Anda di halaman 1dari 32

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN OBAT HEWAN BENTUK PADAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasi Veteriner yang
diampu oleh Rival Ferdiansyah, M. Farm., Apt.

Disusun Oleh:
Elfani Damayanti A 171 072
Jeanice Fitria A 171 081
Muhammad Angga A 171 086
Neni Safitri A 151 090
Nushi Chairunnisa A 151 092
Vina Fransiska A 171 107

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA BANDUNG


YAYASAN HAZANAH
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu cabang ilmu farmasi yaitu melingkupi pengobatan pada hewan
atau yang biasa dikenal farmasi veteriner. Pengobatan pada hewan berbeda
dengan manusia dikarenakan perbedaan fisiologis antara keduanya sehingga
sistem penghantaran obat yang digunakan pun berbeda. Sistem penghantaran
obat pada hewan memiliki peran yang sangat penting dalam pengobatan hewan
agar obat tersebut dapat bekerja optimal sesuai indikasi dan menghasilkan
respon yang diharapkan. Begitu pula dengan formulasi sediaan obat hewan.
Di dunia kedokteran hewan (veteriner) juga telah mempunyai Farmakope
obat hewan, yang mengatur tentang sediaan biologik dan premiks. Obat-obat
yang digunakan dalam kedokteran hewan atau disebut obat veteriner tercantum
dalam Indeks Obat Hewan Indonesia oleh Asosiasi Obat Hewan Indonesia
(ASOHI) dan Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Obat hewan
adalah obat yang khusus dipakai oleh hewan dan digolongkan ke dalam sediaan
biologik, farmasetik dan premiks (Pemerintah RI, 1992).
Farmasi veteriner merupakan suatu usaha pelayanan kesehatan serta
pengembangan obat-obat yang digunakan atau diperuntukkan sebagai obat
untuk perawatan, pencegahan atau pengobatan untuk penyakit pada hewan
yang mencakup cara pemilihan serta keamanan obat.
CPOHB ( Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik ) merupakan pedoman
untuk mengatur seluruh proses produksi dan kontrol kualitas obat hewan secara
baik dan benar sehingga dihasilkan suatu produk akhir obat hewan yang aman
dan berkualitas. Melalui CPOHB industri farmasi dapat memproduksi dan
memasarkan sediaan obat hewan, dimana pada makalah ini dimaksudkan pada
sediaan obat hewan bentuk padat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PREFORMULASI SEDIAAN PADAT


