Anda di halaman 1dari 67

KONSEP PENGKAJIAN

DAN PEMERIKSAAN FISIK


Ns. Hana Nafiah, S.Kep.,MNS
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan Fisik  Pemeriksaan tubuh  Tujuan :


pasien secara keseluruhan atau hanya
1. Menentukan status kesehatan klien
bagian tertentu yang dianggap perlu oleh
tenaga kesehatan yang bersangkutan 2. Identifikasi/menegakkan diagnose
 Merupakan bagian dari pengkajian 3. Mengambil data dasar untuk
keperawatan menentukan rencana tindakan
Metode Pemeriksaan Fisik

Inspeksi Auskultasi

Perkusi Palpasi
Inspeksi

 Proses observasi yg dilaksanakn secara sistematik


 Menggunakan indra penglihatan dan penciuman 
mengumpulkan data
 Dimulai saat interaksi
 Fokus : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris
 Bandingkan hasil normal dan abnormal
Palpasi

 Teknik menggunakan indera peraba (tangan dan jari-jari)


 Data yg dpt dikumpulkan : temperatur, turgor, bentuk,
kelembaban & vibrasi
 Langkah-langkah :
1. ciptakan lingkungan yg kondusif, nyaman
2. tangan perawat harus kering dan hangat, kuku jari2dipotong
pendek
3. bagian nyeri dipalpasi paling akhir
 Palpasi dangkal banyak digunakan dalam pengkajian
 Dengan cara rapatkan ujung-ujung jari tangan yang akan digunakan,
 tekan daerah yang diperiksa sedalam 1-2 cm dengan perlahan.

 Palpasi dalam dikerjakan untuk merasakan isi abdomen yang dapat dilakukan dengan dua
tangan sehingga disebut bimanual yang diletakan diperut klien sedalam 4-5 cm.
Perkusi

 Pemeriksaan dgn jalan mengetuk utk membandingkan kiri dan


kanan pd setiap daerah permukaan tubuh dgn tujuan utk
menghasilkan suara.
 Tujuan : identfikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi
jaringan
 Suara-suara yg dihasilkan :
 Sonor : suara perkusi jaringan normal
 Redup : lebih padat atau konsolidasi paru  pneumonia
Cara kerja perkusi adalah sebagai berikut:
 Buka/ lepaskan pakaian klien sesuai yang diperlukanLuruskan 3 jari tangan kiri (jari
telunjuk, tengah dan manis),
 tekan bagian ujung jari dan letakkan dengan kuat pada permukaan yang diperkusi,
upayakan jari-jari yang lain tidak menyentuh permukaan karena akan mengaburkan suara.
 Lenturkan jari tengah tangan kanan ke atas dengan lengan bawah relaks.
 Pertahankan kelenturan tangan pada pergelangan tangan.
 Gerakkan pergelangan tangan dengan cepat, jelas dan relaks serta ketukkan ujung jari
tengah tangan kanan pada jari tengah tangan kiri, arahkan pada ujung jari tengah tangan
kiri (setelah batas kuku) di mana tekanan yang mendesak pada yang diperkusi paling besar
Suara Perkusi

Suara Nada Intensitas Durasi Kualitas Lokasi


Datar Tinggi Lembut Pendek Absolut Normal : paha,
Sternum

Tidak Jelas Abnormal :


(Dulness) paru-paru,
Atelektatik,
Masa Padat

Tidak tajam Medium Medium Moderat Seperti suara Normal :


(Dull) pukulan/ jatuh, Hati;organ2
pendek lain; kandung
kencing penuh
Abnormal :
efusi pleura,
asites
Suara Nada Intensitas Durasi Kualitas Lokasi
Resonan/ Rendah Keras Moderat/ Kosong Normal : Paru2
Gaung Panjang
Hiper- Sangat rendah Sangat keras Panjang Berdebam Abnormal :
Resonan Emfisime Paru
Tympani Tinggi Keras Panjang Seperti Normal :
Drum Gelembung
Udara
/Lambung
Abnormal :
Abdomen
distensi udara
 Pitch (atau frekuensi) adalah jumlah vibrasi atau siklus per detik (cycles per second/cps).
 Vibrasi cepat menghasilkan nada dengan pitch yang tinggi, sedangkan vibrasi lambat
menghasilkan nada pitch yang rendah.
 Amplitudo (atau intensitas) menentukan kerasnya suara. Makin besar amplitude, makin
keras suara.
 Durasi adalah panjangnya waktu di mana suara masih terdengar.
 Kualitas (atau timbre, harmonis, atau overtone) adalah konsep subyektif yang digunakan
untuk menggambarkan variasi akibat overtone suara yang tertentu.
Askultasi

