Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR OBAT-OBATAN ANESTESI

OLEH

KELOMPOK 6

1. FEBRI NUR INTAN SARI (22020170042)


2. SRI NUR PUSPITASARI (22020170043)
3. ANA AINUN JARIYAH (22020170044)
ANESTESI LOKAL
1. LIDOKAIN (LIGNOKAIN)
Lignokain diserap dari membran mukosa dan
merupakan anestetik permukaan yang berguna dalam
kadar hingga 10%. Kecuali untuk anestetik permukaan,
kekuatan larutan biasanya tidak boleh melebihi 1%.
Lamanya blokade (dengan adrenalin) kira-kira 1,5 jam.

Indikasi:
lihat pada dosis; juga anestesi dental (lihat informasi
setelah sediaan); aritmia ventrikel.
Kontraindikasi:
hipovolemia, blokade jantung total; jangan gunakan
larutan mengandung adrenalin untuk anestesi
pada appendages.
Bentuk sediaan :
1. Lidocaine obat topikal (krim, gel, salep)
Digunakan untuk menimbulkan efek mati rasa pada
area kulit. Jenis sediaan ini biasanya digunakan
sebelum prosedur medis tertentu atau dapat
digunakan untuk meredakan nyeri akibat gigitan
serangga, terkena getah tanaman beracun, luka
gores ringan, atau luka bakar ringan.
2. Lidocaine semprot
Digunakan untuk menimbulkan efek mati rasa pada
mulut atau tenggorokan sebelum menjalani
prosedur medis tertentu, misalnya pemasangan
selang alat bantu napas atau gastroskopi.
3. Lidocaine injeksi/suntik
Digunakan untuk menimbulkan efek mati rasa pada
sebagian area tubuh tertentu. Jenis sediaan ini bisa
digunakan sebelum proses penjahitan luka robek
atau operasi caesar.
Selain digunakan sebagai obat bius lokal, lidocaine
injeksi juga digunakan untuk mengatasi aritmia
atau gangguan irama jantung.
4. Lidocaine suppositoria
Digunakan untuk meredakan rasa nyeri, gatal, atau
pembengkakan pada anus akibat wasir atau
gangguan lain pada area anus. Obat digunakan
dengan cara dimasukkan lewat anus atau dubur.
5. Lidocaine tablet hisap
Digunakan untuk meredakan sakit tenggorokan.
Untuk bentuk sediaan ini masih diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas
dan keamanannya.
6. Lidocaine obat tetes telinga
Digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan
pembengkakan pada radang telinga tengah (otitis
media) atau radang telinga luar (otitis eksterna).
Sama halnya dengan lidocaine tablet hisap,
efektivitas dan keamanan penggunaan lidocaine
tetes telinga masih memerlukan penelitian lebih
lanjut.
Dosis:
anestesi infiltrasi, dengan injeksi, sesuai dengan bobot
pasien dan sifat pembedahan, maksimum 200 mg (atau
500 mg bila diberikan dalam larutan adrenalin)
Anestesi regional intravena dan blokade syaraf,
konsultasikan dengan spesialis.
Anestesi permukaan, kekuatan yang biasa 2-4%
Penting: dosis yang diizinkan seperti tersebut di atas
mungkin tidak tepat untuk beberapa keadaan dan harus
dikonsultasikan dengan spesialis.
Penggunaan untuk ibu hamil dan menyusui
Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak
memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, tetapi
belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Lidokain (lignokain) jumlahnya dalam ASI terlalu kecil
untuk menimbulkan efek yang membahayakan.
Cara Penyimpanan
Cairan injeksi disimpan pada suhu di bawah 25 C.Vial
yang utuh dapat disimpan hingga 3 tahun.
Salep dan krim (kombinasi) disimpan dalam suhu
15–30 C.
Jeli disimpan pada suhu di bawah 25 C, jangan
dibekukan. Lidocaine dalam sediaan jeli dapat
disimpan hingga dua tahun.
Sediaan semprot disimpan pada suhu di bawah 25 C.
