No RM: Umur : 26th Jenis kelamin : L Diagnosis/ kasus : Keselamatan Kerj a Pada Pekerja Bangunan
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya wajib) Ke-Islaman* Etika/ moral Medikolegal Sosial Ekonomi Aspek lain (K3) Resume kasus
Tn. W merupakan warga Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman adalah
buruh bangunan yang bekerja sebagai bidang pelaksanaan dari CV Adijaya Caloka. Tn. W bersama dengan tim nya saat ini sedang menyelesaikan proyek pembangunan rumah dua lantai di daerah Ngaglik, Sleman, yang kebetulan bersebelahan dengan rumah kos dokter muda. Pada hari selasa 23 Juni 2020 saat dokter muda melihat Tn. W sedang melakukan finishing di lantai 2 proyek tersebut hanya menggunakan tangga dan tanpa menggunakan alat pelindung diri. Melihat hal tersebut doktermuda menyempatkan diri untuk berbincang dengan Tn.W dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu dan berbincang-bincang terkait Keselamatan kerja pada pekerjaannya. Tn. W mengatakan bahwa sudah biasa mengerjakan pekerjaan diketinggian 4-5 meter hanya dengan bantuan tangga dan tanpa menggunakan alat pelindung diri yang lain. Beliau juga mengatakan bahwa dari atasan nya juga tidak menyediakan APD secara lengkap. APD yang disediakan dari perusahaan nya disediakan saat pengarahan pada awal sebelum proyek dijalankan dan dalam jumlah yang terbatas, sehingga saat keseharian pelaksanaan proyek Tn.W beserta teman-teman nya kurang mempedulikan hal tersebut. Pendidikan terakhir Tn.W adalah SMP, dan tidak melanjutkan sekolah lagi kejenjang berikutnya dikarenakan masalah ekonomi. Latar belakang
Angka kecelakaan kerja di dunia tergolong tinggi, hal
tersebut dilansir oleh ILO (International Labour Organization) yang menyatakan bahwa sebanyak 337 juta kecelakaan kerja terjadi setiap tahunnya di berbagai negara yang mengakibatkan sekitar 2,3 juta pekerja kehilangan nyawa. Selain itu juga dengan ketidakpatuhan penggunaan APD oleh pekerja juga dapat meningkatkan potensi penyakit akibat kerja. Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi. Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja di seluruh sektor, dan menyumbang 6,45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Pada tahun 2017, Bureau of Labor Statistics, Amerika Serikat mencatat, sebanyak 605 pekerja tewas dan diperkirakan 212.760 pekerja mengalami cedera serius akibat terjatuh di level yang sama atau terjatuh ke level yang lebih rendah. Sektor konstruksi menyumbang tingkat kematian tertinggi akibat terjatuh. Refleksi
Menurut Permenaker No. 9 tahun 2016 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pada Ketinggian, bekerja di ketinggian adalah kegiatan atau aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja pada tempat kerja di permukaan tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang menyebabkan tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat kerja cedera atau meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda, standar bekerja di atas 1,8 meter atau 2 meter sudah dikategorikan bekerja di ketinggian. Pekerjaan-pekerjaan yang paling berbahaya adalah pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian dan pekerjaan galian. Pada ke dua jenis pekerjaan ini kecelakaan kerja yang terjadi cenderung serius bahkan sering kali mengakibatkan cacat tetap dan kematian. Jatuh dari ketinggian adalah risiko yang sangat besar dapat terjadi pada pekerja yang melaksanakan kegiatan konstruksi pada elevasi tinggi. Biasanya kejadian ini akan mengakibat kecelakaan yang fatal. Sementara risiko tersebut kurang dihayati oleh para pelaku konstruksi, dengan sering kali mengabaikan penggunaan peralatan pelindung (personal fall arrest system) yang sebenarnya telah diatur dalam pedoman K3 konstruksi. Dokter muda dapat merefleksikan bahwa dalam bidang konstruksi, terutama buruh bangunan di indonesia masih banyak yang mengabaikan kesehatan dan keselamatan kerja, hal tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor berikut: Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, Sebanyak 53% di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi Sumber daya manusia yang bersifat sementara selama proyek berlangsung, Proyek bersifat unik karena tidak ada proyek yang sama satu dengan yang lain, Keorganisasian proyek bersifat sementara. Refleksi Keislaman
Artinya : “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S Al-Baqoroh 195) Yang dimaksud dengan “menjatuhkan diri sendiri ke dalam binasaan” adalah menjerumuskan diri sendiri ke dalam tindakan yang dapat mencelakakan kalian. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (Q.S An-Nisa 29 Kaidah Usul Fiqh
Artinya : “Bahaya haruslah dihilangkan”
Imam As-Suyuthi dalam Al-Asybah wa An-Nazha'ir menjelaskan, prinsip pokok fikih Adh-dhararu yuzalu, bahaya haruslah dihilangkan berdasarkan hadits Nabi SAW,
Artinya : “Tidak boleh memudharatkan dan tidak boleh
dimudharatkan.” (H.R. Hakim dan lainnya dari Abu Sa’id Al khudri, H.R. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)