 Kemampuan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru,


jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen.
 Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan
pada suatu pemeriksaan.
 Auskultasi dilakukan dengan stetoskop
 Area Auskultasi : suara jantung, suara tekanan darah (suara
Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus,
dan suara organ tubuh
Persiapan untuk pemeriksaan

 Langkah-langkan penting pada persiapan ini meliputi hal-hal berikut:


1. mengumpulkan peralatan,
2. menyiapkan tempat, dan
3. menjamin keselamatan pasien
Persiapan Alat
Peralatan yang Perlu disiapkan

 Pena cahaya atau senter digunakan untuk cek kulit dan respon pupil terhadap cahaya dan
untuk sumber cahaya tangensial menerangi dada danabdomen dariri sisi samping.
 Penggaris atau meteran,lebih disukai jika menggunakan satuan centimeter, untuk
mengukur ukuran mola atau abnormalitas kulit lainnya, abdomen, tinggi fundus dan
keliling tangan.
 Sarung tangan dan masker atau kaca mata pelindung/goggles sesuai aturan Centers for
Disease Control (CDC) untuk situasi tertentu.
 Otoskop dan oftalmoskop untuk memeriksa telinga dan mata (jika otoskop tidak dilengkapi
dengan spekulum pendek, maka diperlukan spekulum nasal).
 Depresor lidah untuk menggerakkan atau menahan lidah pada saat memeriksa orofaring.
 Stetoskop (dengan bel dan diafragma) untuk auskultasi paru-paru, jantung dan saluran
cerna.
 Palu reflex untuk menguji reflex tendon
 Beberapa benda untuk menguji saraf cranial (misalnya uang logam, peniti, kancing dll)
Peralatan tambahan yang diperlukan untuk menilai tanda-tanda vital (vital signs) antara lain:
 Thermometer untuk mengetahui temperature
 Sfigmomanometer untuk mengetahui tekanan darah
 Jam dengan jarum penunjuk detik atau jam digital untuk menghitung kecepatan detak
jantung (nadi) dan pernafasan.
 Skala untuk mengukur berat bada
PENGKAJIAN
PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOO
Prinsip umum dari pemeriksaan fisik

 adalah dilakukan secara komprehensif.  Pengambilan tindakan yang sesuai dgn


masalah klien
Hal-hal yang harus dipertimbangkan
yaitu:  Pasien dalam posisi duduk/sesuai jenis
pemeriksaan
 Penjagaan kesopanan
 Hanya membuka bagian tubuh yg diperiksa,
 Cara mengadakan hubungan dengan menutup bag.lain
pasien
 Sistematis
 Pencahayaan dan lingkungan yang  Bandingkan satu bag tubuh dgn bag. Tubuh
memadai lain
 Tahap pertumbuhan/perkembangan pasien  Penjelasan sederhana kpd klien
 Pencatatan data  Data didokumentasikan dgn tepat (DO & DS
PEMERIKSAAN KULIT, RAMBUT DAN
KUKU:
 KULIT:
 Tujuan: 
• Untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit
• Untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka
    Tindakan:
1. I =  Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan),
edema, dan distribusi rambut kulit.
2. P = Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus, suhu
: akral dingin atau hangat.
 RAMBUT:
 Tujuan:
• Untuk menbetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut
• Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor
 Tindakan:         
1. I = disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang
2. P = mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus
 KUKU:
 Tujuan:
• Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
• Untuk mengetahui kapiler refill
 Tindakan:
1. I =  catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk:
clubbing karena hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi
fe/anemia fe
2. P = catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia
lambat s/d 5-15 detik.
 PEMERIKSAAN KEPALA:
 Tujuan:
• Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala
• Untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala
 Tindakan:
1. I =  Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke kanan
atau ke kiri itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
2. P = Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai
kebutuhan
 MATA:
 Tujuan:
• Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan pengelihatan, visus dan otot-otot mata)
• Untuk mengetahui adanya kelainan atau peradangan pada mata
 Tindakan:
1. I =  Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip
baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor ka,ki (normal), miosis/mengecil, pin
point/sangat kecil (suspek SOL),  medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah
meninggal)
 Inspeksi gerakan mata:  Inspeksi medan pengelihatan:

1. Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke 1. Berdirilah didepan pasien


depan 2. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan
menutup mata yang tidak di periksa
2. Amati adanya nistagmus/gerakan bola
mata ritmis(cepat/lambat) 3. Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan
memfokuskan pada satu titik pandang, misal:
3. Amati apakah kedua mata memandang ke pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.
depan atau ada yang deviasi 4. Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan
4. Beritahu pasien untuk memandan dan kedepan hidung pemeriksa kemudian tarik atau
jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien
mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala mengatakan kapan dan dititik mana benda mulai
pasien tetap lalu gerakkan jari ke 8 arah tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik
untuk mengetahui fungsi otot-otot mata. untuk hasil akurat). 
 Pemeriksaan visus mata:
1. Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar)
2. Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai kebijakkan masing ada yang 6 dan 7
meter).
3. Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.
4. Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri
5.  Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar sampai yang terkecil yang dapat
dibaca dengan jelas oleh pasien.
6.  Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.
Misal: hasil visus:
• OD (Optik Dekstra/ka): 5/5  Berarti : pada jarak 5 m, mata masih bisa melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat/dibaca pada
jarak 5 m
• OS (Optik Sinistra/ki) : 5/2  Berarti : pada jarak 5 m, mata masih dapat melihat/membaca yang seharusnya di baca pada jarak 2
m.
 P = Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada
peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya
nyeri tekan
 HIDUNG:
 Tujuan:
• Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
• Untuk mendetahui adanya inflamasi/sinusitis
 Tindakan:
1. I =  Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret
2. P = Apakah ada nyeri tekan, massa
  TELINGA
 Tujuan:
• Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
• Untuk mengetahui fungsi pendengaran
 Tindakan:
1. Telinga luar:
 I = Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy.
 P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
2. Telinga dalam:
Note : Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
        Anak     :  Daun telinga ditarik kebawah
I = Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan memberan timpani (warna, bentuk) adanya serumen, peradangan dan benda asing,
dan darah.
Pemeriksaan pendengaran:

1)      Pemeriksaan dengan bisikan 2)      Pemeriksaan dengan arloji


1. Mengatur pasien berdiri membelakangi 1. Mengatur susasana tenang.
pemeriksa pada jarak 4-6 m
2. Pegang sebuah arloji disamping telinga
2. Mengistruksikan pada klien untuk menutup klien.
salah satu telinga yang tidak diperiksa.
3. Menyuruh klien menyatakan apakah
3. Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”
mendengar suara detak arloji.
4. Menyuruh pasien mengulangi apa yang
didengar 4. Memimndahkan arloji secara berlahan-
lahan menjauhi. telinga dan suruh pasien
5. Melakukan pemeriksaan telinga yang satu menyatakan tak mendengar lagi.
6. Bandingkan kemempuan mendengar telinga
5. Normalnya pada jarak 30 cm masih
ka.ki
dapat didengar.
 Pemeriksaan dengan garpu tala:

a.      Tes Rinne
1. Pegang garpu tala (GT) pada tangkainya dan
pukulkan ketelapak tangan
2. Letakkan GT pada prosesus mastoideus klien
3. Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa
sewaktu tidak merasakan getaran
4. Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan
didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm, dengan
posisi parallel dengan daun telinga.
5. Mengistrusikan pada klien apakah masih
mendengara atau tidak.
6. Mencatat hasil pemeriksaan
b.      Tes Weber
1. Pegang GT pada tangkainya dan
pukulkan pada telapak tangan atau  jari
2. Letakkan tangkai GT di tengah puncak
kepala/os. Frontalis atas.
3. Tanayakan pada klien apakah bunyi
terdengar saama jelas antara telinga ka.ki
atau hanya jelas pada satu sisi saja.
4. Mencatat hasil pemeriksaan
    Tes Swebeck
1. Untuk mengetahui membandingkan
pendengaran pasien dengan pemeriksa
2. Dekatkan GT pada telinga klien
kemudian dengan cepat di dekatkan ke
telinga pemeriksa.
 MULUT DAN FARING:
 Tujuan:
• Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
• Untuk mengetahui kebersihan mulut
• Tindakan:
1. I = Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakkan, lesi.
Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Inspeksi mulut dalam dan  faring:
• Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan adanya lesi
• Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi
• Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta klien
menjulurkan lidah dan berkata “AH”  amati ovula/epiglottis simetris tidak terhadap faring, amati tonsil
meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
2. P = Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor,
pembengkakkan dan nyeri.
 Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk dengan memekai
handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata “EL”  sambil menjulurkan lidah,
pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu jari
menahan dagu. Catat apakah ada respon nyeri pada tindakan tersebut.
 LEHER
 Tujuan:
• Untuk menentukan struktur integritas leher
• Untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan
• Untuk memeriksa sistem limfatik
 Tindakkan:
1.   I = Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
 Amati adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan adanya
massa
 Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping ka,ki.
 Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi ka.ki), dan
merotasi- amati apakah bisa dengan mudah dan apa ada respon nyeri.
2. P = Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien
menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk,
permukaanya.)
 Palpasi trachea apakah kedudukkan trachea simetris atau tidak.
DADA/THORAX

 PARU/PULMONALIS
 Tujuan:
• Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru
• Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan
• Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil fremitus.
• Untuk mengetahui batas paru dengan organ disekitarnya
• Mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran udara
 INSPEKSI
I =  Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
 Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
 P = Palpasi ekspansi paru:

1. Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan pasien menarik
nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.

2. Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari ka.ki di
dekatkan jangan samapai  menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien
kembali menarik nafas dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.

Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:

3. Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra scapula (posisi posterior) .

4. Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada rendah)

5. Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke posisi ka.ki
kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.

6. Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru

7. Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah

8. Ulangi/lakukkan pada dada anterior              


 Perkusi =
1. Atur pasien dengan posisi supinasi
2. Untuk perkusi anterior dimulai batas
clavikula lalu kebawah sampai intercosta
5 tentukkan batas paru ka.ki (bunyi paru
normal : sonor seluruh lapang paru,
batas paru hepar dan jantung: redup)
3. Jika ada edema paru dan efusi plura
suara meredup.
 Aus/auskultasi =
 Gunakkan diafragma stetoskop untuk
dewasa dan bell pada anak
 Letakkan stetoskop pada interkostalis,
menginstruksikkan pasien untuk nafas
pelan kemudian dalam dan dengarkkan
bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels
JANTUNG/CORDIS

 I =  Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah
xifoideus.
 P = Merasakan adanya pulsasi
1. Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium interkosta ke-
2 kiri letak pulmonal kiri.
2. Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati
adanya pulsasi
3. Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri dimana akan
ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat
pada area ini.
4. Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
 Pe =
1. Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,
2. Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
3. Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung
4. Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
 Aus =
1. Menganjurkkan pasien bernafas normal dan
menahanya saat ekspirasi selesai
2. Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan
stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil menekan
arteri carotis
• Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari
menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan
tikuspidalis pada waktu sistolik.
• Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi
meutupnya katub semilunaris (aorta dan pulmonalis)
pada saat diastolic.
• Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-
CEE…”  S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-
DUB”.
 PERUT/ABDOMEN
 Tujuan:
• Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
• Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus
• Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen
 Tindakkan:
1. A= Dengarkan bising usus
2. I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya
asites.
3. P = Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen
secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
4.  Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual/2 tangan.
  LIMPA:
1. Metode yang digunakkan seperti pada
pemeriksaan hapar

 HEPAR: 2. Anjurkan pasien miring kanan dan


letakkan tangan pada bawah interkosta
1. Letakkan tangan pemeriksa dengan kiri dan minta pasien mengambil nafas
posisi ujung jari keatas pada bagian dalam kemudian tekan saat inhalasi
hipokondria kanan, kira;kira pada tenntukkan adanya limpa.
interkosta ke 11-12
3. Pada orang dewasa normal tidak teraba
2. Tekan saat pasien inhalasi kira-kira
sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ
hepar. Kaji hepatomegali.
   RENALIS:
1. Untuk palpasi ginjal kanan letakkan
tangan pada atas dan bawah perut
setinggi Lumbal 3-4 dibawah kosta
kanan.
2. Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan
setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
3. Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien
inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan
bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri.
GENETALIA
 TUJUAN
• Untuk mengetahui adanya lesi
• Untuk mengetahui adanya infeksi (gonorea, shipilis, dll)
• Untuk mengetahui kebersihan genetalia
 §  Genetalia laki-laki:  §  Genetalia wanita:
1. I = Amati penis mengenai kulit, ukuran dan 1. I = Inspeksi kuantitas dan penyebaran
kelainan lain. pubis merata atau tidak
• Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka • Amati adanya lesi, eritema,
prepusium dan amati kepala penis adanya keputihan/candidiasis
lesi
1. P = Tarik lembut labia mayora dengan
• Amati skrotum apakah ada hernia inguinal,
jari-jari oleh satu tangan untuk
amati bentuk dan ukuran
mengetahui keadaan clitoris, selaput
1. P = Tekan dengan lembut batang penis dara, orifisium dan perineum.
untuk mengetahui adanya nyeri
• Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu
jari
REKTUM DAN ANAL
 Tujuan:
• Untuk mengetahui kondisi rectum dan anus
• Untuk mengetahui adanya massa pada rectal
• Untuk mengetahui adanya pelebaran vena pada rectal/hemoroid
 Tindakkan:
1. Posisi pria sims/ berdiri setengah membungkuk, wanita dengan posisi litotomi/terlentang
kaki di angkat dan di topang.
2. Inspeksi jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji adanya lesi dan ulkus
3. Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke rectal dan rasakan adanya nodul
dan atau pelebaran vena pada rectum.
PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
 Tujuan:
• Untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
• Untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan gangguan-gangguan pada daerah tertentu.
 Tindakkan:
 MUSKULI/OTOT:
• Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada
perbedaan dengan meteran)
• Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya
kelemahan dan kontraksi tiba-tiba
• Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan
pemeriksa dan bandingkan tangan ka.ki
• Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan
bawah, suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari yang
lemah sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
 TULANG/OSTIUM:  PERSENDIAAN/ARTICULASI:
1. Amati kenormalan dan abnormalan 1. Inspeksi semua persendian untuk
susunan tulang mengetahui adanya kelainan sendi.
2. Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri 2. Palpasi persendian apakah ada nyeri
tekan dan pembengkakka tekan
3. Kaji range of  mosion/rentang gerak
(abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi,
dll)
  PEMERIKSAAN SISTEM NEUROLOGI
 Tujuan:
 Untuk mengetahui integritas sistem persyrafan yang meliputi fungsi nervus cranial,
sensori, motor dan reflek.
 Tindakkan:
 §  Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)
Syaraf Pemeriksaan
  I. Meminta pasien membau aroma kopi dan vanilla atau aroma lain
Olfaktorius/penciuman: yang tidak menyengat. Apakah pasien dapat mengenali aroma.
II. Meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali
Opticus/pengelihatan: benda-benda disekitar, jelas atau tidak.
III. Kaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya 
Okulomotorius/kontriks dan akomodasinya.
i dan dilatasi pupil:
   IV. Kaji arah tatapan, minta pasien melihat k etas dan bawah
Trokhlear/gerakkan
bola mata ke atas dan
bawah:
V. Sentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji reflek
Trigeminal/sensori kornea (reflek nagatif (diam)/positif (ada gerkkan))
kulit wajah, pengerak Ukur sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada wajah  kaji nyeri
otot rahang: menyilang pada kuit wajah
Kaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi
otot-otot rahang

VI. Kaji arah tatapan, minta pasien melihat kesamping ki.ka


Abdusen/gerakkan
bola mata
menyamping:
 VII.  Meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah,
 Facial/ekspresi wajah menggembungkan pipi, menaikan dan menurunkan alis mata,
dan pengecapan: perhatikkan kesimetrisanya.
 VIII.  kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, suruh klien
Auditorius/pendengar mengulangi kata/kalimat.
an:
 IX. Meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada
Glosofaringeal/pengecapan, bagian pangkal lidah.
kemampuan menelan, Gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek  gag”
gerakan lidah: Meminta klien untuk mengerakkan lidahnya