Pada suhu <8 C, dapat terjadi pengendapan. Endapan
ini akan hilang jika dihangatkan dalam suhu ruangan.
2. BUPIVAKAIN
Kelebihan utama bupivakain dibanding anestetik lokal
lain adalah kerja yang lebih lama. Mula kerjanya lebih
lambat, dibutuhkan sampai 30 menit untuk mencapai
efeknya secara penuh. Sering digunakan untuk blokade
lumbar epidural dan secara khusus sesuai untuk
analgesik epidural yang terus menerus pada proses
melahirkan. Bupivakain adalah obat pilihan untuk
anestetik spinal.
Indikasi:
Indikasi bupivacaine adalah sebagai obat anestesi lokal
yang digunakan untuk melakukan anestesi secara
regional, epidural, spinal, atau infiltrasi lokal.
Kebutuhan bupivacaine ini bergantung dari area atau
bagian tubuh yang akan dilakukan anestesi, teknik
anestesi, vaskularisasi jaringan, jumlah segmen neural
yang akan diblok, kelemahan otot yang diharapkan,
durasi anestesia yang diinginkan, toleransi individu,
dan kondisi klinis pasien secara keseluruhan.
Kontraindikasi:
Kontraindikasi bupivacaine adalah pada pasien yang
memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap anestesi
golongan amida dan metilparaben. Penggunaan
bupivacaine perlu diperhatikan pada pasien dengan
gangguan jantung, gangguan ginjal, gangguan hepar,
gangguan hematologi, anak, dan geriatri. Bupivacaine
dengan sediaan konsentrasi 0,75% dikontraindikasikan
untuk digunakan sebagai anestesi saat persalinan.
Sediaan
Sediaan bupivacaine hanya dalam bentuk larutan untuk
injeksi dengan 3 jenis konsentrasi yaitu 0,25%, 0,5%,
dan 0,75%. Sediaan dengan konsentrasi 0,75% tidak
direkomendasikan digunakan pada saat prosedur
persalinan. Sediaan bupivacaine ada yang mengandung
pengawet metilparaben dan ada yang tidak
mengandung pengawet. Sediaan yang mengandung
pengawet biasanya merupakan sediaan untuk dosis
multipel.
Dosis:
diubah sesuai dengan bobot pasien, dan sifat tindak
bedah- penting: lihat pada Pemberian, di atas.
Infiltrasi lokal, 0,25% (hingga 60 mL).
Bloking syaraf periferal, 0,25% (maksimum 60 mL),
0,375% (maksimum 40 mL) 0,5% (maksimum 30 mL).
Blokade epidural
Pembedahan, lumbal, 0,5-0,75% (maksimum 20 mL
dengan salah satu dari dua cara di atas), kaudal, 0,5%
(maksimum 30 mL).
Persalinan, lumbal, 0,25-0,5 % (maksimum 12 mL
dengan salah satu dari dua cara di atas), kaudal, tapi
jarang digunakan, 0,25% (maksimum 20 mL), 0,375%
(maksimum 20 mL), 0,5% (maksimum 20 mL).
Catatan. Larutan 0,75% tidak boleh digunakan pada
blokade epidural dalam obstetriks.
Penting: dosis yang diizinkan tersebut di atas mungkin
tidak sesuai untuk keadaan tertentu, maka saran ahli
harus dimintakan.
Penggunaan untuk ibu hamil dan menyusui
Penggunaan bupivacaine pada kehamilan masuk dalam
Kategori FDA C. Artinya, studi pada hewan
menunjukkan adanya efek samping teratogen pada
janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada ibu hamil.
Obat hanya dapat digunakan bila manfaatnya melebihi
risiko ke janin.
Bupivakain jumlahnya dalam ASI terlalu kecil untuk
menimbulkan efek yang berbahaya.
Penyimpanan
Larutan untuk injeksi: simpan antara 20-250C dan
lindungi dari cahaya
Suspensi liposom: simpan antara 2-80C
3. LEVOBUPIVAKAIN
Levobupivakain adalah salah satu isomer dari
bupivakain. Obat ini memiliki efek anestetik dan
analgesik yang sama dengan bupivakain, namun obat
ini diperkirakan memiliki efek samping yang lebih
sedikit.
Indikasi
anestesi pembedahan mayor (epidural (diantaranya
untuk bedah cesar), intratekal, blokade saraf perifer),
minor (infiltrasi lokal, blokade peribulbar pada
pembedahan mata); penatalaksanaan nyeri (infus
epidural kontinyu, pemberian secara bolus tunggal
atau multiple untuk pasca pembedahan, melahirkan).
Untuk analgesia epidural kontinyu, levobupivakain
dapat dikombinasikan dengan fentanil, morfin atau
klonidin.
Kontraindikasi:
pasien yang telah diketahui sensitif terhadap anestetik
lokal golongan amida; anestesi regional intravena
(Bier's block); blokade paraservik untuk kasus
obstetrik; pasien dengan hipotensi berat seperti syok
kardiogenik atau hipovolemik.
Dosis:
disesuaikan dengan status kesehatan pasien dan
prosedur alami - penting: lihat cara pemberian.
Anestesi pembedahan:
epidural untuk pembedahan, 10-20 mL (50-150 mg)
larutan 5 atau 7,5 mg/mL;
Bedah Cesar, 15-30 mL (75-150 mg) larutan 5 mg/mL.
Intratekal, 3 mL (15 mg) larutan 5 mg/mL.
Blokade saraf perifer, 1-40 mL larutan 2,5 atau 5
mg/mL (maksimal 150 mg).Infiltrasi lokal, Anak (<12
tahun) 0,25-0,5 mL/kg bb (1,25-2,5 mg/kg bb) larutan
2,5 mg/mL atau 5 mg/mL, Dewasa 1-60 mL (maksimal
150 mg) larutan 2,5 mg/mL. Penatalaksanaan nyeri:
analgesia pasca melahirkan, 10-20 mL (25-50 mg)
larutan 2,5 mg/mL atau 4-10 mL/jam (5-12,5 mg/jam)
larutan 1,25 mg/mL sebagai infus epidural, untuk nyeri
pasca bedah, 5-7,5 mL/jam (12,5-18,75 mg/jam) larutan
2,5 mg/mL sebagai infus epidural atau 10-15 mL/jam
(12,5-18,75 mg/jam) larutan 1,25 mg/mL sebagai infus
epidural untuk nyeri ringan sampai sedang.Catatan:
untuk penatalaksanaan nyeri, levobupivakain dapat
digunakan dengan fentanil, morfin atau klonidin; pada
keadaan dimana levobupivakain dikombinasikan
dengan sediaan lain misalnya opioid untuk
penatalaksanaan nyeri, dosis levobupivakain sebaiknya
diturunkan sehingga yang digunakan adalah kadar lebih
rendah (misalnya 1,25 mg/mL); untuk kadar larutan
1,25 mg/mL encerkan larutan standar dengan NaCl
0,9%.
Penggunaan untuk ibu hamil dan menyusui
Levobupivakain, pada trimester 1 beresiko, disarankan
dihindari jika mungkin-toksik pada uji menggunakan
hewan.
Levobupivakain dipastikan terdistribusi dalam ASI
tetapi resiko kecil pada bayi.
Cara Penyimpanan:
Untuk digunakan segera setelah kemasan dibuka.
Setelah pengenceran dalam larutan saline, dapat stabil
pada 20-22°C selama 7 hari.
4. PRILOKAIN
Prilokain adalah anestetik lokal dengan toksisitas yang
rendah seperti lignokain. Bila digunakan dalam dosis
tinggi, mungkin timbul methemoglobinemia yang dapat
diobati dengan injeksi intravena metilen biru 1%
dengan dosis 1 mg/kg bb
Neonatus dan bayi kurang dari 6 bulan rentan terhadap
methemoglobinemia.
Indikasi:
infiltrasi, anestesi regional intravena, blokade syaraf;
juga anestesi dental.
Kontraindikasi:
anemia atau methemoglobinemia dapatan atau bawaan.
Sediaan : cairan injeksi 20 mg/ml. Krim 25 mg/gr
(kombinasi dengan lidokain)
Dosis:
diatur sesuai dengan situs pembedahan dan respon
pasien, sampai maksimum 400 mg digunakan secara
tunggal, atau 600 mg bila dalam kombinasi dengan
felipresin.
Penggunaan untuk ibu hamil dan menyusui
Prilokain pada trimeser 3 beresiko, methemoglobinemia
pada neonatus sesudah blok paraservik dan blok
pudendal ada dilaporkan.
Prilokain terdistribusi dalam ASI tetapi belum diketahui
berbahaya.
Cara penyimpanan
Simpan di bawah suhu 250C
5. PROKAIN
Prokain sekarang jarang digunakan. Obat ini memiliki
potensi yang sama dengan lignokain tetapi lama
kerjanya lebih pendek. Prokain menimbulkan analgesia
yang kurang kuat karena cenderung tersebar ke seluruh
jaringan. Diserap secara kurang baik dari membran
mukosa dan tidak berguna sebagai anestetik
permukaan.
Indikasi:
anestesia lokal melalui infiltrasi dan anestesia regional
kontraindikasi
hipersensitivitas, blok jantung lengkap, tidak untuk
diaplikasikan pada permukaan yang meradang atau
memar, konsentrasi plasma-cholinesterase rendah,
septikemia umum, blok epidural atau spinal tidak boleh
digunakan pada pasien dengan penyakit serebrospinal,
syok kardiogenik/hipovolemik atau keadaan koagulasi
yang berubah.
Sediaan
Prokain HCl merupakan kristal putih yang mudah larut
dalam air. Sediaan suntik prokain HCl terdapat dalam
kadar 1-2% dengan atau tanpa epinefrin untuk anestesia
spinal. Sedangkan larutan 0,1-0,2% dalam garam faali
disediakan untuk infus IV. Untuk anestesia kaudal yang
terus menerus, dosis awal ialah 30 ml larutan prokain
1,5%.
Dosis:
diatur sesuai dengan situs pembedahan dan respon
pasien. Melalui injeksi, hingga 1 g (200 mL dari larutan
0,5% atau 100 mL dari 1%) dengan adrenalin 1 dalam
200.000.
Penggunaan untuk ibu hamil dan menyusui
Prokainamid disarankan untuk dihindari kecuali
manfaat pemberian melebihi risiko. Prokain beresiko
pada trimester 3, metemoglobinemia pada neonatus.
Prokainamid terdistribusi dalam ASI-hindari
Penyimpanan
Pada suhu kamar (150C-300C) lindungi dari cahaya.
6. AMETOKAIN (TETRAKAIN)
Ametokain adalah anestetik lokal yang efektif untuk
aplikasi topikal; jel 4% diindikasikan untuk anestesia
sebelum venopuncture atau kanulasi vena. Obat diserap
cepat dari membran mukosa dan tidak boleh diberikan
pada permukaan yang meradang, trauma, atau yang
vaskularitas tinggi. Jangan digunakan untuk anestetik
pada bronkoskopi, sistoskopi, sebab lignokain
merupakan alternatif yang jauh lebih aman untuk
kondisi ini. Ametokain digunakan pada optalmologi
dan dalam preparat kulit. Hipersensitivitas terhadap
ametokain telah dilaporkan.
7. ROPIVAKAIN
Ropivakain adalah suatu anestetik lokal tipe amida
yang serupa dengan bupivakain. Efek kardiotoksik obat
ini lebih kecil dibandingkan dengan bupivakain, namun
potensi obat juga lebih kecil dibandingkan dengan
bupivakain.
Indikasi:
anestesi pembedahan (blokade epidural untuk
pembedahan, diantaranya pembedahan cesar; blokade
saraf perifer dan anestesia infiltrasi); penatalaksanaan
nyeri akut (infus kontinyu epidural atau pemberian
bolus intermiten misalnya pasca pembedahan atau nyeri
melahirkan; blokade saraf perifer dan anestesia
infiltrasi).
