Anda di halaman 1dari 40

PERUNDANGAN KEFARMASIAN TENTANG

PEKERJAAN
KEFARMASIAN

LUKKY JAYADI, M.FARM, APT


PERUNDANG-UNDANGAN

1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


2. Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

3. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


4. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045 Tahun 2002 tentang Kurikulum Pendidikan
Tinggi

5. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian
7. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi & Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
8. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 28 Tahun 2005 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Nasional.
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) 28
UNDANG-UNDANG RI NOMOR
36 TAHUN 2014 TENTANG
TENAGA KESEHATAN
1. TENAGA MEDIS
2. TENAGA PSIKOLOGI KLINIS
3. TENAGA KEPERAWATAN
4. TENAGA KEBIDANAN
5. TENAGA KEFARMASIAN
6. TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT
7. TENAGA KESEHATAN LINGKUNGAN
8. TENAGA GIZI
9. TENAGA KETERAPIAN FISIK
10. TENAGA KETEKNISIAN MEDIS
11. TENAGA TEKNIK BIOMEDIKA
12. TENAGA KESEHATAN TRADISIONAL
13. TENAGA KESEHATAN LAIN
TENAGA KEFARMASIAN
(PP RI. NO. 51 TAHUN 2009)

Tenaga Kefarmasian terdiri atas:


a. Apoteker
b. Tenaga Teknis Kefarmasian
Tenaga Teknis kefarmasian terdiri dari :
1. Sarjana Farmasi
2. Ahli Madya Farmasi

3.Analis Farmasi
4. Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker
PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51
TAHUN 2009
TENTANG PEKERJAAN
Dalam PP ini yang dimaksud dengan:
KEFARMASIAN
1. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional

2. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan


kosmetika

3. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan


Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
4. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang
membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker

5. Standar Profesi adalah pedoman untuk


menjalankan praktik profesi kefarmasian secara baik
6. Standar Prosedur Operasional adalah prosedur tertulis berupa petunjuk
operasional tentang Pekerjaan Kefarmasian.
7. Standar Kefarmasian adalah pedoman untuk
melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas
produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan
kefarmasian

8. Asosiasi adalah perhimpunan dari perguruan tinggi


farmasi yang ada di Indonesia
Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada
nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan
perlindungan serta keselamatan pasien atau
masyarakat yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi
yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
mutu, dan kemanfaatan.
TUJUAN PENGATURAN PEKERJAAN
KEFARMASIAN UNTUK
1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat
dalam memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi
dan jasa kefarmasian

2. mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan


Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta peraturan perundangan-
undangan

3. memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan


Tenaga Kefarmasian
Kompetensi Lulusan Pendidikan Farmasi
Lulusan pendidikan farmasi memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
unik serta kompleks, dengan fokus kemampuan dalam penyediaan obat
(sediaan farmasi) yang aman, efektif, stabil dan bermutu, serta
kemampuan dalam pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada
keamanan dan kemanjuran penggunaan obat. Kompetensi (learning
outcomes) lulusan pendidikan farmasi mencakup ketrampilan, perilaku,
sikap dan tata nilai yang dimiliki oleh lulusan berbasis pengetahuan yang
diperoleh selama pendidikan dan pengalaman praktik.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
KEFARMASIAN MELIPUTI:

a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;

b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi;

c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan


Farmasi;

d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.


PEKERJAAN KEFARMASIAN
DALAM PENGADAAN
SEDIAAN FARMASI
1. Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada fasilitas produksi, fasilitas
distribusi atau penyaluran dan fasilitas pelayanan sediaan farmasi.

2. Pengadaan Sediaan Farmasi harus dilakukan oleh Tenaga kefarmasian.

3. Pengadaan Sediaan Farmasi harus dapat menjamin keamanan, mutu,


manfaat dan khasiat Sediaan Farmasi

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadaan Sediaan Farmasi


diatur dalam Peraturan Menteri
PEKERJAAN KEFARMASIAN
DALAM PRODUKSI
SEDIAAN FARMASI

1. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan


Farmasi harus memiliki Apoteker penanggung
jawab
2. Apoteker penanggung jawab dapat dibantu oleh
Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.
• Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan
Kefarmasian pada Fasilitas Produksi Sediaan
Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang produksi
dan pengawasan mutu
PEKERJAAN KEFARMASIAN DALAM
DISTRIBUSI ATAU
PENYALURAN SEDIAAN FARMASI
1. Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
berupa obat harus memiliki seorang Apoteker sebagai
penanggung jawab

2. Apoteker sebagai penanggung jawab dapat dibantu oleh


Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pekerjaan


Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran
Sediaan Farmasi diatur dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas
Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
harus memenuhi ketentuan Cara Distribusi
yang Baik yang ditetapkan oleh Menteri.
PELAKSANAAN PEKERJAAN KEFARMASIAN
PADA FASILITAS
PELAYANAN KEFARMASIAN

Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa :


a. Apotek
b. Instalasi farmasi rumah sakit;
c. Puskesmas;
d. Klinik;
e. Toko Obat; atau
f. Praktek bersama
TENAGA KEFARMASIAN
APOTEKER; DAN
  TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN
• Standar pendidikan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi ketentuan
peraturan perundang- undangan yang berlaku di bidang pendidikan.