X. Suruh pasien mengucapkan “ah”  kaji gerakkan palatum dan


Vagus/sensasi faring, faringeal
gerakan pita suara: Periksa kerasnya suara pasien

 XI. Meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala


 Asesorius/gerakan kepala kearah yang ditahan oleh pemeriksa, kaji dapatkah klien
dan bahu: melawan tahanan yang ringan
 XII.  Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah
Hipoglosal/posisi lidah: dan menggerakkan ke berbagai sisi.
 Pengkajian syaraf sensori:
 Tindakkan:
• -         Minta klien menutup mata
• -         Berikkan rasangan pada klien:
1. Nyeri superficial: gunakkan jarum tumpul dan tekankan pada kulit pasien pada titik-titik
yang pemeriksa inginkan, minta pasien untuk mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian
mana
2. Suhu: sentuh klien dengan botol panas dan dingin, suruh pasien mengatakkan sensasi yang
direasakan.
3. Vibrasi: tempelkan garapu tala yang sudah di getarakan dan tempelkan pada falangeal/ujung
jari, meminta pasien untuk mengatakkan adanya getaran.
4. Posisi: tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan gerakkan naik-turun kemudian
berhenti suruh pasien mengtakkan diatas/bawah.
5. Stereognosis: berikkan pasien benda familiar ( koin atau sendok) dan berikkan waktu
beberapa detik, dan suruh pasien untuk mengatakkan benda apa itu.
Pengkajian Reflek

 Refleks Bisep
1. Fleksikan lengan klien pada bagian siku
sampai 45 derajat, dengan posisi tangan
pronasi (menghadap ke bawah)
2. Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa
antekkubital di dasar tendon bisep dan
jari-jari lain diatas tendon bisep
3. Pukul ibu jari anda dengan reflek
harmmer, kaji refleks
  Refleks Trisep
1. Letakkan lengan tangan bawah pasien
diatas tangan pemeriksa
2. Tempatkan lengan bawah diantara fleksi
dan ekstensi
3. Meminta pasien untuk merilekkan
lengan
4. Raba terisep untuk mmeastikan otot
tidak teggang
5. Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji
reflek
  Refleks Patella
1. Minta pasien duduk dan tungkai
menggantung di tempat tidur/kursi
2. Rilexkan pasien dan alihkan perhatian
untuk menarik kedua tangan di depan
dada
3. Pukul tendo patella, kaji refleks
  Refleks Brakhioradialis
1. Letakkan lengan tangan bawah pasien
diatas tangan pemeriksa
2. Tempatkan lengan bawah diantara fleksi
dan ekstensi serta sedikit pronasi
3. Pukul tendo brakhialis pada radius
bagian distal dengan bagian datar
harmmer, catat reflex.
  Reflex Achilles
1. Minta pasien duduk dan tungkai
menggantung di tempat tidur/kursi
seperti pada pemeriksaan patella
2. Dorsofleksikan telapak kaki dengan
tangan pemeriksa
3. Pukul tendo Achilles, kaji reflek
 Reflex Plantar (babinsky)
1. Gunakkan benda dengan ketajaman yang
sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick
harmmer
2. Goreskan pada telapak kaki pasien
bagian lateral, dimulai dari ujung telapak
kaki sampai dengan sudut telapak jari
kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek
positif telapak kaki akan tertarik ke
dalam.
 Refleks Kutaneus
a)      Gluteal
• Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya
• Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas
• Reflek positif spingter ani berkontraksi
  
Abdominal
• Minta klien berdiri/berbaring
• Tekan kulit abdomen dengan benda
berujung kapas dari lateal ke medial, kaji
gerakkan reflek otot abdominal
• Ulangi pada ke-4 kuadran (atas ki.ka dan
bawah ki.ka
Kremasterik/pada pria
• Tekan bagian paha atas dalam
menggunakkan benda berujung kapas
• Normalnya skrotum akan
naik/meningkat pada daerah yang
dirangsang

Anda mungkin juga menyukai