Anda di halaman 1dari 5

Nama : Putri Kezia Helen Daty Marselin

NIM : 22013097

Kelas : STIFA C 2022

TUGAS BLOK FARMAKOLOGI 1


Obat Anastesi Umum dan Obat Anastesi Lokal
Anastesi Umum
1. Isoflurane
• Indikasi : Anastesi inhalasi (hirup), anestesi umum
• Kontraindikasi : Pasien rentan terhadap hipertermia
• Efek samping : Hipotensi, depresi pernapasan, aritmia, peningkatan sel darah putih,
menggigil, batuk, tahan nafas dan sekresi berlebihan
• Sediaan : Cairan inhalasi
• Dosis : Tracheal 0,5-3 v% dalam O2 dan N2O
2. Fentanil
• Indikasi : Anestesi umum
• Kontraindikasi : Depresi pernapasan, Cedera kepala, Alkoholisme akut, Serangan
Asma akut, Intoleransi, Ibu hamil dan menyusui.
• Efek samping : Depresi nafas, kekakuan otot, hipotensi, bradikardia, laringospasme,
mual dan muntah. Menggigil, tidak bisa istirahat, halusinasi pascaoperasi, gejala
ekstrapiramidal bila digunakan dengan trankuilizer seperti droperidol. Pergerakan
mioklonik, pusing, apnea, reaksi alergi.
• Sediaan : Parenteral dan transdermal.
• Dosis : Pramedikasi 100 McG IM 30-60 menit sebelum operasi. Tambahan pada
anastesi regional 50-100 McG IM/IV lambat selama 1-2 menit bila tambahan
analgesia diperlukan. Pascaoperasi (ruang pemulihan) 50-100 McG IM, dapat
diulangi dalam 1-2 jam bila perlu. Sebagai analgesik tambahan terhadap anastesi
umum : dosis rendah 2 mcg/kg/BB, dosis sedang : 2-20 mcg/kg/BB, dosis tinggi :
20-50 mcg/kg/BB. Zat anastesi : 50-100 mcg/kg/BB.
3. Halothane
• Indikasi : Anestesi umum
• Kontraindikasi : Pasien dengan kerusakan hati, riwayat hipertermia maligna setelah
paparan halothane sebelumnya, dan peningkatan tekanan intrakranial. Kontra
indikasi halothane terutama pada pasien yang memiliki gejala dan tanda efek
samping obat.
• Efek samping : Denyut jantung yang tidak teratur, denyut jantung lambat, atau
jantung berdebar, mual dan muntah, gangguan dan kerusakan liver, sesak napas,
hipotensi, yaitu rendahnya tekanan darah, hipertermia maligna, yaitu peningkatan
suhu tubuh yang ekstrem
• Sediaan : Cairan inhalasi 250 ml untuk prosedur sedasi.
• Dosis : Dewasa: 0,5%. Dosis dapat ditambahkan hingga 2–4% . Dosis untuk
mempertahankan anestesi adalah 0,5–2%.
4. Propofol
• Indikasi : Anastesi umum
• Kontraindikasi : Hipersensitivitas, Serasi pada anak dengan batuk rejan atau
epiglotitis yang sedang mendapat perawatan intensif, Ibu hamil, anak <3 tahun
• Efek samping : Nyeri lokal pada Induksi. Hipotensi, bradikardi, apnea sementara
selama induksi. Selama masa pemulihan seperti mual dan muntah, sakit kepala.
Gejala putus obat dan rasa panas serta kemerahan pada kulit wajah anak-anak.
• Sediaan : Tersedia dalam bentuk sediaan suntik.
• Dosis : Dewasa : Induksi pasien dengan/ tanpa pramedikasi : titrasi 40 mg/ 10 detik
secara injeksi bolus atau infus hingga gejala klinis memperlihatkan mulai bekerjanya
anastesi. Dewasa < 55 tahun : 1.5 – 2.5 mg/kgBB. Pemeliharaan anastesi : 4-12
mg/kgBB/jam dengan infus kontinu atau penambahan sebesar 25-50 mg dapat
diberikan sebagai injeksi bolus berulang. Sedatif dalam perawatan intensif : 0.3 – 4
mg/kgBB/jam.
Anak : Pemeliharaan : 9-15 mg/kgBB/jam
5. Sefovlurane
• Indikasi : Sebagai agen anestesi umum yang digunakan untuk induksi anestesi
dan pemeliharaan anestesi umum.
• Kontraindikasi : Pada kondisi hipertermia maligna atau pasien yang berisiko atau
dicurigai hipertermia maligna, tidak boleh diberikan pada pasien yang diketahui
memiliki hipersensitivitas.
• Efek samping : Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat sevofluran dapat
berupa efek samping ringan sedang, hingga berat.
• Sediaan : Cairan inhalasi dalam botol aluminium 250 mL
• Dosis : Dosis awal 0,5-1% dalam oksigen atau campuran oksigen dan nitrogen
oksida.
6. Enflurane
• Indikasi : Anestesi umum
• Kontraindikasi : Diduga memicu hipertemia
• Efek samping : Gangguan aktivitas motorik serta kejang pada level anestesi yang
cukup dalam. Hipokapnia pada level anestesi yang ringan. Aritimia jantung,
shivering, mual, dan muntah. Peningkatan sel darah putih. Hipotermia ringan.
Hipertermia ganas.
• Sediaan : Cairan inhalasi
• Dosis : Induksi 4,0% v/vdiberikan pada udara inspirasi dibarengi dengan N20,
kemudian diangkat sedikit demi sedikit sebesar 0,5% v/v setiapbeberapa nafas
hingga 4,5 persen. Pemeliharaan 0,5 - 3% v/v. Tidak boleh melebihi 3% v/v selama
nafas konstan.
7. Nitrous Oksida (N2O)
• Indikasi : Anestesi umum dan sedasi
• Kontraindikasi : Pasien yang sakit kritis, penyakit jantung yang parah, trimester
pertama kehamilan, pneumotoraks, obstruksi usus kecil, operasi telinga tengah, dan
operasi retina
• Efek samping : Pada sistem gastrointestinal, sistem respirasi, sistem saraf pusat,
dan
sistem kardiovaskular
• Sediaan : Inhalasi
• Dosis : Digunakan berkisar antara 25-70% yang dikombinasikan dengan oksigen
atau agen anestesi lainnya tergantung kebutuhan.

Anastesi Lokal
1. Bupivacain
• Indikasi : Anestesi lokal
• Kontraindikasi : Meningitis, tumor, poliomielitis, perdarahan kranial. TBC aktif atau
lesi metastatik pada kolumna vertebra, septikemia. Anemia pernisiosa dengan
degenerasi subakut dari Medika spinalis. Infeksi pirogenik pada kulit dan atau pada
tempat injeksi. Syok karsinogenik atau Hipovolemik. Gangguan koagulasi darah atau
sedang menjalani terapi dengan antikoagulan.
• Efek samping : Hipotensi, bradikardi, sakit kepala pasca anastesi spinal. Mengantuk,
parastesia, kolaps sirkulasi, kejang, depresi pernafasan, dan atau henti nafas. Reaksi
alergi, misalnya lesi pada kulit, urtikaria, edema dan reaksi anafilaktoid.
• Sediaan : Tersedia dalam bentuk larutan konsentrat.
• Dosis : Dewasa 400 mg sebagai dosis tunggal, diberikan > 24jam
2. Lidokain
• Indikasi : Anestesi lokal
• Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap komponen obat ini, serta pada kondisi
adanya hipovolemia, complete heart block, sindrom Adam-Stokes, dan sindrom
Wolff-Parkinson-White.
• Efek samping : Mual, muntah, atau konstipasi, pusing, kesemutan, tremor, sakit
kepala, hipotensi, iriitasi kulitseperti kemerahan, atau bengkak di area suntikan atau
di kulit yang diolesi lidocaine
• Sediaan : Krim, salep, gel, suppositoria, semprot, suntik, tablet hisap, tetes telinga.
• Dosis : Anaestesi epidural : Suntikan di daerah saraf tulang belakang (anastersi
lumbal epidural, thoracic epidural, atau caudal): Dosis 250–300 mg sebagai larutan
1% untuk analgesik epidural lumbar/pinggang. Anestesi spinel : Suntikan daerah
saraf tulang belakang (spinal): Dosis 50 mg–100 mg sebagai larutan 5% tergantung
jenis operasi.
3. Kokain
• Indikasi : Digunakan sebagai anestesi topikal, terutama
untuk hidung tenggorokan
• Kontraindikasi : Pasien dengan riwayat alergi atau hipertensivitas
terhadap obat atau komponen larutan topikal
• Efek samping : Serangan jantung, kejang dan henti napas
• Sediaan : Oral (serbuk)
• Dosis : Kokain menginduksi toleransi terhadap efek obat
4. Ropivacaine
• Indikasi : Anestesi lokal
• Kontraindikasi : -
• Efek samping : Penglihatan kabur, nyeri dada atau ketidaknyamanan,
kebingungan, pusing, pingsan, atau pusing saat bangun tiba-tiba dari
posisi berbaring atau duduk, sakit kepala ringan, pusing, atau pingsan,
detak jantung lambat atau tidak teratur, berkeringat, kelelahan atau
kelemahan yang tidak biasa
• Sediaan : cairan suntikan
• Dosis : Dosis maksimum 28 mg/jam (14 mL/jam) jika pasien diberikan
pereda nyeri lain. Epidural toraks: 12–28 mg/jam (6–14 mL/jam) secara
berkelanjutan.
5. Prokain
• Indikasi : Anestesi lokal
• Kontraindikasi : Hipersensitivitas, blok jantung total. Tidak untuk diterapkan pada
permukaan yang meradang atau trauma, konsentrasi plasmakolinesterase rendah,
tidak untuk ditanamkan ke telinga tengah. Septicemia umum. Blok epidural atau
spinal tidakboleh digunakan pada pasien dengan penyakit serebrospinal, syok
kardiogenik/hipovolemik, atau kondisi koagulasi yang berubah.
• Efek samping : Reaksi alergi, nyeri dada atau detak jantung lambat atau tidak
teratur, pusing atau mengantuk, kecemasan atau kegelisahan, mual atau muntah,
dan gemetar atau kejang
• Sediaan : Injeksi
• Dosis :
*Anestesi infiltrasi perkutan
Dewasa: 350-600mg menggunakan larutan 0,25 atau 0,5%
*Blok saraf tepi
Dewasa: 500mg prokain HCI sebagai larutan 0,5%, 1% atau 2%. Hingga 1g dapat
digunakan.
6. Prilokain
• Indikasi : Anestesi local gigi
• Kontraindikasi : Hipersensitivitas. methaemoglobinaemia bawaan atau idiopatik,
masalah konduksi jantung serius, anemia berat, syok kardiogenik dan hipovolemik.
Sepsis di situs administrasi.
• Efek samping : Methaemoglobinaemia, reaksi kardiovaskular, porfiria, disfungsi
otot ocular, depresi kardiovaskular dan pernapasan, tinnitus, penglihatan kabur,
mualmuntah, kelemahan otot, nyeri punggung, mengantuk, disorientasi, pusing,
parestesia, hipertensidan reaksi bipersensitivitas
• Sediaan : Injeksi
• Dosis : Anestesi lokal: ≤500 mg; Untuk perawatan gigi = 40-80 mg Anestesi spinal:
40–60 mg. Dosis maksimal <70 kg = 8 mg/kgBB; <70 kg = 600 mg Anestesi epidural:
100–500 mg (tergantung area bius) Blok saraf perifer: 10–500 mg (tergantung area
bius). Dosis maksimal <70 kg = 8 mg/kgBB; <70 kg = 600 mg.
7. Tetracaine
• Indikasi : : Lebih sering digunakan untuk anestesi spinal, penggunaan topikal pada
mata dan nasofaring
• Kontraindikasi : Hindari pemberian pada pasien yang hipersensitif (reaksi
berlebihan atau sangat sensitif) terhadap kandungan dalam obat tersebut.
• Efek samping : : Pusing, tremor, bernapas terengah-engah, sakit kepala parah,
kesemutan,dll
• Sediaan : Obat Tetes Mata
• Dosis : Dewasa teteskan 0,5-1% larutan tetracaine

Anda mungkin juga menyukai