Kelompok 09 - Tsania Ramadhanty - Erupsi Gunung SINABUNG Sumatera Utara - PPT
Kelompok 09 - Tsania Ramadhanty - Erupsi Gunung SINABUNG Sumatera Utara - PPT
Disusun Oleh:
Erupsi gunung berapi terjadi ketika adanya tenaga dari dalam bumi yang mendorong perut bumi mengeluarkan isi
didalamnya atau yang biasa disebut sebagai magma. Magma merupakan batuan meleleh yang terdapat di dalam
lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, lebih dari 1.000 derajat Celsius.
ERUPSI
GUNUNG API
Letusan gunung api adalah salah satu bagian
aktivitas vulkanik atau yang biasa dikenal erupsi
(Hasriyani, 2018).
Tingkatan atau level aktivitas gunung api
(Nurwihastuti, Astuti, & Yuniastuti, 2019), antara
lain:
1. Normal, yaitu tidak terlihat peningkatan
aktivitas gunung api tetapi fluktuasi teramati.
2. Waspada, yaitu mulai terekam dan terlihat tanda
peningkatan aktivitas gunung api.
3. Siaga, yaitu peningkatan aktivitas gunung api
semakin nyata dan bahaya erupsi mengancam
sekitar pusat erupsi, tidak pada pemukiman di
sekitar gunung api.
4. Awas, yaitu peningkatan aktivitas gunung api
semakin nyata dan bahaya erupsi mengancam
pemukiman sekitar gunung api.
Erupsi gunung berapi terjadi karena
adanya tekanan gas yang kuat dari
dalam bumi sehingga menyebabkan
aktivitas atau pergerakan magma di
dalam perut bumi yang berusaha untuk
keluar (Hasriyani, 2018).
Hujan abu vulkanik akibat erupsi Gunung merapi tentu saja memberi dampak
pada kesehatan, terutama pada saluran pernapasan. Tak sedikit pula masyarakat yang
tinggal di daerah sekitar gunung yang mengalami erupsi rentan mengalami sesak
napas. Namun beberapa warga yang sadar akan pentingnya kesehatan mendatangi
puskesmas untuk melakukan pengobatan. Namun tidak sedikit juga yang hanya
meracik obat tradisional seperti rebusan sirih untuk mengatasi sesak dan batuk. Gejala
pernapasan akut yang sering dilaporkan oleh masyarakat setelah gunung mengeluarkan
abu adalah iritasi selaput lendir dengan keluhan bersin, pilek dan beringus, iritasi dan
sakit tenggorokan (kadang disertai batuk kering), batuk dahak, mengi, sesak napas, dan
iritasi pada jalur pernapasan, namun keluhan- keluhan tersebut juga terkadang
dianggap warga hanya sebagai keluhan ringan yang dianggap biasa sehingga mereka
membiarkan saja dan menganggap akan sembuh dengan sendirinya sehingga tidak
perlu datang ke pelayanan kesehatan untuk berobat (Syapitri & Hutajulu, 2018).
EFEK DEBU VULKANIK PADA
KESEHATAN PARU
Dalam letusan partikel debu bisa berukuran sangat halus sehingga
debu bisa masuk jauh ke dalam paru. Dengan pajanan yang tinggi,
individu yang sehat akan mengalami rasa tidak nyaman di dada
dengan peningkatan batuk dan iritasi. Gejala pernapasan akibat
menghirup debu vulkanik tergantung pada faktor:
1. konsentrasi partikel tersuspensi di udara,
2. proporsi partikel yang terhirup
3. lama pajanan
4. faktor individu
Dampak Kesehatan yang sering muncul terhadap kejadian bencana erupsi gunung Merapi di
Indonesia
ASMA
Debu vulkanik merupakan salah satu pencetus terjadinya serangan asma. Debu halus dapat menyebabkan lapisan
saluran pernapasan menghasilkan lebih banyak sekresi yang dapat membuat orang batuk dan bernapas lebih berat.
Penderita asma, khususnya anak-anak, dapat menderita serangan batuk dan sesak dada. Beberapa orang yang tidak
pernah menderita asma dapat mengalami gejala seperti asma setelah hujan debu, khususnya jika mereka yang
terlalu lama melakukan kegiatan di luar ruangan. Namun, beberapa ahli menyatakan, abu vulkanik sebenarnya
tidak memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat. Abu vulkanik yang berasal dari tempat yang jauh,
memiliki efek minimal bagi kesehatan. Para ahli itu mengatakan, abu vulkanik tidak lebih berbahaya dibanding
dengan asap rokok dan polusi. Disarankan untuk memakai masker jika hendak berpergian ke luar rumah.
BRONKHITIS
Debu vulkanik dapat menyebabkan penyakit bronkitis akut selama beberapa hari dengan gejala seperti batuk
kering, produksi dahak berlebih, mengi dan sesak napas. Timbulnya penyakit bronkhitis tergantung dari kondisi
kesehatan dari individu dan faktor lingkungan.
SILIKOSIS
Pencegahan Bencana
01 Mitigasi
Preparedness
Pencegahan bencana adalah
02
serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengurangi
03
Mitigation merupakan
atau menghilangkan risiko
bencana, baik melalui tahapan untuk Preparedness merupakan upaya
pengurangan ancaman memperingan risiko yang perencanaan untuk menanggapi
bencana maupun kerentanan ditimbulkan oleh bencana dan menyusun respons
pihak yang terancam bencana bencana sebelum terjadi bencana
bencana.
(Hutapea et al., 2021).
(Khambali, 2017).
(Maria Diah Ciptaning Tyas,
Kegiatan yang dapat Peran Tenaga
dilakukan pada Kesehatan Pada Fase
Fase Pra Disaster Pra Disaster
Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam 01 Mengikuti pelatihan dan pendidikan yang
berhubungan dengan penanggulangan ancaman
Pemetaan daerah rawan bencana
bencana untuk tiap fasenya.
Sosialisasi, Mematuhi pengumuman dari instansi berwenang,
misalnya dalam penetapan status gunung berapi. 02 Memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi bencana kepada masyarakat
Masyarakat bersedia membantu pemerintah membuat peta seperti
peta ancaman, kapasitas, kerentanan, dan rawan bencana.
Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
Menyediakan Speaker dan bekerjasama dengan beberapa 03 darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan
organisasi untuk menyebarluaskan informasi. ambulance.
Mengaktifkan pos siaga bencana
Penyediaan inventarisasi sumber daya yang mendukung 04 Terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
kedaruratan meningkatkan kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana yang meliputi usaha
Menyiapkan dukungan dan mobilisasi logistik
pertolongan diri sendiri ketika ada bencana,
Menyiapkan sistem informasi dam komunikasi yang cepat untuk pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga
mendukung penanggulangan bencana seperti menolong anggota keluarga yang lain
Fase Disaster
Abu vulkanik setinggi 17 km pada bulan Februari dan 5 km 1 orang meninggal dan
2018 7.255 orang dievakuasi
pada bulan April ke tempat pengungsian
Proses
Relokasi Pembangun
Evakuasi dan an
Penyediaan
Pos Komando
Masyara Infrastruktu
kat r Dasar
Himbau Upaya
Penanggula
an ngan
Pemerint Kesehatan
ah
Upaya Penanganan yang Dilakukan Non-Pemerintah
Bantuan Beasiswa
dari Bank Mandiri
Puskesmas
Rumah
Rumah
No Kecamatan Sakit Pustu BPU Poskesdes Jumlah
Rawat Inap Rawat jalan Bersalin
Umum
1 Mardingding - - 1 8 - 5 1 15
2 Laubaleng - - 1 15 - 8 - 24
3 Tigabinanga - - 1 25 - 6 1 33
4 Juhar - - 1 11 - 3 - 15
5 Munte - 1 34 - 2 - 37
6 Kutabuluh - - 1 10 1 2 - 14
7 Payung - - 1 6 - - - 7
8 Tiganderket - - 1 11 - 1 - 13
9 Simpangempat - - 1 11 - 1 2 15
- - 1 14 - 2 5 22
10 Naman teran
- - 1 4 - 1 3 9
11 Merdeka
4 - 1 25 8 17 - 55
12 Kabanjahe
2 - 2 21 9 23 3 60
13 Berastagi
- - 2 19 2 8 6 37
14 Tigapanah
- - 1 3 1 1 - 6
15 Dolat Rayat
- - 1 11 2 5 - 19
16 Merek
- - 1 30 - 8 2 41
17 Barusjahe
6 - 19 258 23 93 23 422
Jumlah
Kebutuhan Pengungsi Erupsi Gunung Sinabung
Air Bersih
Sarana MCK
Tikar
Selimut
Air Bersih
dan Dewasa
Pakaian Anak
Kebutuhan Perempuan
Mardind
√ - √ √ √ √ √ √ √
ing
Kuta
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Gugung
Si
Garang- √ - √ √ √ √ √ √ √
Garang
Guru
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Kinayan
Kuta
√ - √ √ - √ √ √ √
Tengah
Tiga
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Pancur
Menganalisa Data
Pintu
Besi &
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Suka
Nalu
Beras
√ √ √ √ - √ √ √ √
Tepu
Jeraya √ - √ √ - √ √ √ √
Kuta
√ √ √ √ √ √ √ √ √
rayat
Kebutuhan Alkes dan Obat-obatan
Jenis penyakit akibat dampak Erupsi Gunung Sinabung antara ISPA, Diare, pneunomia, dll. Secara garis
besar obat perbekalan dan alat kesehatan yang dibutuhkan ialah
Standar minimal
Standar Standar air
bantuan
Air Bersih minum
sanitasi
Diberikan sejumlah 7
liter pada tiga hari
1 jamban keluarga Menganalisa Data
digunakan maksimal
pertama, selanjutnya 15
Bantuan air minum untuk 20 orang
liter per-orang per hari
diberikan sejumlah 2.5 Jarak jamban keluarga
Jarak terjauh tempat
liter per orang per-hari dan penampung
penampungan
Rasa air minum dapat kotoran sekurang-
sementara dengan
diterima dan kurangnya 30 meter
jamban keluarga adalah
kualitasnya cukup dari sumber air bawah
50 meter
memadai untuk tanah
Jarak terjauh sumber air
diminum tanpa Dasar penampung
dari tempat
menyebabkan risiko kotoran sedekat-
penampungan
kesehatan dekatnya 1,5 meter di
sementara dengan titik
atas air tanah
air terdekat adalah 500
meter
Data Kondisi Fasilitas Umum
dan lingkungan
Erupsi besar terjadi pada tanggal 29 Agustus 2010 dimana status Gunung
Sinabung naik menjadi tingkat IV Awas (level IV) dan mengakibatkan
12.000 jiwa menggungsi
Tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, latusan, dan luncuran
awan panas terus menerus sampai hari berikutnya.
Melakukan Sintesa
Hal ini memaksa tambahan warga yang mengungsi akibat ketakutan,
dan Menarik hingga pengungsi melebihi 20 ribu orang.
Kesimpulan Lokasi pengungsian yang disediakan pemerintah tidak membuat nyaman
buat pengungsi. Pengungsi yang berada di dalam gedung saling himpit-
himpitan. Kondisi ini membuat udara di dalam gedung tidak sehat.
Masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Sinabung kehilangan tempat
tinggal dan mata pencaharian
Pemantauan Gunung Sinabung, menyampaikan tiga erupsi terjadi pada
tanggal 2 Desember 2017 dalam kurun waktu 20 menit
Peta Posko Lokasi Bencana
Melakukan Sintesa
dan Menarik
Kesimpulan
Penyakit yang perlu
diwaspadai
Pelayanan kesehatan
dilakukan di setiap desa,
baik mendirikan posko
Dari hasil pemantauan
kesehatan maupun
terdapat 5 (lima) penyakit
Penyajian data dan memanfaatkan puskesmas
terbanyak yang diderita
Rekomendasi yang masih dapat
pengungs yaitui flu, Infeksi
difungsikan dengan baik
Saluran Pernapasan (ISPA),
myalgia, iritasi mata,
gastritis, hipertensi, alergi,
dan cepalgia
Pelayanan kesehatan,
termasuk rujukan
Penanganan Awal Erupsi
Gunung Sinabung
Introduction
Erupsi gunung sinabung telah terjadi
01 sejak tahun 2010 dan selama 11 tahun
terakhir nyaris tidak pernah absen.
Rute Evakuasi
Skenario 2
Rute Darurat
• Dikhususkan untuk korban bencana yang
membutuhkan perawatan rumah sakit
• Tujuan : Rumah Sakit Flora, RS. Efarina Etaham,
RSUD Kaban Jahe, RSU Ester Kaban Jahe, Rs
Kusta Lao Simono
• Bagian barat daya, rute darurat menuju RS. Lao
Simono berjarak 15,2 km dan estimasi waktu
30,4 menit.
• Bagian utara, jalur darurat menuju RS. Efarina
Etaham dengan jarak tempuh 24,8 km
• Bagian timur, berjarak 14,6 km menuju RS.
Kaban Jahe
Pemerintah kabupaten Karo selalu menghimbau warganya untuk
tidak berkeliaran di area rawan dan selalu menggunkan masker. TRC
BPBD setempat juga mendirikan pos komando dan dapur umum
untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan penyintas. Untuk
membersihkan Abu vulkanik di jalan, BPBD mengerahkan 6 unit
mobil tanki air dan 1 water canon. Pemerintah juga membagikan
masker dan mendistribusikan air bersih
Penanganan lanjutan (RS Rujukan)
Bantuan darurat adalah upaya untuk memberikan bantuan dalam bentuk pemenuhan
kebutuhan dasar dalam bentuk makanan, pakaian, tempat tinggal sementara,
kesehatan, sanitasi, dan air bersih. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah
mengevakuasi korban dan penyintas
mencatat korban luka, meninggal, tua dan muda untuk perhitungan bantuan dan
layanan, menyalurkan makanan siap makan
menyediakan logistik untuk setiap keluarga yang telah dicatat
mengatur gudang logistic
menyediakan air bersih untuk mandi, minum, mencuci, memasak, menyediakan
toilet yang memadai dengan jumlah pengungsi
menyediakan perawatan berkala gratis di puskesmas dan rumah sakit rujukan,
pemerintah menyediakan tenaga medis, peralatan dan obat-obatan
pemerintah melakukan imunisasi dan vaksinasi untuk mencegah penyakit.
Rumah sakit rujukan bencana erupsi gunung sinabung
Rumah sakit Kabanjahe sudah memiliki tim penanggulangan bencana, namun berdasarkan SK,
tim tersebut masih terkhusus untuk penanganan bencana Gunung Sinabung saja. Berdasarkan hasil
wawancara, hampir semua informan mengetahui bahwa rumah sakit sudah memiliki tim
penanggulangan bencana. Pembentukan tim penanggulangan bencana ini dilakukan setelah bencana
erupsi Gunung Sinabung terjadi pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen hanya
terfokus pada fase bencana dan paska bencana. Tim penanggulangan rumah sakit Kabanjahe masih
sebatas dibentuk dan belum memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing yang jelas, sehingga
penanganan korban bencana hanya dilakukan dengan menggunakan SOP rutin yang sudah ada.
Secara tertulis belum ada subjek yang disepakati menjadi komandoketika terjadi bencana di RSU
Kabanjahe, sehingga belum jelas kepada siapa alur penyampaian informasi dan pengambilan
keputusan ketika terjadi bencana. Rumah sakit Kabanjahe telah membetuk tim penanggulangan
bencana, namun tim tersebut masih khusus untuk penanganan bencana alam Gunung Sinabung saja,
tidak untuk bencana secara umum. Informan mengatakan bahwa pembentukan tim bencana Gunung
Sinabung karena bencana tersebut yang masih terus terjadi dan masih kurangnya pengetahuan pihak
rumah sakit tentang tim penanggulangan bencana. (Prima & Meliala, 2017)
Rumah Sakit lapangan Berdaya Tahan
Sinabung
di pengungsian
Evaluasi Strategi Penanganan
Bencana Erupsi Sinabung
Upaya penanggulan
Penugasan di berbagai bidang
menyesuaikan kebutuhan operasi
a. Surat Keputusan Bupati Karo
tanggap darurat bencana erupsi
tentang Pembentukan Tim
Gunung Sinabung
Penanganan Tanggap Darurat
Bencana Erupsi Gunung
Kelembagaan Sinabung.
b. Surat Keputusan Bupati Karo
tentang Penetapan Status
Tanggap Darurat yang
diperbaharui setiap tiga bulan
sekali.
Perencanaan Legislasi
Dokumen Renops pernah dibuat
oleh Satgas Nasional
Pendampingan Operasi Tanggap
Darurat Erupsi Gunung Sinabung
bersama BNPB saat BPBD
Kabupaten Karo belum terbentuk.
Upaya penanggulan
tidak ada kegiatan peningkatan
kapasitas SDM khususnya bagi
pendataan pengungsi,
BPBD untuk meningkatkan skill
manajemen program, dan
manajemen penanganan
manajemen kasus.
pengungsi
Pengelolaan
sumber daya
Pendanaan Penyelenggaraa
Dana Siap Pakai (DSP) dipahami n
oleh BPBD Kabupaten Karo bahwa
yang berwenang menggunakan
dana tersebut hanya BPBD karena
pertanggungjawabannya ada di
BPBD.
Kendala yang menghambat kinerja dari BNPB
Kebutuhan
Hidup
Dasar
Hak Pendidikan
Hak
Pengasuhan
Hak Bermain
Kehidupan
pengungsian dimana
orang dewasa dan
Perkembangan anak-anak tinggal
Psikososial secara bersama-sama
dengan privasi yang
rendah meningkatkan
Evaluasi manajemen probabilitas terjadinya
penanganan pengungsi anak angka kekerasan
Anak-anak yang memiliki seksual baik yang
korban bencana gunung kapasitas psikologis yang
lebih buruk dan tidak
Pelanggaran melibatkan anak
sinabung sebagai pelaku maupun
memiliki lingkungan perlindungan menjadikan anak
keluarga yang mendukung anak. sebagai korban
menunjukkan tingginya
tingkat simtomatologi
terkait stres sepanjang
periode pengungsi dan
berada dalam risiko
khusus untuk
pengembangan psikologis
lebih lanjut
Strategi penanganan bencana yang perlu dilakukan
selain yang sudah dilakukan
Pelatihan / Pendidikan terhadap kegiatan evakuasi mandiri
Langkah pertama dalam strategi mitigasi adalah memetakan daerah rawan atau
wilayah yang sangat berbahaya untuk ditinggali oleh masyarakat bahkan sebelum
terjadinya bencana. Saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan
bencana. Peta rawan bencana sangat berguna bagi para pengambil keputusan terutama
dalam mengantisipasi kejadian bencana alam seperti wilayah teraman yang dapat
dihuni oleh warga dengan gunung api (Rahma, Larasati, & Pd, n.d.).
Penyebaran informasi secara inovatif
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan memberikan poster dan leaflet kepada Pemerintah
Kabupaten / Kota dan Provinsi di seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara pengenalan,
pencegahan, dan penanganan bencana. Pemberian informasi kepada media cetak dan elektronik tentang bencana
merupakan salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan bencana geologi di
suatu wilayah tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi sangat diperlukan
mengingat Indonesia yang sangat luas. Menggunakan media sosial seperti Twitter, Instagram, FB sebagai
salah satu sarana sosialisasi kebencanaan (Fitriani, Zulkarnaen, & Bagianto, 2021)
Peran stakeholder (pemimpin)
pemerintah atau perangkat desa membuat program pemulihan pasca bencana dan
pengambilan keputusan (stakeholder) dalam membuat kebijakan atau keputusan
terkait penanganan Bencana Erupsi. Para tokoh masyarakat harus mempersiapkan
tugas dan tanggung jawab masing-masing organisasi atau pihak yang terlibat (mis.