2.1.1 Preformulasi

Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pembentukan


tablet atau aktivitas formulasi dengan pertimbangan yang hati-hati dari
data preformulasi. Preformulasi penting bagi formulator untuk
mendapatkan profil fisika-kimia yang lengkap dari bahan-bahan aktif yang
tersedia sebelum memulai suatu aktifitas perkembangan formulai seluruh
informasi ini diketahui sebagai preformulasi (Lieberman, 1990).
Preformulasi dapat dideskripsikan sebagai tahap perkembangan
yang mana ahli farmasi mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat
dalam pertanyaan yang manadianggap penting dalam formulasi yang
stabil, efektif dan bentuk yang aman. Beberapa parameter seperti ukuran
kristal dan bentuk, sifat ph, solubility, sifat ph stabilitas, polymorphisin,
efek pembagian, permaebilitas obat dan disolusi dievaluasi
selamaevaluasi tersebut mungkin saja terjadi. Interaksi dengan berbagai
bahan – bahan inert yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam bentuk
akhir, yang mana diketahui. Data yang didapat dari evaluasi ini
berhubungan dengan data yang didapat dari pendahuluan farmakologi
dan studi biokimia dan memberikan ahli farmasi informasi yang
mengizinkan pemilihan dari dosis yangoptimum mengandung bahan –
bahan inert yang paling diminati perkembanganya dalam perkembangan
(Gennaro, 1998).
2.1.1 Tujuan Preformulasi
Menentukan dan membuat formula yang tepat sehingga
menghasilkan sediaan obat hewan yang stabil, berkhasiat, aman dan
nyaman ketika digunakan untuk hewan.
2.1.2 Tujuan Preformulasi
Menentukan dan membuat formula yang tepat sehingga
menghasilkan sediaan obat hewan yang stabil, berkhasiat, aman dan
nyaman ketika digunakan untuk hewan.
2.1.3 Pertimbangan Umum Preformulasi
Sebelum membuat formula sediaan obat hewan. Beberapa hal yang
harus dipertimbangkan, yaitu :
A. Sistem Penghantara Obat
Desain dan sistem penghantaran sediaan obat hewa memerlukan
pertimbangan yang berbeda dari formulasi obat untuk manusia.
Beberapa pertimbangan untuk menentukan sistem penghantaran
sediaan obat hewan:
1. Kebiasaan diet hewan
2. Rumen
3. Cannie dan Fenine
Tipe dasar penghantaran obat pada hewan, yaitu :
1. Digunakan untuk menghantarkan bentuk sediaan obat pada
hewan.
2. Berupa implantasi atau sejenisnya yang digunakan untuk
penggunaan jangka panjang.
B. Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan obat yang digunakan pada hewan dapat digunakan
untuk pemakaian dalam maupun luar tubuh. Banyak sediaan obat
hewan yang mengandung obat yang sama dengan sediaan obat untuk
manusia, seperti macrolides endectocides, salycilamide flukicides,
benzimidazole (antelmintika), dan derivat kloramfenikol.
C. Bahan Tambahan
Bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi obat hewan
harus kompatibel (dapat tercampurkan) dengan bahan obat utama
(zat aktif) dan bahan tambahan lainnya.
D. Kestabilan Sediaan
Selama penyimpanan, sediaan obat hewan harus tetap dalam
keadaan stabil, tidak menampakkan perubahan warna, bau, rasa,
timbulnya kristal pada permukaan tablet dan kaplet, atau
memisahnya air dan minyak pada sediaan krim dan emulsi.

2.1.4 CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik)


a. Definisi
CPOHB atau Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik merupakan
penerapan kebijakan mutu oleh produsen obat hewan menyangkut
seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk
menjamin bahwa produk obat dibuat senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Kebijakan mengenai CPOHB didasarkan pada
Peraturan Pemerintah RI Nomor 78 Tahun 1992 Tentang Obat Hewan,
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 466 Tahun 1999 tentang
Pedoman CPOHB, Keputusan DirJenNak Nomor 247 Departemen
Pertanian Tahun 1999 Tentang Petunjuk Operasional Penerapan
CPOHB dan Farmakope Obat Hewan Indonesia.
CPOHB / Good Manufacturing Practice adalah sistem yang berkaitan
dengan pembuatan obat hewan meliputi :
1. Pengaturan ruangan (lay out)
2. Pengaturan lalu lintas orang, bahan baku dan obat hewan serta
sarana terkait
3. Kualifikasi keahlian tenaga kerja
4. Peralatan
5. Metode pembuatan, pengujian mutu dan penyimpanannya
6. Lab. pengujian mutu
7. Tempat penyimpanan bahan baku dan obat hewan.
CPOHB diterapkan untuk memperoleh jaminan mutu obat
hewan sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing obat
hewan produk dalam negeri. Mutu obat hewan tergantung dari bahan
awal, cara produksi, cara pengawasan mutu, bangunan,
peralatan dan personalia serta terkendalinya cara produksi dan
pemantauannya.
Penerapan CPOHB dalam industri obat hewan, sekurang
kurangnya mencakup hal-hal berikut ini :
1. Produk dan Proses Produksi
Aspek yang dilihat yaitu mulai dari bahan baku obat hewan, proses
produksi, hingga menjadi produk obat yang sudah jadi.
2. Pekerja
Aspek pekerja diterapkan untuk peningkatan kompetensi pekerja
melalui perbaharuan pengetahuan dan kemampuan
baik hardskill (teknis) maupun dari segi softskill (sikap dan motivasi
diri) harus selalu dilakukan agar pengetahuan mengenai hal-hal yang
baru dalam system CPOHB dapat diketahui dan diterapkan oleh
pekerja.
3. Lingkungan
Aspek lingkungan ini ditujukan untuk kelestarian lingkungan
disekitar industry serta masyarakat di sekitar industri berada.
4. Inspeksi Diri
Inspeksi diri berkala dapat dilakukan melalui audit internal yang
dilakukan untuk mengevaluasi setiap lini atau poindalam proses
produksi. Tujuannya untuk melaksanakan CPOHB dengan baik,
mengetahui gambaran keberhasilan pelaksanaan CPOHB dalam
perusahaan, serta untuk mengetahui kekurangan dan memberikan
masukan agar CPOHB bias diterapkan lebih baik lagi.
5. Dokumentasi dan Penanganan Keluhan
Setiap proses produksi yang berlangsung, bahan baku, dan produk
obat hewan jadi yang dihasilkan selaluter dokumentasi. Hal ini
bertujuan agar produk obat hewan yang dihasilkan selalu berkualitas,
aman, dan terstandarisasi. Selain itu, bila ada complain atau keluhan
konsumen dapat ditangani dan ditelusuri dengan cepat dan mudah
karena ada dokumentasi yang sudah dibuat, jadi penanganan keluhan
dapat diatasi cepat dan tepat.
b. Manfaat Penerapan CPOHB
CPOHB yang diterapkan dengan baik akan memberikan manfaat
bagi produksi serta konsumen itu sendiri. Manfaat CPOHB yang
diterapkan dengan baik antara lain :
1. Jaminan kualitas.
CPOHB telah mengatur setiap produk yang dibuat harus sudah
melewati bagian Quality Control. Bagian ini yang melakukan
pengujian mutu terkait standar potensi dan kemanan obat baik
dilaboratorium maupun peternakan komersial. Ketentuan ini
menyantuh setiap hal yang berkaitan dengan produk termasuk
didalamnya bahan baku, proses produksi dan produk jadi. Jaminan
kualitas juga terkait dengan model distribusi obat hingga konsumen,
dimana distribusi harus bisa menjaga kualitas obat sama seperti
ketika di pabrik. Penerapan SOP akan menghindari variasi dalam
proses produksi sehingga proses produksi antara satu nomor batch
obat dengan nomor batch yang lain sama. Manfaatnya kualitas yang
dihasilkan seragam, sehingga peternak tidak perlu khawatir terjadinya
perbedaan kualitas obat yang dibeli dalam waktu yang berbeda.
2. Jaminan pelayanan
Pencantuman keterangan yang jelas mengenai indikasi, komposisi
obat, aturan pakai, kadaluarsa hingga cara penyimpanan termasuk
dalam jaminan pelayanan. Hal tersebut ditujukan agar peternak
memiliki panduan dalam menggunakan obat. Pelayanan purna jual
berupa service dan konsultasi teknis mengenai produk dan teknis
peternakan.

2.2 FAKTOR-FAKTOR SEDIAAN PADAT


Sebelum membuat formula sediaan obat, beberapa hal yang harus
dipertimbangkan yaitu :
1. Bentuk sediaan yang akan dibuat
Bentuk sediaan farmasi yaitu bentuk padat (puyer, tablet, kapsul,
suppositoria), bentuk setengah padat (salep, pasta, krim) dan bentuk cair
(larutan, suspensi, emulsi). Pemilihan bentuk sediaan obat tergantung pada:
a. Sifat-sifat fisika kimia zat aktif yang digunakan, yakni kelarutan,
ukuran partikel, sifat higroskopis, reaksi-reaksi kimia dll
b. Kerja obat yang diinginkan, secara lokal atau sistemik.
c. Umur si pemakai. Untuk bayi dan anak-anak lebih disukai bentuk
pulveres dan sirup. Untuk dewasa umumnya dibuat dalam bentuk
tablet, kapsul.
2. Bahan tambahan obat yang akan digunakan
Bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi harus kompatibel
(dapat tercampurkan) dengan bahan obat utama (zat aktif) dan bahan
tambahan yang lain. Bahan tambahan diperlukan untuk :
a. Mendapatkan bentuk sediaan yang diinginkan (bentuk tablet,
larutan, dll) contoh : pada sediaan tablet selain zat aktif, digunakan
bahan tambahan berupa bahan pengisi untuk memperbesar volume
tablet, bahan pengikat untuk merekatkan serbuk bahan obat, bahan
penghancur untuk mempercepat pecahnya tablet di dalam lambung,
dan bahan penyalut yang digunakan untuk memperbaiki kestabilan,
mengontrol penghancuran dan mempercantik penampilan tablet.
b. Menjaga kestabilan sediaan obat (misal: pengawet, pensuspensi,
pengelmusi).
c. Menjaga kestabilan zat aktif (misal: antioksidan)
3. Kenyamanan saat penggunaan.
a. Rasa yang tidak enak dari obat dapat ditutupi dengan penambahan
corrigens saporis, bau yang tidak enak ditutupi dengan corrigens odoris,
dan warna yang kurang menarik ditutupi dengan corrigen coloris.
b. Kenyamanan saat digunakan penting untuk diperhatikan karena
akan mempengaruhi kepatuhan si pemakai obat. Jika obat berasa tidak
enak maka orang akan tidak suka mengkonsumsinya.
c. Rasa pahit dari obat-obat tertentu misal ampisillin dan amoksisilin
dapat diatasi dengan penggunaan bentuk garamnya.
d. sediaan setengah padat harus memenuhi persyaratan yaitu halus,
mudah dioleskan, tidak terlalu lengket dan tidak meninggalkan bekas
noda pada pakaian.
4. Kestabilan sediaan obat
Selama penyimpanan, sediaan obat harus tetap dalam keadaan yang
stabil, tidak menampakkan tanda-tanda kerusakan seperti : terjadi
perubahan warna, bau, rasa, timbulnya kristal pada permukaan
tablet/kaplet, memisahnya air dan minyak pada sediaan krim/emulsi.
5. Khasiat obat
Untuk menjaga khasiat obat, perlu diperhatikan :
a. Pemilihan bentuk sediaan. contoh : jika zat aktif tidak stabil dalam
media air, maka tidak di formulasi dalam bentuk cair.
b. Bahan-bahan tambahan yang digunakan tidak boleh mengurangi
khasiat zat aktifnya.
c. Pemberian petunjuk cara penggunaan yang benar.

2.3 FORMULASI SEDIAAN OBAT HEWAN BENTUK PADAT


Obat hewan adalah sediaan yang digunakan untuk mengobati hewan,
membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang
meliputi sediaan biologi, farmasetika, sintesis, dan sediaan alami.
Dalam pembuatannya, proses kegiatan pengolahan dilakukan dengan
pencampuran dan pengubahan bentuk bahan baku menjadi obat hewan.
Obat hewan yang telah jadi kemudian didistribusikan ke masyarakat melalui
pelaku kesehatan hewan seperti dokter hewan dan inseminator. Proses
kegiatan pengadaan obat-obatan dilakukan oleh badan usaha milik negara
atau milik daerah, swasta atau koperasi. Semua ini dilakukan untuk
mengoptimalkan kemampuan hewan untuk bereproduksi dan berkembang
biak (Undang-Undang peternakan dan Kesehatan Hewan, 2009).
Contoh Formulasi Sediaan Padat
Dexamethason 500 mg
Amilum 5%
Talk 2%
Magnesium Stearat 3%
Povidon 1%
Laktosa ad 600 mg

Nama bahan Kegunaan Perdosis Perbatch


Dexamethason Zat aktif 500 mg 50 g
Amilum Penghancur 30 mg 3g
Talk Pelicin 12 mg 1,2 g
Magnesium Pelincir 18 mg 1,8 g
stearate
Povidon Pengikat 6 mg 0,6 g
Laktosa Pengisi 61 mg 6,1 g

2.4 EVALUASI UMUM SEDIAAN PADAT


A. Tablet, Tablet Salut dan Tablet lepas lambat
1. Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan
tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang
diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet
harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat
bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah
hardness tester.
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan
tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan
dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan
dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan
tablet diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb
hardness tester.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah
tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini
dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar
tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan
kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu
hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah,
namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik
dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak
mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih
tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat
diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang
diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki
kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat
pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10
kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu
hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan.
2. Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk
mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur
dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang
dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu
tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan
kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4
menit. Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu
dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet
tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar
sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25
putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat,
bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian
dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah
perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% .
Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat
abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga
persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat
aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat
aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa
akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat
dalam tablet. Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas
adalah jika dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah
atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam
perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang
terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali.
Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah
dilakukan.
3. Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan
persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi
untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan
bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat
digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol
digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji
kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat
menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1
tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi. Alat dianggap
sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang
diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator
yang bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan
dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah
parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan
uji dan larutan baku pembanding parasetamol BPFI dalam media
yang sama pada panjang gelombang maksimum 243 nm. Dalam
waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari
jumlah yang tertera pada etiket.
4. Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet
untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu
melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat
yang digunakan adalah disintegration tester, yang berbentuk
keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas,
sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan no.10 mesh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan
tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya
serap granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan
menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet.
Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi
cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu
hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut >
15 menit. Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan
dalam tiap tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan
keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37° C. Dalam
monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi
larutan gastrik (gastric fluid).
Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir
hancur. Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah
kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik
kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak
boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus
segera hancur dalam medium basa. Untuk menetapkan kesesuaian
batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi.
Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian dilakukan dengan
memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang,
masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan
air bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan
cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu
seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati
semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet
atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12
tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna. ( Ansel,1989 )
B. Pil
Timbang 20 pil satu per satu kemudian hitung bobot rata-rata.
Penyimpangan terbesar yang diperbolehkan terhadap bobot rata-
rata sebagai berikut :
Penyimpangan terbesar terhadap
Bobot rata-rata
bobot rata-rata yang diperbolehkan (%)
18 pil 2 pil
100-250mg 10% 20%
251-500mg 7,5% 15%
(Syamsuni, 2006)
C. Kapsul
1. Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20
kapsul sekaligus dan di timbang lagi satu persatu isi tiap kapsul.
Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul
tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap
isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-
rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan
pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang
ditetapkan pada kolom B.(Depkes RI,1979)
Bobot rata-rata isi Penyimpangan bobot isi
kapsul kapsul dalam (%)
A B
100 mg atau lebih ±10% ±20%
Lebih dari 120 mg ±7,5% ±15%

2. Disolusi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak
persentasi zat aktif dalam obat yang terabsorpsi dan masuk ke
masuk ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek
terapi. Persyaratan dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 85% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket.
(Depkes RI,1979)
3. Kadar
Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa
kandungan zat berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah
memenuhi syarat dan sesuai dengan yang tertera pada etiket.
Metode penetapan kadar yang digunakan sesuai dengan zat
aktif yang terkandung dalam sediaan kapsul. Caranya ditimbang
10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan aktif yang larut
diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai menurut
prosedur yang sudah ditetapkan. Secara umum rentang kadar
bahan aktif yang ditentukan berada diantara 90-110% dari
pernyataan label. (Agoes,2008)
5. Uji Kadar Air
Kadar air ditentukan dengan menimbang granul dalam keadaan
basah dan setelah dikeringkan. Kadar air dinyatakan sebagai LOD
(Lost On Drying)/ susut pengeringan.
1. Kompresibilitas
Dihitung dari kerapatan granul, yaitu dengan memasukkan
sejumlah tertentu granul kedalam gelas ukur. Volume awal
dicatat, kemudian diketuk-ketuk sampai tidak terjadi
pengurangan volume. Selanjutnya dihitung
persen kompresibilitasnya.
2. Waktu Hancur
Uji ini dilakukan dengan metode corong. Adapun caranya
adalah sebagai perikut yaitu ditimbang 100g granul yang sudah
terbentuk, kemudian dimasukkan kedalam corong dengan
ukuran tertentu yang bagian bawahnya tertutup. Alat
dijalankan, kemudian dicatat waktu yang diperlukan seluruh
granul untuk melalui corong tersebut dengan menggunakan
stopwatch.Waktu alir granul yang baik adalah jika waktu yang
diperlukan kurang lebih atau samadengan 10 detik untuk 100
gram granul. Dengan demikian kecepatan alir yang baik adalah
lebih besar dari 100 gram/detik. ( Ansel, 1989 )
2.5 CONTOH SEDIAAN OBAT
Bentuk sediaan obat yang digunakan pada hewan meliputi bentuk
sediaan yang dapat digunakan untuk pemakaian dalam tubuh maupun luar
tubuh. Walaupun banyak sediaan obat untuk hewan yang mengandung obat
yang sama dengan sediaan obat untuk manusia, beberapa sediaan hewan
mengandung obat yang digunakan pada manusia secara meluas seperti
benzimidazole anthelmintic, macrolides endectocides, salycilamide flukicides,
dan derivate kloramfenikol.
a. Bentuk Sediaan Obat Padat
1. Tablet

Menurut FI Edisi IV, tablet adalah sediaan padat yang mengandung


bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sediaan obat padat
seperti tablet kompresi jarang digunakan pada hewan karena proses
administrasi obat akan terganggu oeh sifat hewan, sehingga
pemberian sediaan padat melalui oral akan menghabiskan waktu,
berbahaya, tidak memiliki kepastian apakah obat tersebut ditelan
oleh hewan karena kebiasaan hewan yang suka mengunyah dan
mengeluarkannya kembali. ( FI.IV, 1995 )
Pemberian obat didasarkan pada berat badan hewan atau luas
permukaan tubuh. Jumlah dosis yang diberikan pada hewan mamalia
besar (Contoh : Sapi dan Kuda) dinyatakan dalam mg atau g tablet
per (KgBB). Obat seperti sulfonamide yang diberikan dengan dosis
15mg/150 lb , maka apabila berat sapi 750 lb dibutuhkan 75mg
sulfonamide.
2. Bolus

Bolus merupakan sediaan obat berukuran sangat besar dengan


dosis besar dengan berat antara 3 hingga 16 g (gram) atau lebih.
Bolus berbentuk seperti capsul (silindris) karena bolus yang
berbentuk bulat akan susah saat dicerna oleh hewan. Pemakaian
bolus pada hewan dibantu dengan menggunakan alat balling gun.
Balling gun terdiri dari suatu barrel dan penekan yang dapat
menahan satu atau lebih bolus. Tabung yang terdapat pada balling
gun dimasukkan kedalam mulut hewan hingga pada bagian bawah
belakang lidah kemudian tekan bagian penekan sehingga secara
reflex hewan akan menelan bolus yang diletakkan didalam tabung
balling gun.
3. Kapsul

Menurut farmakope Indonesia Edisi IV, sediaan kapsul adalah


campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. ( FI.IV,
1995)
Sediaan obat hewan berupa kapsul pada umumnya sering
diberikan pada hewan peliharaan seperti anjing dan kucing, untuk
hewan ternak pada formulasi sediaan kapsul ditambahkan vitamin
atau suplemen. Sediaan-sediaan yang berupa kapsul pada umumnya
itu sediaan nutrasetikal, vitamin dan mineral, dan antimikroba.
Kapsul gelatin yang diberikan pada manusia dapat digunakan
untuk hewan ukuran kecil (contoh : anjing dan kucing), dengan
ukuran kapsul nomor 000 atau nomor 00. Selain kapsul tersebut,
terdapat kapsul dengan kapsul ukuran besar nomor 13 (2-3 g) hingga
nomor 7 (14-24 g) dan terdapat beberapa kapsul yang menambahkan
perasa makanan seperti rasa daging pada bagian shells atau
pembungkus kapsul yang bertujuan agar anjing dan kucing mudah
untuk mengonsumsinya.
4. Pulvis dan Pulveres

Serbuk dibagi menjadi 2 yaitu pulvis dan pulveres. Menurut FI IV,


serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral maupun topikal. secara
kimia-fisika serbuk mempunyai ukuran antara 10.000- 0,1
mikrometer. ( FI.IV, 1995 )
Kecepatan penyerapan sediaan padat pada pulveres dan pulvis
tergantung pada faktor-faktor sifat fisikokimia remidium cardinale
dan remidium adjuvansia,besar kecilnya partikel remidium cardinale
dan remidium adjuvansia ada atau tidaknya bahan absorban yang
mampu membantu terjadinya proses absorpsi, dan mudah atau
tidaknya bahan obat dibasahi.
Pemilihan bentuk sediaan pulvis atau pulveres sangat rentan
terhadap asam lambung, matrik pakan dan ion-ion yang ada pada
asam lambung, sehingga resiko destruksi struktur molekul obat
menjadi semakin tinggi.
5. Pillulae

Menurut FI III Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat,


mengandung satu atau lebih bahan obat. Pil termasuk bentuk
sediaan padat yang memiliki kemampuan penyerapan paling kurang
dibandingkan bentuk sediaan padat lain seperti tablet, kaplet, dragee
dan sebagainya. Pillulae memiliki ciri khas yaitu bahan tambahan
yang digunakan adalah berupa bahan-bahan asal nabati, sehingga
beresiko tumbuhnya jamur.
Selain itu kecepatan pil untuk dapat terpecah menjadi zat aktif
agak lambat bila dibandingkan dengan tablet sebab bahan pembawa
pillulae secara fisik kurang cepat terbasahi oleh asam lambung
dibandingkan bahan pembawa sediaan tablet, kaplet, dragee dan
sebagainya. ( FI.III, 1979 )
6. Pelet

Waktu hancur pelet dapat mempengaruhi kecepatan bahan aktif,


semakin lama pellet hancur maka mula kerja obat akan semakin
lama. Pellet yang diberikan untuk ayam yang menderita distrophy
musculatur tembolok, akan mengakibatkan tingkat kehancuran
pellet tidak seragam. Hal tersebut akan mempengaruhi variabilitas
ketersediaan hayati dalam tubuh ayam.
7. Block

Block merupakan salah satu bentuk sediaan obat hewan padat


terbesar dengan komposisi tanpa salut, dan mengandung bahan-
bahan yang bersifat stimulansia. Cara penggunaan block adalah
dengan menjilatkan pada lidah sapi, dengan harapan obat dapat
langsung terserap melalui lidah atau mukosa cavum oris sapi
sehingga mula kerja obat akan lebih cepat.
Dosis yang terserap pada saat dilakukan penjilatan oleh sapi,
tidak dapat diatur sehingga kemungkinan dapat terjadi tiga hal terkait
dengan ketersediaan hayati obat diantaranya yaitu sub terapetik,
adequat atau bahkan super terapetik. Sub terapetik dapat terjadi bila
dosis hasil penjilatan tidak optimum, sedangkan adequat terapetik
dapat terjadi karena kecukupan dosis, sedangkan super terapetik
dapat terjadi bila asupan dosis melebihi dosis optimum.
b. Contoh Obat Luar dan Dalam Negeri
1. Anti Bakteria
a. Agrixine

Agrixine Agrinusa Unggul Jaya Bentuk sediaan serbuk Komposisi


setiap kg mengandung Enrofloxacine 100 gr Indikasi Mengatasi
bakteri Mycoplasma gallisepticum (CRD), Efektif untuk pengobatan
lokal dan infeksi sistemik bakteri seperti Colibacillosis,
Streptococcosis, Staphylococcosis Dosisdan Cara Pemakaian Dosis
umum 1 gr untuk 2 liter air minum atau 10 mg/ kg BB selama 3 hari.
Untuk pengobatan Salmonellosis harus diberikan selama 5 hari
berturut-turut, bila perlu pengobatan diulang selama 1
minggu.Waktu Henti Obat 5 hari Kemasan 100 g, 1 kg, 10 kg @ 100 g,
10 kg @ 1 kg Deptan RI No. D. 0203069 PKS. Obat keras.
b. Amoxin

AMOXIN Pyridam Veteriner Bentuk sediaan Serbuk Komposisi


Setiap Kg obat mengandung Amoxycillin trihidrat 150.000 mg, Vit A
10.000.000 IU, Vit C 30.000 mg Indikasi pengobatan CRD kompleks,
CRD, Colibasillosis, Cholera, Salmonelosis serta penyakit lainnya pada
ayam yang disebabkan oleh bakteri gram (+) dan gram (-) yang sensitif
terhadap Amoxycillin Dosis dan Cara Pemakaian unggas 5 g (1sendok
teh) 10 liter air minum Kemasan ½kg, 1kg, 5kg, dan 50kg Deptan RI
No.D.02061808PKS.1 Obat keras.
c. Amoxycillin WSP

