Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI PERAN APOTEKER

SESUAI PERMENKES NO 003 TAHUN


2010
KELOMPOK 7
INDRI FIRMA WATI (20-086)
SYAMSU DHUHA (20-101)
RACHMAN ADJI P (20-107)
Bentuk pelayanan kesehatan dalam ruang
lingkup SJ

• Preventif
• Promotif
• Rehabilitatif
• Paliatif
• Kuratif (hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis
pasien sebagai komplementeralternatif)
Pelaksanaan penerapan SJ pada fasilitas
pelayanan kesehatan
Menurut PERMENKES NO 003/2010. Fasilitas pelayanan
kesehatan meliputi:
• a. Klinik pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan.
• b. Klinik Jamu.
• c. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan
Tradisional (SP3T).
• d. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM)/Loka
Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM).
• e. Rumah Sakit yang ditetapkan
Keberadaan tenaga kefarmasian dalam
pelayanan kefarmasian
• Sesuai pasal 8 ayat 2, Keberadaan tenaga kefarmasian SJ
diwajibkan dalam pelayanan kefarmasian terutama pada klinik
jamu tipe A. tenaga yang dimaksud adalah asisten apoteker
• Terkait pelayanan kefarmasian, klinik tipe A tersebut harus dilengkapi
dengan ruangan peracikan, penyimpanan jamu, laboratorium
sederhana dan ruang apotek jamu (Pasal 8 ayat 3).

• Klinik pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman


Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan ditetapkan
sebagai Klinik Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan berdasarkan
Peraturan Menteri ini dan mengikuti ketentuan persyaratan Klinik
Jamu Tipe A (pasal 7 ayat 3).
Implementasi peran apoteker SJ dalam pelayanan
kefarmasian sesuai Permenkes 003/2010
• pembuatan/penyediaan simplisia • Menerapkan pekerjaan
dan penyimpanan, kefarmasian dalam saintifikasi
• pelayanan resep mencakup jamu (Pasal 8 ayat 3)
skrining resep, • Pengadaan jamu berkualitas (BAB
• penyiapan obat, 2 pasal 3)
• peracikan, • Penyimpanan dan distribusi jamu

• pemberian etiket,
(Pasal 8 ayat 3)
• Melakukan Pharmaceutical care
• pemberian kemasan obat,
(BAB 2 pasal 3)
• penyerahan dan Informasi obat,
• Melakukan Pharmaceutical record
• konseling.
(BAB 2 pasal 14)
• monitoring penggunaan obat. • Pengembangan produk saintifikasi
• promosi dan edukasi, home care. jamu
• pencatatan dan pelaporan • (BAB 2 pasal 2)
(Suharmiati, 2011) (Aditama, 2015)
DAPUS
• PERMENKES NO 003 TAHUN 2010
• Suharmiati dkk. 2011. Kajian Hukum Peran “Apoteker”
dalam Saintifikasi Jamu.
• Aditama, Tjoga Tcandra. 2014. Jamu dan Kesehatan.
Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes.
• BAB 2 pasal 2
• Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi
dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam
rangka upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif
melalui penggunaan jamu.
• BAB 2 pasal 3
• Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki
khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan
secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam
fasilitas pelayanan kesehatan.
• Pasal 4
• Jamu harus memenuhi kriteria: a. aman sesuai dengan
persyaratan yang khusus untuk itu; b. klaim khasiat
dibuktikan berdasarkan data empiris yang ada; dan c.
memenuhi persyaratan mutu yang khusus untuk itu.
• Pasal 14
• Tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang melakukan
penelitian berbasis pelayanan jamu kepada pasien harus
melakukan pencatatan dalam rekam medis (medical
record).

Anda mungkin juga menyukai