Kontraindikasi:
pasien yang telah diketahui hipersensitif terhadap
anestetik lokal jenis amida.
Dosis:
disesuaikan dengan status kesehatan pasien dan
prosedur alami- penting: lihat cara pemberian.
Anestesi pembedahan:
epidural lumbal; Pembedahan, 15-25 mL dari larutan
7,5 mg/mL;
Pembedahan Cesar, 15-20 mL dari 7,5 mg/mL larutan
dari dosis total (dosis total maksimum 150 mg).
Epidural torak (untuk memblokade nyeri pasca bedah),
5-15 mL dari 7,5 mg/mL larutan.
Field block (blokade saraf minor dan infiltrasi), sampai
dengan 30 mL dari larutan 7,5 mg/mL.
Nyeri akut:
epidural lumbal, 10-20 mL dari larutan 2 mg/mL
diikuti dengan larutan 10-15 mL dari larutan 2 mg/mL
dengan interval minimal 30 menit atau 6-14 mL/jam
dari larutan 2 mg/mL sebagai infus kontinyu epidural
atau 6-14 mL/jam dari larutan 2 mg/mL sebagai infus
kontinyu epidural untuk nyeri pasca pembedahan.
Epidural torak (misalnya untuk nyeri pasca
pembedahan), 6-14 mL/jam dari larutan 2 mg/mL
sebagai infus kontinyu.
Field block (misalnya untuk blokade saraf minor dan
infiltrasi), sampai dengan 100 mL dari larutan 2
mg/mL.
Tidak direkomendasikan diberikan untuk anak berusia
di bawah 12 tahun.
Penggunaan untuk ibu hamil dan menyusui
Ropivakain tidak dinyatakan aman tetapi belum
diketahui bahaya obat.
8. Benzokain adalah anestetik lokal dengan potensi dan
toksisitas rendah. Benzokain terkandung dalam
beberapa tablet hisap (proprietary throat lozenges)
9. Kokain menembus membran mukosa dan merupakan
anestetik permukaan dengan efek vasokonstriksi kuat.
Walaupun demikian, selain kegunaannya dalam
otolaringologi (lihat dibawah), saat ini penggunaannya
telah digantikan dengan anestetik lokal lain yang
kurang toksik. Kokain mempunyai aktivitas
simpatomimetik yang kuat, jangan sekali-
kali diberikan melalui injeksi karena toksisitasnya.
Akibat perangsangan kuat pada sistem syaraf pusat,
kokain merupakan obat yang menimbulkan adiksi
(ketergantungan). Obat ini masih dipakai dalam
otolaringologi dan diberikan pada mukosa nasal dalam
kadar 4 sampai 10% (40–100 mg/mL). Dosis total
maksimum yang dianjurkan untuk aplikasi mukosa
nasal pada pasien sehat dewasa adalah 1.5 mg/kg bb,
yang setara dengan dosis topikal total sekitar 100 mg
untuk pria dewasa. Hanya boleh digunakan oleh mereka
yang dibutuhkan untuk menekan absorpsi serendah
mungkin dan dalam mengatasi risiko aritmia.
Walaupun kokain berinteraksi dengan obat lain yang
bertanggung jawab menginduksi aritmia, seperti
adrenalin, beberapa otolaringologis mempertimbangkan
pemakaian kombinasi antara kokain topikal dan
adrenalin topikal (dalam bentuk pasta atau larutan)
dapat memperluas bidang anestesia dan mungkin
mengurangi absorpsi. Kokain merupakan midriatikum
sekaligus anestetik lokal, tetapi karena toksisitas
kornealnya, sekarang jarang digunakan dalam
optalmologi. Kokain sebaiknya dihindarkan pada
porfiria.

REFERENSI : http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-15-
anestesia/152-anestetik-lokal

Anda mungkin juga menyukai