• Peserta didik Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat menjalankan


Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki ijazah dari institusi pendidikan sesuai
peraturan perundang-undangan.

• Untuk dapat menjalankan Pekerjaan Kefarmasian, peserta didik yang telah


memiliki ijazah wajib memperoleh rekomendasi dari Apoteker yang memiliki
STRA di tempat yang bersangkutan bekerja.
• Tenaga Kefarmasian melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada:

a. Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi berupa industri farmasi obat,


industri bahan baku obat, industri obat tradisional, pabrik kosmetika dan
pabrik lain yang memerlukan Tenaga Kefarmasian untuk menjalankan
tugas dan fungsi produksi dan pengawasan mutu;

b. Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi dan alat kesehatan


melalui Pedagang Besar Farmasi, penyalur alat kesehatan, instalasi
Sediaan Farmasi dan alat kesehatan milik Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota; dan/atau

c. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian melalui praktik di Apotek, instalasi


farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama
PEKERJAAN FARMASI

-R.S = -IFRS=SELEKSI-PENGAD-DISTR. • APOTEK

- CSSD-LAB KLINIK -PEL.FARM.KLIN.


• LEMBAGA PENELITIAN = -LIPI – BPPT - LIT.BANG. KES
FAR
- BATAN - BPTO - BALAI POM - KOSMT. -MKN.

- YAN.FAR. - LAB. KRIM. - TNI - PENYLH.KES. - LINGK.


• INDUSTRI FARMASI = -MAN.MARK. - PROD.
- Q.C. - R & D – GUDANG BHN.BAKU
PACKG

- PUSAT PENELITIAN.OBAT
• DOSEN/GURU, KEM KES, BPOM, KES HEWAN, PEMANTAU
POLUSI/LINGKUNGAN, POLA PERESEPAN, PIO, KIE
DATA PEKERJAAN PROFESI YANG DAPAT DIJABAT OLEH LULUSAN
Pada Industri Farmasi

Kontrol kualitas, manager gudang, atau menager marketing, atau staf dalam bidang-bidang tersebut.
Kompetensi yang dilaksanakan, dimulai sejak seleksi bahan baku, bahan tambahan, preformulasi dan
formulasi, monitoring proses dan jaminan mutu, kontrol kualitas, penyimpanan produk, sehingga distribusi ke
konsumen, serta informasi yang proporsional, baik kepada kolega kesehatan yang lain, maupun masyarakat.

produksi di industri obat QC = Kontrol Kualitas


Pada Industri Jamu juga berpeluang mengampu posisi-posisi
seperti pada Industri Farmasi tersebut, namun dalam seleksi bahan
baku/tambahan, diperlukan kompetensi yang lebih khusus dan
karakteristik

Simplisia Obat Tradisional Proses Ekstraksi


Pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit, farmasis berkompeten untuk seleksi obat dan alat-alat kesehatan yang
bermutu tinggi, selanjutnya melaksanakan pengadaan dan penyimpanan obat dan alkes yang bersangkutan
dalam gudang yang memenuhi syarat, pendistribusian kepada pasien disertai pemantauan yang baik
tentang jaminan mutunya, kemudian melakukan pengawasan tentang penggunaan obat yang rasional.
Farmasis juga dapat mengelola unit produksi Instalasi farmasi, yang menyediakan preparat-preparat steril
atau sediaan untuk keperluan RS dan tidak tersedia di pasaran.

Gudang obat Penerimaan barang


Farmasis juga dapat mengelola suatu instalasi Rumah Sakit yang lain, dikenal
sebagai Central Sterile Supply Department/Division (CSSD), yang
melaksanakan pencucian, penyuci-hamaan, dan penyiapan alat-alat bedah,
serta pemantauan sterilitas hingga penggunaannya selesai, pencegahan infeksi
nosokomial 

Bagian CSSD di Rumah Sakit


Farmasis dapat juga bekerja sebagai staf pada Laboratorium Klinik rumah Sakit, yaitu
melaksanakan analisis (kimia) klinik zat-zat yang berpengaruh terhadap sistem fisiologis
dan kesetimbangan cairan-cairan badan yang dapat berakibat patologis. Aplikasi
pengetahuan analisis (kimia/ obat/toksikologi/klinik), farmakokinetik, dan instrumentasi
sangat dominan. Untuk Laboratorium Klinik swasta di luar Rumah sakit, Farmasis dapat
berperan lebih proporsional dan lebih tinggi.

