Anda di halaman 1dari 22

Materi IV Perundang-undangan Kesehatan

PRAKTIK KEFARMASIAN
DAN
PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KEFARMASIAN

Program Studi Sarjana Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Budi Djanu Purwanto, SH, MH
Dr. Faiq Bahfen, SH
Dr. Fadjar Ayu Tofiana, MT, Apt
Semester Genap 2019/2020
SISTEMATIKA
UU No. 23/1992 ttg Kesehatan

PP No. 51/2009 ttg Pekerjaan Kefarmasian

UU No. 36/2009 ttg Kesehatan

Praktik Kefarmasian

UU No. 36/2014 ttg Tenaga Kesehatan

Ketentuan Pidana
UU No. 23/1992
Pasal 63
• Pekerjaan kefarmasiaan dalam pengadaan, produksi, distribusi, dan
pelayanan sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
• Ketentuan mengenai pelaksanaan pekerjaan kefarmasian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
PP No. 51/2009
• Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Pekerjaan Kefarmasian
• PEKERJAAN KEFARMASIAN adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
• Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
UU No. 36/2009
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 203
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

KETENTUAN PENUTUP
Pasal 204
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Materi Kuliah

1. Tenaga Kesehatan
2. Tenaga Kefarmasian
a. Apoteker
b. Tenaga Teknis Kefarmasian
• Sarjana Farmasi
• Ahli Madya Farmasi
TENAGA • Analis Farmasi

KEFARMASIAN • Asisten Tenaga Kefarmasian

1. Obat
1. Produksi 2. Bahan Obat
2. Distribusi FASILITAS
KEFARMASIAN KOMODITAS 3. Obat Tradisional
3. Pelayanan 4. Kosmetik
5. Mak&Min
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN
KEFARMASIAN
PP NO. 51/2009
Pasal 5
Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi:
a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;
b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi;
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi; dan
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.
PEKERJAAN KEFARMASIAN
DALAM PENGADAAN SEDIAAN FARMASI
Pasal 6
(1) Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada fasilitas produksi, fasilitas
distribusi atau penyaluran dan fasilitas pelayanan sediaan farmasi.
(2) Pengadaan Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilakukan oleh Tenaga kefarmasian.
(3) Pengadaan Sediaan Farmasi harus dapat menjamin keamanan, mutu,
manfaat dan khasiat Sediaan Farmasi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadaan Sediaan Farmasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur
dalam Peraturan Menteri.
UU No. 36/2009
Pasal 108
• PRAKTIK KEFARMASIAAN yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
KETENTUAN PIDANA
(UU No. 36/2009)

Pasal 198
Setiap orang yang tidak memiliki
keahlian dan kewenangan untuk
melakukan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
108 dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Lanjutan ...
PEKERJAAN KEFARMASIAN PRAKTIK KEFARMASIAN
• PEKERJAAN KEFARMASIAN adalah • PRAKTIK KEFARMASIAAN yang meliputi
pembuatan termasuk pengendalian mutu pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan, sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
pengadaan, penyimpanan dan penyimpanan dan pendistribusian obat,
pendistribusian atau penyaluran obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas pelayanan informasi obat serta
resep dokter, pelayanan informasi obat, pengembangan obat, bahan obat, dan
serta pengembangan obat, bahan obat obat tradisional harus dilakukan oleh
dan obat tradisional. tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA
KESEHATAN
Pasal 57
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar Profesi,
Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau keluarganya;
c. menerima imbalan jasa;
d. memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai agama;
e. mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya;
f. menolak keinginan Penerima Pelayanan Kesehatan atau pihak lain yang bertentangan dengan Standar
Profesi, kode etik, standar pelayanan, Standar Prosedur Operasional, atau ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundangundangan.
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA
KESEHATAN
(UU 36/2014)

Pasal 57 huruf a
Tenaga Kesehatan dalam Standar Profesi,
menjalankan praktik
berhak memperoleh
pelindungan hukum
sepanjang melaksanakan Standar Pelayanan Profesi,
tugas sesuai dengan
standar profesi, standar
pelayanan profesi, dan
standar prosedur Standar Prosedur Operasional.
operasional
STANDAR PROFESI ASISTEN
APOTEKER

Standar Profesi
adalah pedoman untuk
menjalankan praktik profesi
kefarmasian secara baik.
(PP 51/2009)
ASISTEN APOTEKER (AA)
(Kepmenkes 573/Menkes/SK/VI/2008)

SMF

AA
D-III FARMASI

D-III ANALISA FARMASI


dan MAKANAN
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
PMK 9/2017 PMK 73/2016 Standar Yanfar di

PELAYANANKEFARMASIAN
FASILITAS PELAYANANKEFARMASIAN
Apotek Apotek

STANDAR
KEFARMASIAN PMK 72/2016 Standar Yanfar di
adalah pedoman PMK 56/2014 Rumah Sakit RS
untuk
melakukan
Pekerjaan
Kefarmasian PMK 74/2016 Standar Yanfar di
PMK 75/2014 Puskesmas Puskesmas
pada fasilitas
produksi,
distribusi atau
penyaluran, dan PMK 9/2014
FASILITAS

pelayanan Klinik
kefarmasian.

PMK 167/1972 Pedagang Eceran KMK 1331/2002 Perubahan Atas


Obat PMK 167/1972
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

Standar Prosedur Operasional adalah


prosedur tertulis berupa petunjuk
operasional tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
Standar Prosedur OperasionalPP 51/2009

Dapat dibantu
Fasilitas Produksi Standar Prosedur
oleh Apoteker
Sediaan Farmasi Operasional
dan/atau TTK

Fasilitas Dapat dibantu


Standar Prosedur
Apoteker Distribusi oleh Apoteker
Operasional
Sediaan Farmasi dan/atau TTK

Fasilitas Dapat dibantu


Standar Prosedur
Pelayanan oleh Apoteker
Operasional
Sediaan Farmasi dan/atau TTK
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DI FASILITAS PRODUKSI
SEDIAAN FARMASI
(PP 51/2009)

Pasal 7
(1)Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi harus memiliki Apoteker
penanggung jawab.
(2)Apoteker penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibantu
oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pasal 11
(3) Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 harus menetapkan Standar Prosedur Operasional.
(4) Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui
secara terus menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang farmasi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DI FASILITAS
DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI
(PP 51/2009)

Pasal 14
(1)Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat harus
memiliki seorang Apoteker sebagai penanggung jawab.
(2)Apoteker sebagai penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pasal 16
(3) Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 harus menetapkan Standar Prosedur Operasional.
(4) Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui
secara terus menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang farmasi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DI FASILITAS
PELAYANAN KEFARMASIAN
(PP 51/2009)
Pasal 20
(1) Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian,
Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.
(2) Apoteker sebagai penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pasal 23
(3) Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 harus menetapkan Standar Prosedur Operasional.
(4) Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara
terus menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
farmasi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai