Anda di halaman 1dari 13

GURU DALAM PERSPEKTIF

SOSIOANTROPOLOGI

Ulfiana halimatus khasanah


pendidikan matematika
201400102
A. Pengertian dan Pemaknaan tentang Guru

 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 337), guru adalah


menusia yang tugasnya (profesinya) mengajar
 Menurut Vembrianto (1994: 21) dalam buku Kamus Pendidikan, guru
adalah pendidik professional di sekolah dengan tugas utama mengajar.
 Secara keprofesian formal, guru adalah sebuah jabatan akademik yang
memiliki tugas sebagai pendidik
Ada beberapa pendapat para ahli tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru disimpulkan bahwa
sifat-sifat guru itu pada dasarnya berkaitan dengan sifat kognitif, afektif, dan psikomotornya.

Tiga jenis kompetensi guru menurut Suyanto dan Hisyam (2000), yaitu:

1. Kompetensi professional, yang memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang
diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar didalam proses belajar
mengajar yang diselenggarakannya;

2. Kompetensi kemasyarakatan, yaitu mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru,
maupun masyarakat luas;

3. Kompetensi personal, yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah merumuskan empat jenis
kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu sebagai berikut:

1. Kompetensi pedagogic, yang dimaksud dengan kompotensi pedagogic adalah


kemampuan dalam pengelolaan peserta didik
2. Kompetensi kepribadian. Yang dimaksudkan dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian
3. Kompetensi sosial. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat
4. Kompetensi professional. Yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara meluas dan mendalam yang
WF Connell (1972)membedakan beberapa peran guru, yaitu:
1. Peran guru sebagai pendidik (nurturer).
2. Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak.
3. Peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam
pengalaman belajar.
4. Peran guru sebagai pelajar (leaner).
5. Peran guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat.
6. Guru sebagai administrator.
7. Peran guru dalam proses belajar mengajar sebagai
demonstrator.
8. Guru sebagai pengelola kelas (learning manager).
9. Guru sebagai mediator dan fasilitator .
10. Peran guru dalam pengadministrasian.
Menurut Djamarah, peranan pendidik (guru), adalah :
1. Sebagai korektor
2. Sebagai inspirator
3. Sebagai informatory
4. Sebagai organisator
5. Sebagai motivator
6. Sebagai inisiator
7. Sebagai fasilitator
8. Sebagai pembimbing
9. Sebagai demonstrator
10. Sebagai pengelola kelas
11. Sebagai mediator
12. Sebagai supervisor
13. Sebagai evaluator
Menurut Gagne, setiap guru berfungsi sebagai
1. Guru sebagai designer of instruction
untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar mengajar yang berhasil
guna dan berdaya guna.
2. Guru sebagai manager of instruction
untuk menghendaki kemampuan guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan
mengendalikan) seluruh tahapan proses belajar mengajar.
3. Guru sebagai evaluator of student learning
untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau
kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
4. Guru sebagai kedudukan terhormat
5. Guru sebagai profesi
tujuannya memberikan pelayanan kepada orang lain dengan imbalan atau gaji yang
ditentukan.
6. Guru sebagai Stataus Sosial
1. Hubungan Peran dan Kedudukan
Peranan dan Kedudukan
Kedudukan (status) merupakan salah satu unsure
baku dalam system lapisan, dan mempunyai arti yang
penting bagi system sosial.Sistem sosial adalah pola-
pola yang mengatur hubungan timbal balik antara
individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku
individu-indivudu tersebut (Linton, 1956: 105).
Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara
umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-
orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,
prestasinya, dan hak serta kewajiban.
Para sosiolog pada umumnya mengembangkan
dua macam kedudukan berikut:
a. Ascribed status, yaitu kedudukan seseorang
dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan rohaniah dan kemampuan.
b. Achieved status, adalah kedudukan yang dicapai
oleh seseorang dengan usaha-usaha yang
disengaja.
2. Teori Fungsionalais
Para penganut teori fungsionalis membahas
perihal kedudukan dan peran dalam kajian stratifikasi
sosial. Teori fungsionalis diajukan oleh Kingsley Davis
dan Wilbert Moore (Sanderson:278-279). Penjelasan
Davis dan Moore dikenal sebagai penjelasan
fungsionalais karena menekankan pada fungsi satatu
dalam masyarakat yang dinilai menunjang
kesinambungan masyarakat (Sunarto, 1985: 231-238).
Davis dan Moore berpendapat bahwa tingkatan posisi
sosial di masyarakat ditentukan oleh dua factor, yaitu (1)
kepentingan fungsional dan (2) kelangkaan personal.
3. Teori Kelompok Status
Teori kelompok status digagas oleh Max Weber. Weber percaya bahwa ada dua tipe
kelompok stratifikasi sosial yang berperan penting dalam setiap system strafikasi masyarakat,
yaitu kelompok status dan partai. Kelompok status didefinisikan oleh Weber sebagai kelompok
yang anggotanya mempunyai gaya hidup tertentu dan mempunyai tingkat penghargaan dan
kehormatan sosial tertentu. Weber mengidentifikasi tiga aspek stratifikasi, yaitu kekayaan,
kehormatan, dan gaya hidup. Dalam menganalisis stratifikasi sosial, Weber menggunakan konsep
lain yang dikenal dengan konsep batas sosial (social closure). Konsep batas sosial Weber
merupakan tambahan penting terhadap analisis Marxisme tentang system stratifikasi modern
4. Teori Para Sosiolog Muslim

Kedudukan dan peranan dalam sosiolog Islam dikaji secara satu paket oleh para sosiolog muslim dengan
kajian stratifikasi sosial. Gagasan mengenai stratifikasi sosial dalam ilmu sosiol Islam berbeda dengan gagasan
mengenai stratifikasi sosial dalam ilmu sosial Barat modern. Istilah Al-Quran, sebagai sumber teori stratifikasi
sosial Islam, yang berkenaan dengan makna stratifikasi sosial adalah darajah dan thabaqah. Istilah tersebut
digunakan untuk menunjukan suatu golongan masyarakat. Dalam kesustraan Arab klasik, kata ini tidak
mengandung arti suatu kelompok berpendapatan khusus, dan digunakan untuk menyebut suatu masyarakat yang
beragam kriteria pikirannya (Baalbaki, 2001: 540). Sementara itu, gagasan tentang perbedaan dan stratifikasi sosial
terisyarat dari Al-Quran, Surat Az-Zukhruf ayat 32:
“ Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.”
Sebelum Islam datang, di Arab stratifikasi sosial- stratifikasi sosial sudah ada. Namun, yang diajarkan oleh Islam
adalah tidak ada stratifikasi sosial, kecuali ketakwaan.
THANKYOU
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai