Anda di halaman 1dari 82

Dr. dr. Zinatul Hayati, M.Kes.

,
Sp.MK (K)
 ISK : Terdapatnya bakteriuri disertai reaksi
inflamasi
 BAKTERIURI
- Adanya kuman didalam urin
- Bermakna : 105 bakt/ml
- Tergantung cara pengambilan sample
- Pada wanita muda  urin S.P.P  102 bakt/ml
- Bisa disertai piuri atau tanpa piuri
 PIURI
- Adanya lekosit dalam urin  5/LPB
- Bisa - disertai bakteriuri
- steril  TBC
• Bakteriuria bermakna (signifikan) menunjukkan pertumbuhan
mikroorganisme murni lebih dari 105 unit colony forming units
(CFU/ml) pada biakan urin.
• Bakteriuria bermakna mungkin tidak disertai manifestasi klinis
infeksi saluran kemih dinamakan bakteriuria asimptomatik
(covert bakteriuria).
• Bakteriuria bermakna disertai manifestasi klinis infeksi saluran
kemih
dinamakan bakteriuria simptomatik.
• Pada beberapa keadaan ditemukan pasien dengan manifestasi
klinis infeksi
saluran kemih tanpa bakteriuria bermakna.
• Banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu pada pasien
dengan
manifestasi klinis infeksi saluran kemih
 Nonspesifik  disebabkan
- Batang gram (-) aerob : E coli, P mirabilis
- Kokus gram (+) : Stafilokok, Enterokus
- Anaerob obligate : Bakterioides.
- Lain-lain: Chlamidia trachomatis, Ureaplasma
 Spesifik

Disebabkan mikroorganisme spesifik yang


memberikan gejala yang khas
Misal: Tuberkulosis, Gonorrhea, Actinomycosis
Gram negatif : Enterobacteriaceae
 Escherichia coli (terbanyak)
 Klebsiella pneumoniae
 Pseudomonas aeruginosa
Gram positif:
 Streptococcus pyogenes
 Staphylococcus aureus
 Enterococcus faecalis
 Upper urinary tract. infection
Ginjal, Ureter
 Lower urinary tract. ifection

Buli, Urethra

LAMA
 Akut
 Kronis  kurang tepat

 - persistent
- recurrent
• Lab: Urinalisa
• + leukocyte esterase
• + nitrites
• More likely gram-negative rods
•+ WBCs
•+ RBCs
 Pemeriksaan semikuantitatif
 Menghitung jumlah koloni kuman yang
tumbuh

Jumlah CFU/ ml Interpretasi


< 1.000 KOLONISASI
1.000 – MERAGUKAN  ulang
100.000 kultur
> 100.000 ISK
1. Infeksi pertama (First infection)
- Infeksi pertama kalinya
- Umumnya uncomplicated, sensitif terhadap AB
- Sering pada wanita muda, 1/3  recurrens
2. Unresolved bacteriuria
- Urine tak pernah steril selama terapi
- Penyebab :
- Resisten terhadap AB - Reinfeksi
- Pasien tidak disiplin - CRF
- Infeksi campuran - Batu staghorn terinfeksi
- Bact. Cepat berubah menjadi resisten
Kultur urin steril selama th/ tetapi segera (+) bila th/
dihentikan  sumber infeksi (+)
Penyebab
- Batu infeksi - Stump ureter terinfeksi
- Prostatitis kronis - Popillary necrosis terinfeksi
- Ginjal atrofi terinfeksi - Kista urachus terinfeksi
- Fistel - Infected medullary sponge kidney
- Obstructive nephropathy - divertikel urethra
- Divertikel pielokaliks - Benda asing
terinfeksi
 Timbul infeksi baru dengan patogen yang baru
 Interval dengan infeksi terdahulu bervariasi
 80% rekurensi  reinfeksi
4 route infeksi

 Ascending
Dari : - buli ke ginjal  refluks
- urethra ke prostat, buli
 Hematogen
Ke : ginjal, prostat, testis
 Limfogen
Dari usus, cervix ke buli, ginjal
 Direct extention
Dari usus ke buli
1. Faktor virulensi bakteri
2. Faktor kepekaan ekstrinsik
2.1. Pada wanita
2.1.1. Introitus
2.1.2. Urethra  pendek
2.2. Pada pria  Prostat mensekresi zat anti bakteri
 bila /(-)  Bacterial prostatitis
3. Faktor kepekaan intrinsik
Neurogenic bladder, rest urine, batu  memudahkan
infeksi.
Surface mucin, GAG, urinary antibody, PH urine.
 Adanya Vesicoureteral reflux, kualitas
pristaltik ureter & kepekaan medula ginjal
terhadap infeksi
 Obstructive uropathy, renal blood flow  &

adanya benda asing  me (+) kepekaan


terhadap infeksi.
 Transport :
› minimal 2 jam setelah pengumpulan
spesimen
› > 2 jam : lemari es (bukan freezer)
 Untuk me (-) kontaminasi terutama pada wanita
1. Aspirasi supra pubik
2. Mid Stream
Posisi lithotomy, perinum & gen.ext dibersihkan
dengan sabun.
3. Kateterisasi (jangan dari urine bag)

 Untuk mengambil sample urine dari ginjal 


pakai kateter ureter.
Aspirasi supra pubik

c
 PRE ANALITIK
◦ Pengumpulan, transportasi, dan pemrosesan
spesimen klinis

 ANALITIK
◦ Proses analisis spesimen

 POST ANALITIK
◦ Verifikasi dan Ekspertisi hasil
 MIKROSKOPIS
◦ Pewarnaan langsung, Gram, BTA

 KULTUR (BIAKAN)
◦ Konvensional: Biokimia, kit
◦ Otomatis: Vitex

 SEROLOGI
◦ Aglutinasi, Presipitasi, ELISA, Dot blot dll

 BIOLOGI MOLEKULER
◦ PCR
• Infeksi pada traktus urinarius (urethritis) banyak disebabkan
oleh bakteri batang gram negatif aerob. Organisme yang paling
sering ditemukan adalah Eschericia coli pada keadaan tanpa
komplikasi dengan frekwensi sampai 80 %, kemudian diikuti
Klebsiella, Proteus,
Enterobacter , Pseudomonas, Staphylococcus dan
Streptococcus group D.

• Pemeriksaan Bakteriologi urin perlu dilakukan pada keadaan-


keadaan adanya kecurigaan infeksi saluran kemih, cystitis,
glomerulonefritis dan penyakit ginjal.
• Random
Koleksi dilakukan pada saat yang acak, dicatat kapan waktu
pengambilan pada container
• First Morning
Koleksi dilakukan segera setelah bangun tidur ( =
overnight / eight-hour / early –morning)
• Timed
Koleksi dilakukan pada waktu2 tertentu selama periode 24 jam (
misal: jam 10.00, 2 jam setelah makan dll)
• 24-Hour Urine
Mengukur jumlah total cairan yang diekskresikan selama 24 jam
 variasi diurnal ( konsentrasi terendah Katekolamin,
elektrolit dll terjai pada pagi hari )
• Urin Midstream (Urin Pancaran Tengah)
Orificium urethra eksterna atau labium mayora pada wanita dibuka,kulit di
sekitarnya dibersihkan dengan salin atau air steril (jangan antiseptik ), pada
wanita sebaiknya memakai tampon untuk mencegah kontaminasi flora
normal vagina.Urin dipancarkan, pancaran pertama dibuang, sedangkan
pancaran tengah ditampung dalam botol steril bermulut lebar, baru kemudian
dipindahkan ke botol steril biasa.

• Urine Paediatrik
Koleksi urin pada anak Balita. Kantong plastik direkatkan ujungnya pada
kulit sekitar orificium urethra eksterna yang telah dibersihkan. Kantong
dilepaskan segara setelah urine terpancar. Jika hasil pemeriksaan meragukan
atau signifikan perlu konfirmasi dengan tehnik suprapubic bladder puncture.
Jika hasil tidak signifikan tidak perlu pemeriksaan lanjut.
• Suprapubic Bladder Puncture
Dilakukan apabila kesulitan dengan tehnik pancaran tengah atau pada 2 atau
lebih dengan tehnik pancaran tengah menunjukkan hasil yang meragukan.
Punksi dilakukanoleh petugas yang berpengalaman.Kulit di sekitar
suprapubic didesinfeksi, jarum dipasangkan pada syringe , tusukkan
tepat pada bagian tengah di atas pubes sampai masuk ke
kandung kemih. Ambil urine 10 – 20 ml dan kemudian dipindahkan
ke botol screw capped steril.
• Spesimen kateter
Koleksi dilakukan dengan memasukkan kateter ke dalam vesica urinaria
melalui urethra secara tehnik aseptik. Tempat penusukan kateter pada
ujung distal. Penilaian hasil kultur urin setara dengan spesimen
dari punksi
suprapubik Jarang dilakukan karena sangat beresiko terjadinya infeksi
• Spesimen urin untuk pemeriksaan bakteriologi
harus ditampung dalam botol steril dan dalam
waktu kurang dari 1 jam setelah koleksi harus
sampai di laboratorium untuk penanaman dan
pembiakan selanjutnya.
• Jika urine harus ditransport untuk jarak jauh
sebaiknya dipak dengan es kering atau
dipreservasi dengan penambahan 0,5 gr Boric
Acid pada kontainer steril dan kemudian diisi
urin kira-kira 28 ml atau konsentrasi 1,8 %.
• Apabila spesimen tidak dapat langsung dikirim segera ke
laboratorium, perlu dilakukan sbb :
• Simpan dalam lemari pendingin 2 -8 o C, ≤24 jam  hasil
valid
• Aliquote urin dipindahkan ke tabung transport mengandung
bacteriostatic preservative, perhatikan persyaratan transport
yg dibutuhkan . Spesimen yang diberi pengawet tidak
memerlukan pendinginan
• Jika trasnport lama, campurkan agar film (yang dilekatkan
pada plastik) ke dalam urin, masukkan dalam wadah tertutup.
Keduanya dikirim ke lab  subkultur.
• Deteksi jumlah bermakna kuman patogen
(significant bacteriuria) dari kultur urin masih
merupakan baku emas untuk diagnosis ISK..

 Jumlah koloni > 105 koloni/ml urin dipastikan bahwa


bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK.
 Jumlah koloni < 103 koloni / ml urin kontaminasi flora
normal dari muara uretra.
 Jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin,
kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan  biakan
ulang dengan bahan urin yang baru
• Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman
adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih
dan pemberian antibiotika sebelumnya
(Pappas, 1991).
• Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri
yang tumbuh.
• Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka
kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah
terkontaminasi.
• Metode Kertas Saring • Pour Plate
• Metode Dipslide • Streak Plate
• Satu strip kertas saring diletakkan di permukaan agar
TSA salam petri kecil
• Kertas saring memiliki porositas standard 
menyerap urin dengan kuantitas setara permukaan
petri
• Inkubasi 37o C, 10 - 24 jam
• > 25 koloni dalam petri ekuivalen 105 cfu/ml urin
• Subkultur pd media diagnostik
• Negatif palsu & Positif palsu ≤ 5%, biaya
murah
• Lempeng plastik yang dilapisi medium agar pada kedua sisi
• Lempeng plastik dicelupkan ke dalam spesimen urin dan diinkubasi
• Perbedaan tipe medium memungkinkan untuk identifikasi baktreri penyebab
dan menghitung angka kuman
• Media Mac Conkey ( bakteri Gram negatif) dan CLED medium ( batang
gram
negatif/ kokus gram positif)
• Bila bakteri gram negatif tumbuh banyak pada kedua sisi lempeng dengan
konsentrasi tinggi  terdapat infeksi
• Cara : Bagian yg menandung media dicelupkan dalam spesimen urin 
inkubasi
37oC, 24 jam
• Dibaca jumlah Koloni dengan menggunakan standar angka kuman dipslide
• Pengamatan Warna dan bentuk koloni  identifikasi
• 0,1 ml urin ditambahkan pada 10 ml pelarut
( Kaldu /larutan
buffer), digojok dan
• diambil 0,1 ml tambahkan pada petri dish
steril menggunakan
pipet.
• Agar cair dituangkan pada petri tsb,
digoyang perlahan, agar membeku,
diinkubasi 37oC
• Satu koloni mewakili 1.000 organisme
hidup yang terkandung pada spesimen asli.
• Sampel urin dilakukan seri pengenceran 1/1, 1/10, 1/100,
1/1000
sampai 1/10.000
• Pada Petri diameter 100 mm dengan agar darah dan Mac
Conkey
dituangkan 1 ml urin
• Urin diratakan sampai membasahi seluruh permukaan media
• Petri diletakkan miring, sisa urin terkumpul di bawah, diambil
dg pipet
steril , dibuang
• Diperkirakan urin yang melekat 1/10 ml
• Inkubasi 37oC , 24 Jam
• Dikerjakan untuk seluruh seri pengenceran
• Cara penghitungan angka Kuman :X x FP x 10 = ….
Cfu/ml
• X = Jumlah Koloni , FP = Faktor Pengenceran
• Menggunakan ose terukur, volume urin 0,001 ml
• Dilakukan goresan pada media agar
• 100 koloni ekuivalen 10 5 CFU/ml
• Cara: Ambil specimen urin, Homogenkan urin, Ambil ose
standar 1/1000 steril, Celupkan ke dalam urin dan
goreskan pad agar darah, Sterilisasi nilai ose standar
1/1000.
 Setelah steril dan dingin celupkan lagi ke dalam urin dan

goreskan pada
 agar darah Mc Conkey dengan cara seperti pada agar darah

• kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.


• Sterilkan ose yang telah digunakan
Metoda Kuantitatif
 Enumerasi atau estimasi langsung atau tidak
langsung
 Aerobic Plate Counts (standard plate counts

untuk dairy products), anaerobic counts,


psychrotrophic counts, thermoduric counts,
coliform counts, S. aureus counts, yeast and
mold counts.
 Microscopic Counts
 CFU – Colony Forming Unit

◦ Nonselective agar media (PCA)


◦ Nonselective differential agar media
◦ Selective agar media
◦ Selective differential agar media
 MPN
 Dye reduction test
 Pengenceran - nonselective media cair –

jarang digunakan
 Bakteri patogen (positif atau negatif)
 Salmonella, E. coli O157:H7, Clostridium

botulinum, Listeria dll


 Jumlah koloni: Dilakukan dengan pengenceran sampel

Figure 6.15, top portion


 Inokulasi cawan
petri dari seri
pengenceran

Figure 6.16
 Setelah inkubasi,hitung koloni pada cewan yang
memiliki jumlah 25-250 koloni (CFU)

Figure 6.15
 Hitung jumlah koloni, kalikan jumlah koloni (atau
rerata jumlah jika digunakan ulangan dalam
pengenceran yang sama) dengan kebalikan
pengencerannya.
 Catat pengenceran yang digunakan dan jumlah
koloni dihitung atau diduga pada tiap petri.
 Untuk mencegah kesalahan ketelitian dan akurasi,
catat hanya dua digit pertama saja. Digit kedua
dapat ditingkatkan jika digit ketiga di atas 5;
gunakan nol untuk digit setelah digit kedua.
 Laporkan jumlah (atau dugaan jumlah) sebagai cfu
per g atau ml.
• Hitung jumlah koloni. Hanya yang memenuhi
syarat yang dihitung.
• Spreader tidak dihitung
• Hitung semua koloni termasuk yang kecil, catat
pengenceran yang digunakan dan hitung jumlah
koloni
• Contoh 1:

Pengenceran 1:100 jumlah koloni 243*


Pengenceran 1: 1000 jumlah koloni 23
Maka jumlah bakteri: 24.300 ditulis 2,4 X 104
cfu/ml
•Contoh 2
Pengenceran 1:100 jumlah koloni spreader
Pengenceran 1: 1000 jumlah koloni 31*
Maka jumlah bakteri: 31.000 ditulis 3,1 X 104
cfu/ml

•Contoh 3
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 305
Pengenceran 1: 1000 jumlah koloni 42
Maka jumlah bakteri: 42.000 ditulis 4,2 X 104
cfu/ml
• Contoh 4
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 200*
Pengenceran 1: 1000 jumlah koloni 42*
1. Bandingkan dua pengenceran tersebut, jika > 2
maka dirata-rata jika < 2 gunakan pengenceran
yg lebih kecil
Maka jumlah bakteri: 42.000/20.000 > 2 maka
jumlah bakteri = ditulis 2,0 X 103 cfu/ml
• Contoh 5
Pengenceran Petri 1 Petri 2
10-2 175 208
10-3 16 17
Maka:
• Rata-rata terlebih dahulu padapengenceran yg

memenuhi syarat
• Yang memenuhi syarat hanya pengenceran

1:100 sehingga (175 + 208)/2 = 191,5


• Karena digit ketiga kurang dari 5 maka jumlah

bakteri adalah 19.000 cfu/g atau 1,9 X 104


cfu/ml
1. Jumlah koloni 25 – 250 dengan dua ulangan
Contoh 6:
Pengenceran Petri 1 Petri 2
10-2 228 240
10-3 28 23
Maka:
23 tidak memenuhi syarat tetapi krn28 memenuhi
syarat maka tetapdirata-rata terlebih dahulu.
(280+230)/(228+240) = 510/468 < 2 maka
Jumlah sel = (280+230+228+240)/4 = 244,5
X102
= 2,5 X104 cfu/ml
• Jika tidak ditemui petri dengan jumlah koloni antara
25 dan 250 dan salah satu petri memiliki jumlah
koloni lebih dari 250 maka pilih yang paling
mendekati 250 dan hitung sebagai hasil pendugaan
(dugaan) cfu/g
• Contoh 7:

Pengenceran 1:100 jumlah koloni 325


Pengenceran 1:1000 jumlah koloni 20
maka jumlah mikroba adalah 33.000 (dug) cfu/g atau
3,3 X104 cfu/ml (est/dug)
 Contoh 8:
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 287 dan 263
Pengenceran 1;1000 jumlah koloni 23 dan 19
Yang dipakai adalah yang mendekati 250
(287+263)/2 = (550/2) = 27,5 karena desimal
terakhir 5 maka menjadi 28
jadi jumlah mikroba = 28.000 cfu/g atau 2,8 X
104 cfu/ml (est)
•Jika petri dari semua pengenceran menunjukkan
jumlah koloni kurang dari 25, catat jumlah
aktual koloni pada pengenceran yang paling
rendah dan laporkan sebagai dugaan cfu/g
Contoh 9:
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 0
Pengenceran 1:1000 jumlah koloni 0
maka jumlah mikroba adalah <100 (dug) cfu/g
Contoh 10:
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 18 dan 16
Pengenceran 1:1000 jumlah koloni 2 dan 0
maka jumlah mikroba <1700 (dug) cfu/g.
•Jika pada semua pengenceran tidak dijumpai adanya
koloni dan tidak terdapat senyawa penghambat,
laporkan jumlah pendugaan dengan kurang dari (<)
pada pengenceran yang paling rendah.
Contoh 11:
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 0
Pengenceran 1:1000 jumlah koloni 0.
Maka jumlah mikroba <100 (dug) cfu/g
 Jika jumlah koloni tiap petri di atas 250, hitung
koloni dalam bagian petri berdasar distribusi yang
mewakili
 Jika dalam hitungan <10 koloni/cm2, pilih dalam 12
cm2 dengan cara 6 luasan horizontal berurutan dan
6 luasan sudut kanan berurutan.
 Ingat jangan ada koloni yang dihitung dua kali.
 Jika dalam hitungan ada >10 koloni/cm2 hitung
koloni dalam 4 luasan yang mewakili seperti cara di
atas, kalikan rerata jumlah koloni per cm2 dengan
luas petri.
 Pada umumnya luas petri sekitar 56 cm2 gunakan ini
sebagai faktor pengali.
 Ada tiga tipe spreader.
 Tipe pertama adalah rantaian koloni, tidak dapat
dipisahkan secara tepat, disebabkan oleh
disintegrasi gumpalan bakteri ketika inokulum
ditebarkan dalam medium plating.
 Jika satu atau lebih rantai jelas asalnya dari
sumber terpisah.
 Hitung masing-masing sebagai satu koloni.
Jangan hitung tiap-tiap koloni individu dalam
rantai sebagai koloni terpisah.
 Tipe kedua adalah perkembangan koloni yang
meluas dalam film air antara agar dan dasar
Petri.
 Tipe ketiga bentuk dalam film air pada tipe
permukaan agar.
 Kedua tipe ini berkembang karena akumulasi
kelembapan pada tiap sebaran asli, dan
 spreader ini dapat mewakili pertumbuhan koloni
individu, jika pengenceran terdistribusi secara
merata dalam medium.
Figure 6.19
 Menggunakan haemacytometer atau Petroff
Houser Counter.
Misal Diket Luas Kotak pada haemacytometer = 4 X 10-2 mm2
Tinggi = 2 X 10-2 mm
Maka volume daerah kotak = 8 X 10-4 mm3 = 8 X 10-7 ml
Jumlah sel dihitung 14 Maka jumlah mikrobia
 betul-betul berasal dari lokasi infeksi dan
harus bebas kontaminan
 saat/waktu pengambilan harus tepat
 kuantitas harus adekuat
 alat, teknik pengambilan, dan pemilihan

media harus tepat


 diambil sebelum pemberian antibiotika
 tempat/wadah harus diberi label yang

lengkap, jelas, dan dapat dibaca


 mempertahankan keadaan spesimen
seperti keadaan asal
 menekan •
seminimum mungkin
perubahan kualitas spesimen
 mengurangi bahaya untuk orang yang

akan menangani spesimen


 Stuart
 Amies
 Carey-Blair
 Kaldu pepton
 Buffer glycerol saline (BGS)
 kuman yang dicari masih hidup
 kuman lain tidak tumbuh berlebihan
KRITERIA PENOLAKAN TINDAKAN
Label tidak cocok / tidak lengkap - Tilpon dokter atau perawat
- Jika (-) jawaban 􀃆 beri catatan
Transportasi terlalu lama Minta spesimen baru atau proses dengan catatan
a. Urin > 1 jam, suhu kamar transportasi terlalu lama
b. Spesimen N go. tanpa medium transport; lebih
satu jam
Penampung tidak sesuai; tidak steril - Minta spesimen baru
- Jika dikerjakan beri catatan
Penampung pecah/retak - Minta spesimen baru
- Jika dikerjakan 􀃆 beri catatan
Spesimen ganda, Kecuali Darah - Tanyakan ke dokter/perawat
- Pilih salah satu yang terbaik
Spesiemen tidak cocok dengan - Tilpon dokter/perawat
permintaan - Minta spesimen baru atau
Mis: anaerobik dgn. Transport aerobik - Dikerjakan dengan catatan
Jumlah tidak cukup - Minta spesimen baru
Mis: Darah dws 3 ml. - Jika dikerjakan beri catatan
 Untuk me (-) kontaminasi terutama pada wanita
1. Aspirasi supra pubik
2. Mid Stream
Posisi lithotomy, perinum & gen.ext dibersihkan
dengan sabun.
3. Kateterisasi (jangan dari urine bag)

 Untuk mengambil sample urine dari ginjal 


pakai kateter ureter.
 PEMILIHAN
◦ Kateter: resiko memasukkan bakteri
◦ Jangan pakai: Bed side Catheter bag
 PENGAMBILAN SPESIMEN
◦ Bahan yang dibutuhkan: Semprit isi 10 ml dan
Jarum suntik nomor 21, Kapas alkohol
 Jepit kateter (<30 menit)
 Bersihkan dgn. Alkohol pd tempat ambil urin
 Tusukkan jarum, ambil urin, tampung, tutup
rapat.

CARA PEMBERIAN LABEL


 Pedoman Umum Cara Pemberian Label
 Cantumkan cara pengambilan urin; misalnya:
Kateter

PENGIRIMAN
 Segera priksa dalam 30 menit; atau taruh dalam
almari es dan paling lama 24 jam.
PEMILIHAN
 Dianjurkan urin pagi hari;
 Buang 1/3 aliran urin pertama

PENGAMBILAN
 Bahan yang dibutuhkan: Botol/Tabung steril

bertutup ulir, Sabun medis, Kasa,


Akuades/air suling
Instruksi pada Wanita
 Duduk di toilet,
 Buka kaki/lutut ke samping selebar mungkin.
 Dgn sabun medis & spon/kain/kapas cuci
genital dgn gerak dari depan ke belakang.
 Bilas dengan spon basah; depan ke belakang;
 Ulangi beberapa kali dgn spon basah baru.
 Pegang dengan jari dan taruh cawan/botol
mulut lebar di depan genital, dan jangan
menyentuh tepi botol.
 Buang urin pertama keluar; dan Berikutnya
ditampung.
 Tutup segera botol.
Instruksi pada Laki
 Tarik kulit preputium (‘Foreskin’ untuk yang
tidak
khitan), dan bersihkan Glans penis.
 Ikuti cara pencucian seperti pada wanita
 Periksa bahwa tutup rapat dan tidak pecah; dan
Jika tak segera diperiksa, simpan dalam almari es

CARA PEMBERIAN LABEL


 Baca pedoman Umum Cara Pemberian Label
 Catat apakah penderita telah mendapat antibiotk
 CATATAN: Pd anak : pakai Pediatric bag
PEMILIHAN
 Cara ini terbebas dari: pencemar uretra dan
perineum
 Diutamakan untuk anak; atau pemeriksaan
anaerobik

PENGAMBILAN SPESIMEN
 Bahan yang Dibutuhkan
◦ Desinfektan kulit
◦ Anastesi lokal
◦ Semprit isi 10 ml dan jarum nomor 22
◦ Botol steril bertutup ulir
 Desinfeksi kulit: Antar Pusar (Umbilicus) s/d
penis.
 Anastesi pada tempat tusukan (Mid-line, 2 CM
di atas simpisis)
 Masukkan jarum ke k. kemih yang sedang
penuh
 Hisap, tampung dalam botol dan tutup rapat

CARA PEMBERIAN LABEL


 Baca Pedoman Umum Cara Pemberian Label
 Beri catatan:
◦ Urin suprapubik
◦ Apakah perlu pemeriksaan anaerobik
◦ Catat waktu pengambilan (Jam, tanggal)
PENGIRIMAN
 Segera priksa dalam 30 menit; atau taruh

dalam almari es dan paling lama 24 jam.


CATATAN
 Pemeriksaan anaerobik hanya atas

permintaan
 Anak: tempat tusukan 1-2 CM di atas

simpisis pubis; Jml. 5 ml


PEMILIHAN SPESIMEN
 Bersihkan flora di sekitar lubang uretra

luar: Kapas + Akuades


 Terbaik : nanah yang keluar dari uretra;

atau hapusan masuk 2 cm ke dalam


uretra.
 Spesimen dari situs genital wanita untuk
mendeteksi mikroorganisme dari cervicitis,
vulvovaginitis, uretritis, bacterial vaginosis (BV),
salpingitis, endometritis atau ulkus pada
kelamin.
 Pada laki-laki menunjukkan uretritis,
epididimitis, prostatitis atau ulkus pada kelamin.
 Spesimen dari wanita hamil biasanya untuk
mendeteksi mikroorganisme penyebab penyakit
pada neonatus.
 Spesimen dari anak-anak dan wanita
pascamenopause jarang dikirim.
Bahan yang dibutuhkan
 􀀹Swab urogenital (‘Urogenital swab’)
 􀀹Medium transport
 􀀹Gelas obyek untuk sediaan hapusan/Pewarnaan

CARA PENGAMBILAN SPESIMEN


 􀀹Jika ada eksudat 􀃆 pijat batang penis sd keluar eksudat;
 􀀹ambil dgn swab steril dan masukkan ke dalam media
transport;
 􀀹Ambil lagi 􀃆 Hapusan pd gelas obyek dan beri label.
 􀀹Jika tidak ada eksudat 􀃆 swab masuk uretra 2 cm, putar
dan keluarkan lagi.
 􀀹Tanam segera 􀃆
 􀃆 media khusus & Eramkan 35 C, CO2 tinggi
CARA PEMBERIAN LABEL
 Baca pedoman umum cara pemberian label

PENGIRIMAN
 Segera kirim ke laboratorium; Jangan pakai Es

CATATAN
 Diagnosis N. gonorrhoeae dari uretra dgn Cat Gram
 􀀹Baik pd laki
 􀀹Kurang baik pd Wanita
 Neisseria gonorrhoeae 􀃆 mudah mati ?
 Pakai Swab Dacron atau Kalsium alginat
 Dalam media transport 􀃆bisa bertahan sd. 24 jam.
Pemilihan
 Pilihan unt. anak atau diare akut
 Swab harus mengandung bahan tinja
 Jangan hanya di anus
 Biasa thd: Salmonella, Shigella dan
Campylobacter

Pengambilan Spesimen
 Bahan yang dibutuhkan
◦ Swab (Cotton Swab) (Lidi kapas steril)
◦ Media transport (Stuart atau Amies)
 Cara Pengambilan
◦ Masukkan swab 􀃆 spinkter ani (2 CM), sekali putar dan
tarik;
◦ Segera masukkan dalam media transport
◦ Untuk N. gonorrhoeae, 􀃆 swab 􀃆 sd kripta di anus.
 Cara Pemberian label
◦ Catat waktu pengambilan
◦ Cantumkan bakteri yang dicari (N gonorrhoeae)
 Pengiriman
◦ Untuk Gonococcus, < 30 menit harus Sampai di Lab. &
jangan di Es
◦ Untuk kultur rutin (Non Go) : media transport, jika lama
simpan suhu dingin
 Catatan: Spesimen pilihan diare adalah tinja cair
PENGAMBILAN SPESIMEN
 Cara aseptic (Mutlak)
 Desinfeksi pada kulit tempat ambil darah (Vena)
 Jumlah spesimen 􀃆 Penting

Bahan yang dibutuhkan


 Sarung tangan steril
 Alkohol 70% dan
 Yodium tingtur (Povidone Iodine 10%)
 Semprit sekali pakai
 Botol Media (aerobik
PENGAMBILAN SPESIMEN
 Jika ‘Double needle collection set’ : desinfeksi

tutup karet
Persiapan kulit tempat pengambilan
 Palpasi dan tentukan Vena

◦ Desinfeksi dgn. kapas alkohol,


◦ Desinfeksi dgn. kapas yodium cara sama;
◦ biarkan 30-60 detik
 Jangan sentuh lagi bagian tersebut
 Ambil secukupnya (dewasa 10-20 ml; anak 1-5
ml)
 Masukkan dalam botol khusus atau Botol tutup
ulir + Media BHI (Brain Heart Infusion Broth) 50
ml & antikoagulan SPS (0,025-0,05%).

CARA PEMBERIAN LABEL


 Baca pedoman Umum
 Beri keterangan tambahan
◦ Tempat ambil
◦ Sudah dapat antibiotic
◦ Diagnosis?
PENGIRIMAN
 Jangan dalam almari es;
 biarkan suhu kamar atau 35 C
 Segera kirim ke laboratorium Mikrobiologi

Anda mungkin juga menyukai