Anda di halaman 1dari 27

Teknologi Formulasi Sediaan Cair & Semisolid

“Preformulasi”

FAKULTAS FARMASI & ILMU


KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA
INDONESIA
MEDAN
PREFORMULASI

 Preformulasi terdiri dari kata pre yang artinya


sebelum dan formulasi yang artinya
perumusan atau penyusunan. dibidang
farmasi preformulasi dapat diartikan sebagai
langkah awal yang dilakukan ketika akan
membuat formula suatu obat.
Rancangan dari suatu bentuk sediaan obat yang
tepat memerlukan pertimbangan karakteristik
fisika, kimia dan biologis dari semua bahan-bahan
obat dan bahan-bahan farmasetik yang akan
digunakan dalam membuat produk obat.

Obat dan bahan-bahan farmasetik yang


digunakan harus tercampurkan satu sama lainnya
untuk menghasilkan suatu produk obat yang
stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan aman.
Produk harus dibuat di bawah pengontrolan agar
memiliki kualitas yang baik dan dikemas dalam
wadah yang membantu stabilitas obat.
 Studi preformulasi adalah tahap pertama
dalam pembentukan atau aktivitas formulasi
dengan pertimbangan yang hati-hati dari
data preformulasi.
 Preformulasi penting bagi formulator untuk
mendapatkan profil fisika-kimia yang lengkap
dari bahan-bahan aktif yang tersedia sebelum
memulai suatu aktifitas perkembangan
formulai seluruh informasi ini diketahui
sebagai preformulasi (Lieberman, 1990).
Studi Preformulasi

Merupakan langkah awal pengembangan bentuk suatu sediaan dari suatu bahan
obat secara rasional dengan memanfaatkan data-data fisikokimia dan
biofarmakokinetik dari obat sendiri maupun kombinasinya dengan bahan
pembantu (eksipien

Data-data ini digunakan untuk mendesain suatu sediaan yang stabil, manjur,


ketersediaan hayati terpenuhi, tidak toksik dan dapat diproduksi secara masal.
PREFORMULASI SEDIAAN FARMASI

Melibatkan berbagai investigasi bahan obat  mendapatkan


informasi yang berguna

Data preformulasi  formulasi sediaan yang secara fisikokimia


stabil dan secara biofarmasi sesuai dengan tujuan dan bentuk
sediaan

07/17/2021 7
Pentingnya preformulation

 Untuk memperbaiki metode analisis maka


dilakukan preformulation mencegah
dekomposisi obat yang tidak diinginkan
 Metode untuk mendeteksi stabilitas belum
banyak diketahui, sehingga penting untuk
melakukan preformulasi
TUJUAN PREFORMULASI
 Untuk mencapai sebuah respon terapi yang
diramalkan dari suatu formulasi yang mana
bisa dibuat dalam skala besar dengan
menghasilkan produk yang berkualitas
 Untuk memastikan kualitas produk
 Stabilitas kimia dan fisika, dengan
pengawetan yang sesuai untuk melawan
kontaminasi mikroba jika diperlukan
 Keseragaman dosis obat
 Penerimaan termasuk pembuat resep dan
pasien
 Kemasan yang cocok dan pelabelan
idealnya
 Bentuk sediaan ideal
 Membuat formula yang tepat sehingga
menghasilkan produk akhir berupa sediaan
farmasi yang stabil, berkhasiat, aman dan
nyaman ketika digunakan.
 Data  dari praformulasi tidak selamanya harus
dicoba atau diteliti, akan tetapi dapat
diperoleh dari literature.
Studi praformulasi pada dasarnya berguna untuk
menyiapkan dasar yang rasional untuk
pendekatan formulasi, Untuk memaksimalkan
kesempatan keberhasilan memformulasi produk
yang dapat diterima oleh pasien dan akhirnya
menyiapkan dasar untuk mengoptimalkan
produksi obat dari segi kualitas dan performa.
Sifat suatu sediaan dapat mempengaruhi secara
bermakna kecepatan onset efek terapi dari suatu
obat, lamanya efek tersebut, dan bentuk pola
absorbsi yang dicapai.
Oleh karena itu pengembangan praformulasi
dan formulasi untuk suatu produk steril harus
diintregasikan secara hati – hati dengan
pemberian yang dimaksud pada seorang pasien.
Beberapa alasan mengapa obat
dibuat sediaan yaitu :
1.      Untuk keamanan penggunaan zat aktif
yang merangsang lambung.
2.      Untuk menghilangkan atau mengurangi
bau, rasa yang tidak enak.
3.      Memudahkan penggunaan.
4.      Aksebilitas (dapat diterima) oleh pasien
5.      Zat aktif dilepas berlahan-lahan (Drug
delivery system).
Pertimbangan Umum Preformulasi

1.      Bentuk sediaan yang akan dibuat. 


a.          Ada beberapa pilihan bentuk sediaan farmasi yaitu bentuk padat
(puyer, tablet, kapsul, suppositoria ), bentuk setengah padat
( salep, pasta, krim ) dan bentuk cair ( larutan, suspensi, emulsi ). 

b.         Pemilihan bentuk sediaan obat tergantung pada :


  Sifat-sifat fisika-kimia zat aktif yang digunakan, yakni kelarutan,
ukuran partikel, sifat higroskopis, reaksi-reaksi kimia dll.
 Kerja obat yang diinginkan, secara lokal ataukah sistemik. Untuk kerja
lokal dipilih sediaan salep, krim, lotion, serbuk tabur. Untuk kerja
sistemik ( diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah ) dipilih sediaan
tablet, kapsul, pulveres/puyer dan sirup.
 Umur si pemakai. Untuk bayi dan anak-anak lebih disukai bentuk
pulveres dan sirup. Untuk dewasa umumnya dibuat dalam bentuk
tablet, kapsul.
2.      Bahan tambahan obat yang akan digunakan. Bahan tambahan yang
digunakan dalam formulasi harus kompatibel (dapat tercampurkan ) dengan
bahan obat utama ( zat aktif ) dan bahan tambahan yang lain.
Bahan tambahan diperlukan untuk : 
a.       Mendapatkan bentuk sediaan yang diinginkan ( bentuk tablet,· larutan, dll ).
  Sebagai contoh : pada sediaan tablet selain zat aktif, digunakan bahan
tambahan berupa bahan pengisi untuk memperbesar volume tablet, bahan
pengikat untuk merekatkan serbuk bahan obat, bahan penghancur untuk
mempercepat pecahnya tablet di dalam lambung, dan bahan penyalut yang
digunakan untuk memperbaiki kestabilan, mengontrol penghancuran dan
mempercantik penampilan tablet.
 Pada sediaan larutan digunakan bahan tambahan berupa pelarut untuk
melarutkan bahan obat, dapat juga ditambahkan bahan penstabil untuk
mencegah peruraian bahan obat, bahan pengawet untuk mencegah
pertumbuhan mikroba, bahan pemberi warna dan rasa untuk memperbaiki rasa
dan penampilan produk. Demikian juga untuk sediaan salep, pasta, krim dan
lain-lain. 
b.      Menjaga kestabilan sediaan obat (misal : pengawet, pensuspensi,pengemulsi )
c.       Menjaga kestabilan zat aktif ( misal : antioksidan )
3.      Kenyamanan saat penggunaan.
a.       Kenyamanan saat digunakan penting untuk diperhatikan
karena akan mempengaruhi kepatuhan si pemakai obat. Jika
obat berasa tidak enak maka orang akan enggan
mengkonsumsinya. 
b.      Rasa yang tidak enak dari obat dapat ditutupi dengan
penambahan corrigens saporis, bau yang tidak enak ditutupi
dengan corrigens odoris, dan warna yang kurang menarik
ditutupi dengan corrigens coloris. 
c.       Rasa pahit dari obat-obat tertentu misal Ampisilin dan
Amoksisilin dapat diatasi dengan penggunaan bentuk garamnya
yaitu Ampisilin trihidrat dan Amoksisilin trihidrat yang tidak
pahit. 
d.      Sediaan setengah padat harus memenuhi persyaratan yaitu :
halus, mudah dioleskan, tidak terlalu lengket dan tidak
meninggalkan bekas noda pada pakaian.
4.      Kestabilan sediaan obat. 
a.       Selama penyimpanan, sediaan obat harus tetap dalam
keadaan yang stabil, tidak menampakkan tanda-tanda
kerusakan. Tanda-tanda kerusakan yang umum ditemui
pada sediaan obat misalnya: terjadi perubahan warna,
bau, rasa, timbulnya kristal pada permukaan tablet/kaplet,
memisahnya air dan minyak pada sediaan krim / emulsi. 
b.      Untuk menjaga kestabilan sediaan obat perlu
dilakukan :
  Penambahan bahan tambahan tertentu ( misalnya :
pengawet ).
 pengemasan yang tepat.
 pemberian petunjuk tentang cara penyimpanan yang
benar.
5.      Khasiat obat.
Untuk menjaga khasiat obat, perlu diperhatikan : 
a. Pemilihan bentuk sediaan. Sebagai contoh, jika
zat aktif tidak stabil dalam media air, maka
tidak diformulasi dalam bentuk cair. 
b. Bahan-bahan tambahan yang digunakan tidak
boleh mengurangi khasiat zat aktifnya. 
c. Pemberian petunjuk cara penggunaan yang
benar.
Jenis-Jenis Bahan Obat dan
Bahan Tambahan Obat
FORMULA BEBERAPA BENTUK SEDIAAN OBAT
1.      FORMULA TABLET
Bahan obat aktif : 1% - 50% dan Bahan tambahan
obat : 50% - 90%, terdiri dari :Pengisi, pengikat,
penghancur, pelicin, pelumas, pemberi warna,
perasa, penyalut
2.      FORMULA SALEP
Bahan obat aktif : 1% - 10% dan Bahan tambahan
obat : 90% - 99%, terdiri dari : Dasar salep,
pengawet, pewarna.
3.      FORMULA KRIM
Bahan obat aktif : 1% - 10% Bahan tambahan obat :
90% - 99% terdiri dari :Dasar krim, pewangi,
pengawet, pewarna.
4.      FORMULA SUSPENSI Bahan obat aktif : 1% - 10%
Bahan tambahan obat : 90% - 99% terdiri dari
:Pembawa/pelarut, pensuspensi, perasa, pengawet.
5.      FORMULA INJEKSI Bahan obat aktif : 1% - 20%
Bahan tambahan obat : 80% - 99% terdiri dari :
Pembawa, pengisotoni, pengawet
TAHAPAN DALAM PENGEMBANGAN
OBAT
a. Tahapan primer
1. Penelitian/ survey kecenderungan . Trend
pasar. Melihat literatur pasar
Karena orientasi bukan pada produk tetapi
pada pasar/ pasien (patien oriented)
2. Pemantapan target
Segmenting  memilih pasar dan jenis
produk yang akan dipilih
3. Pembuatan molekul pengarah unggulan,
desain dan sintesa obat baru penapisan
bahan alam  farmakokimia dan fitokimia
4. Evaluasi aktivitas biologis dan farmakologi
dasar
5. Pemantapan metode evaluasi 
farmakokimia, fitokimia dan farmakologi
6. Seleksi kandidat obat baru
b. Tahap Praklinis

1. Farmakologi
2. Evaluasi sifat-sifat fisikokimia
3. Toksisitas akut dan sub akut
4. Farmakokinetik (ADME)
5. Farmasetika
6. Pengembangan proses produksi massal
c. Tahap klinis

1. Fase I
2. Fase II
3. Fase III
4. Fase IV
Parameter Fisikokimia dan fisikomekanik dalam
PREFORMULASI

1. Stabilitas kimia
2. Kelarutan/solubilitas
3. Kecepatan disolusi
4. Konstanta disosiasi
5. Koefisien partisi
6. Kristalinitas
7. Polimorfisme
8. Bentuk solvat
9. Ukuran partikel

Anda mungkin juga menyukai