Inspeksi Auskultasi
Perkusi Palpasi
Inspeksi
Palpasi dalam dikerjakan untuk merasakan isi abdomen yang dapat dilakukan dengan dua
tangan sehingga disebut bimanual yang diletakan diperut klien sedalam 4-5 cm.
Perkusi
Pena cahaya atau senter digunakan untuk cek kulit dan respon pupil terhadap cahaya dan
untuk sumber cahaya tangensial menerangi dada danabdomen dariri sisi samping.
Penggaris atau meteran,lebih disukai jika menggunakan satuan centimeter, untuk
mengukur ukuran mola atau abnormalitas kulit lainnya, abdomen, tinggi fundus dan
keliling tangan.
Sarung tangan dan masker atau kaca mata pelindung/goggles sesuai aturan Centers for
Disease Control (CDC) untuk situasi tertentu.
Otoskop dan oftalmoskop untuk memeriksa telinga dan mata (jika otoskop tidak dilengkapi
dengan spekulum pendek, maka diperlukan spekulum nasal).
Depresor lidah untuk menggerakkan atau menahan lidah pada saat memeriksa orofaring.
Stetoskop (dengan bel dan diafragma) untuk auskultasi paru-paru, jantung dan saluran
cerna.
Palu reflex untuk menguji reflex tendon
Beberapa benda untuk menguji saraf cranial (misalnya uang logam, peniti, kancing dll)
Peralatan tambahan yang diperlukan untuk menilai tanda-tanda vital (vital signs) antara lain:
Thermometer untuk mengetahui temperature
Sfigmomanometer untuk mengetahui tekanan darah
Jam dengan jarum penunjuk detik atau jam digital untuk menghitung kecepatan detak
jantung (nadi) dan pernafasan.
Skala untuk mengukur berat bada
PENGKAJIAN
PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOO
Prinsip umum dari pemeriksaan fisik
a. Tes Rinne
1. Pegang garpu tala (GT) pada tangkainya dan
pukulkan ketelapak tangan
2. Letakkan GT pada prosesus mastoideus klien
3. Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa
sewaktu tidak merasakan getaran
4. Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan
didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm, dengan
posisi parallel dengan daun telinga.
5. Mengistrusikan pada klien apakah masih
mendengara atau tidak.
6. Mencatat hasil pemeriksaan
b. Tes Weber
1. Pegang GT pada tangkainya dan
pukulkan pada telapak tangan atau jari
2. Letakkan tangkai GT di tengah puncak
kepala/os. Frontalis atas.
3. Tanayakan pada klien apakah bunyi
terdengar saama jelas antara telinga ka.ki
atau hanya jelas pada satu sisi saja.
4. Mencatat hasil pemeriksaan
Tes Swebeck
1. Untuk mengetahui membandingkan
pendengaran pasien dengan pemeriksa
2. Dekatkan GT pada telinga klien
kemudian dengan cepat di dekatkan ke
telinga pemeriksa.
MULUT DAN FARING:
Tujuan:
• Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
• Untuk mengetahui kebersihan mulut
• Tindakan:
1. I = Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakkan, lesi.
Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Inspeksi mulut dalam dan faring:
• Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan adanya lesi
• Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi
• Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta klien
menjulurkan lidah dan berkata “AH” amati ovula/epiglottis simetris tidak terhadap faring, amati tonsil
meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
2. P = Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor,
pembengkakkan dan nyeri.
Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk dengan memekai
handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata “EL” sambil menjulurkan lidah,
pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu jari
menahan dagu. Catat apakah ada respon nyeri pada tindakan tersebut.
LEHER
Tujuan:
• Untuk menentukan struktur integritas leher
• Untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan
• Untuk memeriksa sistem limfatik
Tindakkan:
1. I = Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
Amati adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan adanya
massa
Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping ka,ki.
Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi ka.ki), dan
merotasi- amati apakah bisa dengan mudah dan apa ada respon nyeri.
2. P = Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien
menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk,
permukaanya.)
Palpasi trachea apakah kedudukkan trachea simetris atau tidak.
DADA/THORAX
PARU/PULMONALIS
Tujuan:
• Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru
• Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan
• Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil fremitus.
• Untuk mengetahui batas paru dengan organ disekitarnya
• Mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran udara
INSPEKSI
I = Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
P = Palpasi ekspansi paru:
1. Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan pasien menarik
nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.
2. Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari ka.ki di
dekatkan jangan samapai menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien
kembali menarik nafas dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.
3. Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra scapula (posisi posterior) .
5. Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke posisi ka.ki
kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
I = Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah
xifoideus.
P = Merasakan adanya pulsasi
1. Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium interkosta ke-
2 kiri letak pulmonal kiri.
2. Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati
adanya pulsasi
3. Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri dimana akan
ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat
pada area ini.
4. Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
Pe =
1. Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,
2. Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
3. Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung
4. Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
Aus =
1. Menganjurkkan pasien bernafas normal dan
menahanya saat ekspirasi selesai
2. Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan
stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil menekan
arteri carotis
• Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari
menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan
tikuspidalis pada waktu sistolik.
• Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi
meutupnya katub semilunaris (aorta dan pulmonalis)
pada saat diastolic.
• Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-
CEE…” S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-
DUB”.
PERUT/ABDOMEN
Tujuan:
• Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
• Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus
• Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen
Tindakkan:
1. A= Dengarkan bising usus
2. I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya
asites.
3. P = Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen
secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
4. Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual/2 tangan.
LIMPA:
1. Metode yang digunakkan seperti pada
pemeriksaan hapar
Refleks Bisep
1. Fleksikan lengan klien pada bagian siku
sampai 45 derajat, dengan posisi tangan
pronasi (menghadap ke bawah)
2. Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa
antekkubital di dasar tendon bisep dan
jari-jari lain diatas tendon bisep
3. Pukul ibu jari anda dengan reflek
harmmer, kaji refleks
Refleks Trisep
1. Letakkan lengan tangan bawah pasien
diatas tangan pemeriksa
2. Tempatkan lengan bawah diantara fleksi
dan ekstensi
3. Meminta pasien untuk merilekkan
lengan
4. Raba terisep untuk mmeastikan otot
tidak teggang
5. Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji
reflek
Refleks Patella
1. Minta pasien duduk dan tungkai
menggantung di tempat tidur/kursi
2. Rilexkan pasien dan alihkan perhatian
untuk menarik kedua tangan di depan
dada
3. Pukul tendo patella, kaji refleks
Refleks Brakhioradialis
1. Letakkan lengan tangan bawah pasien
diatas tangan pemeriksa
2. Tempatkan lengan bawah diantara fleksi
dan ekstensi serta sedikit pronasi
3. Pukul tendo brakhialis pada radius
bagian distal dengan bagian datar
harmmer, catat reflex.
Reflex Achilles
1. Minta pasien duduk dan tungkai
menggantung di tempat tidur/kursi
seperti pada pemeriksaan patella
2. Dorsofleksikan telapak kaki dengan
tangan pemeriksa
3. Pukul tendo Achilles, kaji reflek
Reflex Plantar (babinsky)
1. Gunakkan benda dengan ketajaman yang
sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick
harmmer
2. Goreskan pada telapak kaki pasien
bagian lateral, dimulai dari ujung telapak
kaki sampai dengan sudut telapak jari
kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek
positif telapak kaki akan tertarik ke
dalam.
Refleks Kutaneus
a) Gluteal
• Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya
• Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas
• Reflek positif spingter ani berkontraksi
Abdominal
• Minta klien berdiri/berbaring
• Tekan kulit abdomen dengan benda
berujung kapas dari lateal ke medial, kaji
gerakkan reflek otot abdominal
• Ulangi pada ke-4 kuadran (atas ki.ka dan
bawah ki.ka
Kremasterik/pada pria
• Tekan bagian paha atas dalam
menggunakkan benda berujung kapas
• Normalnya skrotum akan
naik/meningkat pada daerah yang
dirangsang