SEDIAAN SEMISOLID
Dosen :
apt. Farida Rahim, M.Farm
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1. Hanifa Lestari (3005002)
2. Gea Lestari (3005009)
3. Yolanda Amelia (3005015)
4. Agustia Aileen Felicia (3005021)
5. Intan Purnama (3005029)
6. Dede Odi Pratama (3005034)
7. Sonnya Lulian Setarini (3005039)
8. Melisa Audina (3005056)
9. Alamsyah Hanafiah (3005076)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Compounding dan
Dispensing yang berjudul “Masalah Compounding dan Dispensing Sediaan
Semisolid”. Makalah tersebut disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah
Compounding dan Dispensing di Program Studi Profesi Apoteker Sekolah Tinggi
Farmasi Indonesia Perintis Padang. Penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih sebesar besarnya kepada Ibu Farida Rahim, M.Farm, Apt yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta
kelemahan dalam menyusun makalah ini. Demikian akhir kata, bukan pujian yang
kami harapkan melainkan kritik dan saran guna memperbaiki makalah ini.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam mencatat dan dokumentasi pastikan label obat berisi tanggal, nama
pasien, nama obat, kekuatan obat, aturan pakai, keterangan tambahan. Label
disiapkan satu persatu sesuai obat.
1. Metode fusi
Metode ini melibatkan pencairan basis di atas waterbath sebelum
memasukkan bahan lainnya. Dalam metode (fusi):
Stabilitas
Salep relatif stabil terutama jika berada dalam pelarut berair, penyerapan
anhidrat, atau anhidrat, yang dapat larut dalam air. Jika mengandung air seperti
dalam basis emulsi, salep seringkali kurang stabil. Baik stabilitas fisik
(penampilan, bentuk, bau, warna) dan stabilitas kimia (obat aktif dan bahan dasar)
harus diperhatikan. Karena bahan dasarnya relatif stabil, kestabilan obat aktif
merupakan penentu utama stabilitas keseluruhan produk. Dalam memprediksikan
tanggal penggunaan, biasanya dapat melihat produk komersial yang mengandung
obat aktif untuk mendapatkan perkiraan yang masuk akal. Biasanya tanggal
penggunaan untuk salep yang mengandung air dan tidak mengandung pengawet,
selambat-lambatnya 30 hari. Untuk mengetahui kestabilan salep, apoteker harus
mengamati sifat fisik seperti perubahan konsistensi dan pemisahan cairan,
pembentukan butiran atau grittiness dan pengeringan, krim harus diamati untuk
melihat kerusakan emulsi, pertumbuhan kristal, penyusutan akibat kehilangan air
dan kontaminasi mikroba. Salep dan emulsi rentan terhadap degradasi kimia,
terutama saat ada air.
Kontrol kualitas
Kemasan/penyimpanan/pelabelan
Salep umumnya dapat dikemas dalam tube dan stoples. Salep umumnya
harus disimpan pada suhu kamar dan jauh dari panas yang berlebihan. Pelabelan
harus sesuai untuk mode administrasi. Selain persyaratan standar untuk pelabelan
sediaan yang tidak dilakukan tanpa persiapan, hal-hal berikut perlu
dipertimbangkan: '' Untuk penggunaan luar saja '' - peringatan ini harus
ditambahkan ke label salep yang disiapkan secara tidak lisan karena semua salep
hanya untuk penggunaan luar.
2. Gel
Komposisi Gel
1. Gelling Agent
Konsistensi gel dapat sangat bervariasi tergantung pada gelling agent yang
digunakan dalam pembuatannya. Agen pembentuk gel yang umum digunakan
dalam gel berair/encer dibahas di bawah ini.
a. Tragakan
Tragakan cenderung membentuk gelembung bila ditambahkan ke air,
oleh karena itu, dispersi berair disiapkan dengan menambahkan serbuk
ke air harus diaduk dengan kuat. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, etanol, gliserin, atau propyline glikol dapat digunakan untuk
prewet serbuk. Serbuk lainnya bisa dicampur dengan tragakan saat
dikeringkan lalu ditambahkan air.
Konsentrasi 2-5% tragacanth digunakan untuk menghasilkan viskositas
yang berbeda.
Tragacanth adalah produk alami dan karena itu dapat terkena atas
kontaminasi mikroba.
b. Alginat
Viskositas gel alginat lebih terstandar daripada tragacanth.
Konsentrasi Alginat 1,5% menghasilkan gel cairan.
Konsentrasi Alginat 5-10% menghasilkan gel dermatologis yang sesuai
untuk aplikasi topikal.
Bahan pembasah (seperti gliserol) perlu digunakan untuk mencegah
produksi produk kental.
Asam alginat dapat terdispersi dalam air yang diaduk kuat selama
kurang lebih 30 menit. Sebelum dicampurkan dengan serbuk lain atau
dengan cairan yang dapat larut dalam proses dispersi.
c. Pektin
Rawan terhadap kontaminasi mikroba
Rawan kehilangan air dan oleh karena itu memerlukan tambahan
humektan (misalnya gliserol, propilen glikol atau sorbitol).
d. Gelatin
Jarang digunakan sebagai agen pembentuk gel tunggal dalam persiapan
sediaan gel dermatologis. Biasanya dikombinasikan dengan bahan lain
seperti sodium pektin atau carmellose.
e. Karbomer
Carbomer berguna dalam produksi gel bening (terlalu banyak udara
tidak tergabung dalam produksi gel).
Dalam konsentrasi 0,3-1%, karbomer berperan sebagai pelumas.
Carbomer digunakan dalam sediaan dermatologis dalam konsentrasi
0,5-5
f. Polivinil alkohol
Polivinil alkohol berguna untuk membuat gel cepat kering.
Menyediakan gel yang memiliki kontak kulit yang baik dan oleh karena
itu memastikan obat tersebut memiliki kontak kulit yang baik.
Viskositas yang berbeda dapat dicapai tergantung pada konsentrasi
polivinil alkohol yang digunakan (biasanya 10- 20%) dan kadar alkohol
polivinil yang digunakan
PVA digunakan pada konsentrasi 2,5% dalam berbagai jeli cepat kering
bila dioleskan ke kulit.
Untuk hasil terbaik, PVA harus didispersikan dalam air dingin, diikuti
air panas.
g. Bentonit
Bentonit ditambahkan ke air yang tidak ditaburkan dalam porsi kecil di
permukaan air panas. Setiap bagian dibiarkan melembab dan menetap
dalam wadah. Campuran itu diperbolehkan selama 24 jam, sesekali
diaduk. Campuran tersebut diirigasi dengan saksama keesokan harinya.
Bentonit digunakan dalam konsentrasi 7-20% untuk memformulasikan
basis dermatologis.
h. Cellulose derivatives
Turunan selulosa banyak digunakan dan bentuk netral, gel stabil
Menunjukkan ketahanan yang baik terhadap serangan mikroba
Membentuk gel bening dengan kekuatan film yang bagus saat
dikeringkan pada kulit.
Methylcellulose 450 digunakan dengan kekuatan 3-5% untuk
menghasilkan gel.
Natrium karamelimetil (natrium karboksimetilselulosa) digunakan
dalam konsentrasi 1,5-5% untuk membuat gel lubrikan. Dalam
konsentrasi yang lebih tinggi digunakan untuk membuat gel
dermatologis.
2. Bahan tambahan
a. Humectants
Penambahan humektan untuk mempertahankan air dikulitatau menjaga
kelembapan. Contoh humektan
• Gliserol dalam konsentrasi hingga 30%
• Propilen glikol dalam konsentrasi sekitar 15%
• Sorbitol dalam konsentrasi 3-15%
b. Preservatives
Gel memiliki kandungan air lebih tinggi daripada salep dan pasta
lainnya dan ini membuat gel rentan terhadap kontaminasi mikroba.
Pilihan bahan pengawet ditentukan oleh agen gelling yang digunakan.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa seorang pharmacist
yang berada dilapangan bisa saja menemukan berbagai macam masalah mengenai
compunding dan dispensing dan kita dituntut untuk mencari solusi dengan cepat
agar tidak terjadi kesalahan yang fatal ketika obat tersebut sampai ke tangan
pasien.
3.2 Saran
Disarankan kepada pembaca untuk dapat menggunakan makalah ini
dengan bijak dan mencari informasi yang lebih lagi dari makalah ini sebagai
referensi lainnya, karena makalah ini masih jauh dari sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Lachman, L, Lieberman, H.A, Kanig, J.L. (1989). Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Universitas Indonesia. Jakarta.