tersebut di atas mungkin tidak


sesuai untuk keadaan tertentu
LEVOBUPIVAKAIN
• Levobupivakain adalah salah satu isomer dari
bupivakain. Obat ini memiliki efek anestetik
dan analgesik yang sama dengan bupivakain,
namun obat ini diperkirakan memiliki efek
samping yang lebih sedikit.
• Indikasi: 
• anestesi pembedahan mayor (epidural
(diantaranya untuk bedah cesar), intratekal,
blokade saraf perifer), minor (infiltrasi lokal,
blokade peribulbar pada pembedahan mata);
penatalaksanaan nyeri (infus epidural kontinue,
pemberian secara bolus tunggal
atau multiple untuk pasca pembedahan,
melahirkan). Untuk analgesia epidural kontinue,
• levobupivakain dapat dikombinasikan dengan
fentanil, morfin atau klonidin.
• Peringatan: 
• bradikardia, kehamilan, pasien yang
mendapatkan anestesi lokal lainnya atau
sediaan yang strukturnya menyerupai anestesi
lokal tipe amida, menyusui, lansia.
• Efek Samping: 
• hipotensi, mual, nyeri pasca bedah, demam,
muntah, anemia, nyeri, sakit kepala,
konstipasi, pusing, gangguan pada janin.
• Anestesi pembedahan:
epidural untuk pembedahan, 10-20 mL (50-150 mg) larutan 5 atau
7,5 mg/mL;
Bedah Cesar, 15-30 mL (75-150 mg) larutan 5 mg/mL.

Blokade saraf perifer, 1-40 mL larutan 2,5 atau 5 mg/mL (maksimal


150 mg).
• Infiltrasi lokal, Anak (<12 tahun) 0,25-0,5 mL/kg bb (1,25-2,5
mg/kg bb) larutan 2,5 mg/mL atau 5 mg/mL, Dewasa 1-60 mL
(maksimal 150 mg) larutan 2,5 mg/mL.
• Penatalaksanaan nyeri: analgesia pasca melahirkan, 10-20 mL (25-
50 mg) larutan 2,5 mg/mL atau 4-10 mL/jam (5-12,5 mg/jam)
larutan 1,25 mg/mL sebagai infus epidural, untuk nyeri pasca
bedah, 5-7,5 mL/jam (12,5-18,75 mg/jam) larutan 2,5 mg/mL
sebagai infus epidural atau 10-15 mL/jam (12,5-18,75 mg/jam)
larutan 1,25 mg/mL sebagai infus epidural untuk nyeri ringan
sampai sedang.
PRILOKAIN
• Prilokain adalah anestetik lokal dengan
toksisitas yang rendah seperti lidokain. Bila
digunakan dalam dosis tinggi, mungkin timbul
methemoglobinemia yang dapat diobati
dengan injeksi intravena metilen biru 1%
dengan dosis 1 mg/kg bb
• Indikasi: 
anestesi regional intravena, blokade syaraf; juga
anestesi dental.
• Peringatan: 
• hipertensi berat atau yang tidak ditangani,
penyakit jantung berat; penggunaan bersama
dengan dengan obat lain dapat menyebabkan
methemoglobinemia; turunkan dosis pada
lansia; gangguan fungsi hati; gangguan fungsi
ginjal;
• Kontraindikasi: 
• anemia atau methemoglobinemia dapatan
atau bawaan.
• Efek Samping: 
• dilaporkan toksisitas okular (diantaranya
kebutaan) pada penggunaan dengan dosis
berlebih pada prosedur pembedahan mata.
• Dosis: 
• diatur sesuai dengan situs pembedahan dan
respon pasien, sampai maksimum 400 mg
digunakan secara tunggal, atau 600 mg bila
dalam kombinasi dengan felipresin.
PROKAIN
• Prokain sekarang jarang digunakan. Obat ini
memiliki potensi yang sama dengan lignokain
tetapi lama kerjanya lebih pendek. Prokain
menimbulkan analgesia yang kurang kuat
karena cenderung tersebar ke seluruh
jaringan. Diserap secara kurang baik dari
membran mukosa dan tidak berguna sebagai
anestetik permukaan.
• Indikasi: 
• anestesia lokal melalui infiltrasi dan anestesia
regional
• Dosis: 
• diatur sesuai dengan situs pembedahan dan
respon pasien.
Melalui injeksi, hingga 1 g (200 mL dari larutan
0,5% atau 100 mL dari 1%) dengan adrenalin 1
dalam 200.000.
AMETOKAIN (TETRAKAIN)
•  Ametokain adalah anestetik lokal yang efektif untuk
aplikasi topikal; gel 4% diindikasikan untuk anestesia
sebelum venopuncture . Obat diserap cepat dari
membran mukosa dan tidak boleh diberikan pada
permukaan yang meradang, trauma, atau yang
vaskularitas tinggi. 
• Jangan digunakan untuk anestetik pada bronkoskopi,
sistoskopi, sebab lignokain merupakan alternatif yang
jauh lebih aman untuk kondisi ini. Ametokain digunakan
pada optalmologi dan dalam preparat kulit.
Hipersensitivitas terhadap ametokain telah dilaporkan.
ROPIVAKAIN
• Indikasi: 
• anestesi pembedahan (blokade epidural untuk
pembedahan, diantaranya pembedahan cesar;
blokade saraf perifer dan anestesia infiltrasi);
penatalaksanaan nyeri akut misalnya pasca
pembedahan atau nyeri melahirkan; blokade
saraf perifer dan anestesia infiltrasi.
• Peringatan: 
• penyakit hati berat, anestesi epidural dapat
menyebabkan hipotensi dan bradikardi, gagal
ginjal kronik, blokade konduksi jantung
sebagian atau menyeluruh, pasien dengan
hipovolemia.
• Kontraindikasi: 
• pasien yang telah diketahui hipersensitif terhadap
anestetik lokal jenis amida.
• Efek Samping: 
• hipotensi, mual, bradikardi, muntah, paraestesia,
kenaikan suhu tubuh, sakit kepala, retensi urin, pusing,
hipertensi, takikardia, ansietas,
• Kurang umum: toksisitas sistemik akut diantaranya
kejang otot, tidak sadar, konvulsi, hipoksia, hiperkapnia,
apnea, hipotensi berat dan bradikardi, aritmia, tahanan
jantung; reaksi alergi; disfungsi neuropati dan sumsum
tulang belakang (misalnya anterior spinal artery
syndrome, arachnoiditis, cauda equina syndrome).
• Dosis: 

Anestesi pembedahan:
epidural lumbal; Pembedahan, 15-25 mL dari larutan 7,5 mg/mL;
Pembedahan Cesar, 15-20 mL dari 7,5 mg/mL larutan dari dosis total (dosis total
maksimum 150 mg).
Epidural torak (untuk memblokade nyeri pasca bedah), 5-15 mL dari 7,5 mg/mL
larutan.
Field block (blokade saraf minor dan infiltrasi), sampai dengan 30 mL dari
larutan 7,5 mg/mL.
Nyeri akut:
epidural lumbal, 10-20 mL dari larutan 2 mg/mL diikuti dengan larutan 10-15 mL
dari larutan 2 mg/mL dengan interval minimal 30 menit atau 6-14 mL/jam dari
larutan 2 mg/mL sebagai infus kontinyu epidural atau 6-14 mL/jam dari larutan 2
mg/mL sebagai infus kontinyu epidural untuk nyeri pasca pembedahan.
Epidural torak (misalnya untuk nyeri pasca pembedahan), 6-14 mL/jam dari
larutan 2 mg/mL sebagai infus kontinyu.
Field block (misalnya untuk blokade saraf minor dan infiltrasi), sampai dengan
100 mL dari larutan 2 mg/mL.
Tidak direkomendasikan diberikan untuk anak berusia di bawah 12 tahun.
ANESTETIK LOKAL LAIN
• Benzokain adalah anestetik lokal dengan
potensi dan toksisitas rendah. Benzokain
terkandung dalam beberapa tablet hisap
(proprietary throat lozenges) 
• Kokain menembus membran mukosa dan merupakan
anestetik permukaan dengan efek vasokonstriksi kuat.
Walaupun demikian, saat ini penggunaannya telah
digantikan dengan anestetik lokal lain yang kurang toksik.
Kokain mempunyai aktivitas simpatomimetik yang kuat, 
• jangan sekali-kali diberikan melalui injeksi karena
toksisitasnya. Akibat perangsangan kuat pada sistem syaraf
pusat, kokain merupakan obat yang menimbulkan adiksi .
Obat ini masih dipakai dalam otolaringologi dan diberikan
pada mukosa nasal dalam kadar 4 sampai 10% (40–100
mg/mL). Dosis total maksimum yang dianjurkan untuk
aplikasi mukosa nasal pada pasien sehat dewasa adalah 1.5
mg/kg bb, yang setara dengan dosis topikal total sekitar 100
mg untuk pria dewasa. Hanya boleh digunakan oleh mereka
yang dibutuhkan untuk menekan absorpsi serendah mungkin
dan dalam mengatasi risiko aritmia.
Terima kasih
Kloroform
• Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana
(CHCl3).
• Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan
pembius, akan tetapi penggunaanya sudah dilarang
karena telah terbukti dapat merusak liver dan ginjal
• Kloroform kebanyakan digunakan sebagai pelarut
nonpolar di laboratorium.
• Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan bening, mudah
menguap, dan berbau khas.

Kloroform termasuk dalam anestesi umum yang bekerja


pada sistem saraf pusat

Anda mungkin juga menyukai