Bagian Patologi Klinik di Rumah Sakit


Pada lembaga-lembaga penelitian, farmasis dapat bekerja sebagai staf pada Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, yaitu untuk melaksanakan sintesis bahan baku obat/obat baru, ekstraksi
bahan obat dari tumbuhan atau hewan

untuk menghasilkan obat-obat alami. Pada Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
atau Farmasi, dapat memantau mutu obat lewat uji kontrol kualitas, uji doping olah-ragawan, uji
keracunan makanan/minuman/polutan

Lab lembaga penelitian


Pada Badan Pemeriksaan Obat dan makanan, Farmasis dapat
menjalankan kompetensi analisis kimia/obat/zat-zat berbahaya,
pemantauan terhadap pemalsuan, dan utamanya analisis untuk kontrol
kualitas

Sampel Obat Tradisional dan Pemeriksaan Sampel Obat dengan Gas Alat Ekstraksi bahan aktif dari suatu
Kosmetik Kromatografi campuran obat
Pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) , dapat melaksanakan pembudidayaan tanaman
obat, seleksi, dan kontrol kualitas, mulai pemilihan bahan, preparasi,
proses penyiapan simplisia agar menjadi bahan baku obat yang mutunya
terjamin.

Kebun Tanaman Obat


Contoh Simplisia
Selain fungsi-fungsi tersebut (data visual dapat disajikan),
masih ada fungsi-fungsi yang dapat diampu oleh Farmasis,
diantaranya adalah menjadi asisten dosen di perguruan
tinggi, mengajarkan salah satu ilmu pengetahuan yang
relevan dan dipahaminya.

asisten dosen di lab


Pada lingkungan kemiliteran (TNI AD, AL, AU) dan Polisi Negara,
melaksanakan pengawasan terhadap bahaya penyalah-gunaan, penyelundupan,
pemalsuan, atau melaksanakan fungsi seperti di Industri Farmasi, mengingat
masing-masing unsur mempunyai pabrik obat yang relatif besar, disamping
mambantu apoeker mengelola apotik dan Rumah Sakit.

Pada Kementerian Kesehatan dapat menjadi staf terkait kefarmasian,


melaksanakan penyuluhan tentang pola hidup sehat, pencegahan penyakit,
pengguanaan obat yang rasional, gizi, nutrisi, keluarga berencana, dan sistem
pengobatan sendiri.
AREA KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN FARMASI

Standar kompetensi lulusan pendidikan sarjana farmasi maupun lulusan pendidikan profesi apoteker dikelompokkan
menjadi 9 (sembilan) area kompetensi sebagai berikut:
(1) Optimalisasi keamanan penggunaan obat.
(2) Pelayanan sediaan farmasi.
(3) Pembuatan dan pendistribusian sediaan farmasi.
(4) Pelayanan informasi, konsultasi dan edukasi obat dan pengobatan.
(5) Komunikasi dan kolaborasi (interpersonal, interprofesional).
(6) Kepemimpinan dan manajemen.
(7) Praktik profesional, legal, dan etik.
(8) Penguasaan ilmu, kemampuan riset, pengembangan diri, dan profesionalitas.

PROFIL LULUSAN PENDIDIKAN FARMASI

Identifikasi profil lulusan dari deskripsi dan unit kompetensi dalam standar kompetensi menunjukkan 9 (sembilan) profil
berikut:
(9) Care giver;
(10) Educator;
(11) Communicator;
(12) Leader;
(13) Decision maker;
(14) Manager;
(15) Life-long learner;
(16) Personnal & professional responsibilities;
(17) Scientific comprehension & research abilities.
1. Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat tanda
registrasi

2. Surat tanda registrasi diperuntukkan bagi:


a. Apoteker berupa STRA; dan

b. Tenaga Teknis Kefarmasian berupa STRTTK


Untuk memperoleh STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian wajib
memenuhi persyaratan:

a. memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;


b. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktek;
c. memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah
memiliki STRA di tempat Tenaga Teknis Kefarmasian bekerja; dan
d. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian
• STRTTK dikeluarkan oleh Menteri.
•  Menteri dapat mendelegasikan pemberian STRTTK kepada pejabat
kesehatan yang berwenang pada pemerintah daerah provinsi
• STRTTK berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun apabila memenuhi syarat
STRA, STRA Khusus, dan STRTTK tidak berlaku karena: 

a. habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang oleh yang bersangkutan atau
tidak memenuhi persyaratan untuk diperpanjang;

b. dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. permohonan yang bersangkutan;

d. yang bersangkutan meninggal dunia; atau

e. dicabut oleh Menteri atau pejabat kesehatan yang berwenang.


Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki
STRTTK mempunyai wewenang untuk melakukan
Pekerjaan Kefarmasian dibawah bimbingan dan
pengawasan Apoteker yang telah memiliki STRA sesuai
dengan pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016
TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR


889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA
TENAGA KEFARMASIAN

• Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan


pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai
tempat tenaga kefarmasian bekerja.
• Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. SIPA bagi Apoteker; atau
b. SIPTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian
• SIPA atau STTRK diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat Tenaga Kefarmasian
menjalankan praktiknya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai