Pendidikan Kewarganegaraan
Sejarah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak terlepas dari
peran serta kaum pemuda. Hal ini dapat di lihat dari catatan sejarah, dengan dimulainya
gerakan kaum muda pada 27-28 Oktober 1928 yang melahirkan sumpah pemuda yang
tercetus dari keputusan Kongres Pemuda II, ikrar sumpah pemuda ini dianggap sebagai
kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Adapun isi Sumpah Pemuda sebagai berikut:
• Pertama, Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah air Indonesia.
• Kedua, Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
• Ketiga, Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia
17 tahun kemudian melahirkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945
Walaupun dikatakan Indonesia telah merdeka, bukan berarti kita sebagai
generasi muda tidak memiliki tanggungjawab. Justru sebagai generasi muda
banyak hal yang perlu dilakukan untuk mengisi kemerdekaan Indonesia.
Beberapa hal penting yang perlu dilakukan oleh generasi muda untuk mengisi
Kemerdekaan Indonesia, seperti melestarikan kebudayaan Indonesia,
menjaga Kebhinekaan Tunggal Ika, menjaga keutuhan NKRI, menjaga wilayah
Indonesia, menggunakan produk-produk buatan Indonesia, dan membuat
penciptaan yang baru.
Sejarah Pernah
mengganggu
NKRI
NKRI Gangguan
Kemerdekaan
Dapat
mengganggu NKRI
Tantangan
Internasional
Komunisme
Ideologi
Gangguan Liberalisme
Alutsista
Kedaulatan
• ideologi
1. Komunisme
komunisme adalah paham atau ideologi yang menganut ajaran Karl Marx dan Fredrich Engels yang hendak
menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantinya dengan hak milik bersama yang dikontrol oleh negara.
Komunisme anti-kapitalisme dan sangat membatasi demokrasi pada rakyat oleh karena itu paham komunisme
tidak mengenal hak perorangan. Komunisme secara tegas dilarang oleh pemerintah Indonesia melalui Ketetapan
MPRS Nomor 25 Tahun 1966 dan UU No. 27 Tahun 1999.
2. Liberalisme
Liberalisme adalah doktrin politik yang menjadikan perlindungan dan peningkatan kebebasan individu sebagai
masalah utama politik, dimana terjadi satu akibat dari era globalisasi yang mampu meyakinkan masyarakat bahwa
liberalisme dapat membawa manusia ke arah kemajuan dan kemakmuran.
Umumnya pengaruh yang diambil justru yang bernilai negatif, misalnya gaya hidup yang diliputi kemewahan,
pergaulan bebas, apabila tidak diatasi akan menjadi ancaman bagi kepribadian bangsa Indonesia yang
sesungguhnya.
• Alutsista
Pembangunan alutsista dilaksanakan untuk menegakan kedaulatan negara,
menjaga keutuhan wilayah NKRI, menjaga keselamatan segenap bangsa dari ancaman
militer dan nonmiliter.
Secara umum pembangunan pertahanan negara menghasilkan kekuatan
pertahanan negara pada tingkat penangkalan yang mampu menindak dan
menanggulangi ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Dengan wilayah NKRI yang luas harus diupayakan tercapainya sasaran
pembangunan pertahanan negara pada tingkat kekuatan pokok minimal (minimum
essential force). Kondisi alutsista harus di modernisasi, kemampuan industry strategis
untuk kebutuhan alutsista harus ditingkatkan.
• Sandang, pangan, dan papan
Dengan kondisi geografis yang terbuka Indonesia memiliki potensi sumber daya
hayati yang besar dan menjadikan tingginya daya tarik Indonesia dihadapan negara-
negara yang memiliki keterbatasan Sumber Daya Hayati. Hal ini dimungkinkan
penggunaan teknologi biologi untuk disalahgunakan, maka keberadaan dan
kesinambungan Sumber Daya Hayati untuk kebutuhan sandang, pangan, dan papan
perlu mendapat perhatian untuk dijaga/dipertahankan keberadaan dan
kesinambungannya dari segala ancaman.
• Teknologi, seni dan religi
NKRI dengan wilayah yang luas dan letak geografis yang terbuka maka bangsa
Indonesia harus senantiasa mengembangkan dan memiliki kesadaran ruang (space
consciousness) dan kesadaran geografis (geographical awareness), karena berbagai
pengaruh yang berdampak negatif berpotensi menjadi ancaman terhadap eksistensi
maupun kedaulatan bangsa.
Terkait hal tersebut, keberadaan perguruan tinggi beserta civitas academikanya,
memiliki relevansi yang sangat strategis dalam memperkuat sistem pertahann negara di
masa damai maupun di masa perang. Sesuai dengan kapasitas, kapabilitas dan
kompetensinya, peranserta dan partisipasi aktif perguruan tinggi semakin dibutuhkan
untuk melipatgandakan kekuatan dan kemampuan pertahanan negara dalam
menghadapi potensi ancaman militer maupun nonmiliter.
Kesimpulan