Gereja, masjid, kelompok pemuda, dll.) selama tanggap darurat. Buat mekanisme
pencarian dan penyelamatan untuk organisasi korban, terutama organisasi dari
komunitas itu sendiri. Kegiatan ini dilakukan oleh mereka yang berani saja. Jika
tidak ada yang berani, tugas ini diserahkan kepada tim BPBD atau SAR. Pelatihan
perlu dilakukan untuk mereka yang bersedia (Lismawaty, Sembiring, & Pinem, 2019)
Perbandingan strategi Manajemen bencana yang
diterapkan oleh pemerintah Jepang
Relokasi Masyarakat
Rekontruksi Pasca Bencana
Daftar Pustaka
Alamudi. (2020). 10 Tahun Erupsi, Ini 7 Letusan Gunung Sinabung yang Paling Dahsyat.
Arisanti, Y., & Nugroho, P. W. (2018). Strategi manajemen bencana di kabupaten Magelang. Berita Kedokteran Masyarakat, 34(5), 12. https://doi.org/10.22146/bkm.37651
BNPB. (2013). Gema BNBP Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana. Pusat Data, Informasi, Dan Humas BNPB, 4(3), 1–37.
BUPATI KARO. (2019). PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 19 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA ERUPSI
GUNUNGAPI SINABUNG DIKABUPATEN KARO TAHUN 2018-2019. Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi Univrab, 1(1), 2019.
Efendi, R. (2020). Gerak Cepat Pemerintah Daerah Lakukan Penanganan Pascaerupsi Gunung Sinabung.
Fitriani, I. D., Zulkarnaen, W., & Bagianto, A. (2021). Analisis Manajemen Mitigasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Bpbd) Terhadap Bencana Alam Erupsi Gunung Tangkuban
Parahu Di Jawa Barat. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi), 5(1), 91–111.
Daftar Pustaka
Habibie, M. R., Handiani, D. N., & Surmayadi, M. (2019). ANALISIS RUTE EVAKUASI BENCANA AWAN PANAS GUNUNGAPI SINABUNG SUMATERA UTARA ( Evacuation
Routes Analysis of Pyroclastic Flows at Mount Evacuation Routes Analysis of Pyroclastic Flows at Mount Sinabung North. Bulletin Vulkanologi Dan Bencana Geologi, (January
2019), 41–50.
Hasriyani, E. (2018). The Analysis of Emotion Intensity Toward Health Behaviour of the Victims of the Sinabung Volcano Eruption Dissaster in the Unika Evacuation Area in
Kabanjahe, Tanah Karo Regency. 6(2), 51–66.
Huda, A. N., & Fardha, N. M. (2019). Monitoring Deformasi Gunung Sinabung Tahun 2018 Menggunakan Teknik Persistent Scatter Interferometry (PS InSAR) dan Citra Sentinel-1.
Hutapea, A. D., Purba, D. H., Sihombing, R. M., Hariyanto, S., Kartika, L., Siregar, D., … Mukarromah, I. M. (2021). Keperawatan Bencana (R. Watrianthos, Ed.). Yayasan Kita
Menulis.
Indirawati, S. M., & Sembiring, H. (2020a). Jarak Sumber Air Baku Air Minum dari Pusat Erupsi dan Risiko Kesehatan Jarak Sumber Air Baku Air Minum dari Pusat Erupsi dan Risiko
Kesehatan Masyarakat di Wilayah Pasca Erupsi Sinabung. Jurnal Kesehatan Lingkungan Masyarakat, (Oktober). https://doi.org/10.14710/jkli.19.2.103-110
Indirawati, S. M., & Sembiring, H. (2020b). Jarak Sumber Air Baku Air Minum dari Pusat Erupsi dan Risiko Kesehatan Masyarakat di Wilayah Pasca Erupsi Sinabung. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 19(2), 103–110. https://doi.org/10.14710/jkli.19.2.103-110
Indonesia, V. (2021). Sinabung Kembali Erupsi, Luncurkan Awan Panas Belasan Kali.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Upaya Kesehatan bagi Bencana Erupsi Sinabung.