Amoxycillin WSP 15% Dopharma – Netherland/ Surya Hidup Satwa


Bentuk sediaan Serbuk Komposisi Amoxycillin trihydrate Indikasi
Antibakteri Dosis dan Cara Pemakaian Lewat air minum Kemasan 100
gram, 1 kg Deptan RI No. I. 0112660 PKS. Obat keras.
d. Amphimix
Amphimix Kalbe Farma,Tbk Bentuk sediaan Serbuk Komposisi
Ampisilin trihidrat dan Eritromisin etilsuksinat Indikasi Pengobatan
infeksi akibat E. coli, Mycoplasma dan bakteri gram negatif dengan
cepat dan kuat. Dosis dan Cara Pemakaian Unggas 10 gr/15-20 kg
atau 2,5 gr/lt air minum, Anak babi 7,5 gr/hari, Babi dewasa dan sapi
(<6bulan 17="" b="" gr="" hari="">Kemasan Fiber drum 5 kg @ 250 gr
Deptan RI No. D. 97011270 PKS.1. Obat bebas terbatas.
e. Ampicol

Ampicol Medion Bentuk Sediaan Serbuk Komposisi Setiap kg


mengandung Ampicillin 100 g, Colistin sulfate 250.000.000 IU Indikasi
Colibacillosis, Kolera, Infeksi sekunder oleh bakteri pada kasus
Gumboro Dosis dan Cara Pemakaian 1 g/2 liter air minum, diberikan
selama 5 hari berturut-turut.Hentikan pemakaian obat 3 hari sebelum
unggas dipotong untuk dikonsumsi Kemasan Sachet aluminium isi 5g,
10g, Gelas isi 100g. Wadah plastik isi 500g, 1 kg. Tin isi 5 kg, 10 kg.
Ember isi 15 kg. Drum isi 20kg, 50kg Deptan RI No. D. 02071752 PKS.1.
Obat keras.
f. Ampivet-24

Ampivet-24 Vetindo Citrapersada Bentuk Sediaan serbuk


Komposisi setiap kg mengandung Ampisillin 240 g Indikasi Infectious
Coryza (Snot), Fowl Cholera (Kolera Ayam), Fowl Typhoid (Tipus
Ayam), Pullorum (Berak Kapur), Radang Usus dan Diare
(E.Coli/Clostridium), Collibacillosis, infeksi oleh kuman Streptococcus
danStaphylococcus, infeksi sekunder pada penyakit virus, infeksi
umum lainnya Dosis dan Cara Pemakaian 0,5 g/liter air minum selama
5 hari berturut-turut Kemasan 100g, 1 kg Deptan RI No. D. 98071463
PKS.1. Obat keras.
g. Colibact

Colibact Bolus Sanbe Farma Bentuk sediaan Bolus Komposisi Tiap


bolus mengandung Sulfadiazine 1.000 mg, Trimethoprim 200 mg
IndikasiMelindungi uterus dari infeksi bakteri setelah sapi, kambing,
domba dan babi melahirkan. Dosis dan Cara Pemakaian Sapi dan
kuda 2-4 bolus. Kambing, domba dan babi 1-2 bolus. Non-ruminansia
dan preruminant (pedet/batilan) 1 bolus per 40 kg BB Kemasan Dus
isi 6 strip @ 2 bolus Deptan RI No. D. 99061548 PKM.1. Obat keras.
2. Anti Mikotik
a. Demytox

Demytox Kalbe Farma,Tbk. Bentuk sediaan Serbuk Komposisi


Propionic compound dan aluminosilikat Indikasi menghambat
pertumbuhan jamur dan mengikat toksin dalam pakan ternak dan
saluran pencernaan Dosis dan Cara Pemakaian 200-400 g/ton pakan
tergantung tingkat kontaminasi Kemasan Zak 25 kg Deptan RI No. D.
99061571 PTS.1. Obat bebas terbatas.
b. Sorb-IT

Sorb-IT Anitox Corp. - USA / Surya Hidup Satwa. Bentuk sediaan


Granule Komposisi Al. Mg, Si Indikasi Menetralisir aflatoxin Dosis dan
cara pemakaian 1-5 kg/ton pakan Kemasan 25 kg Deptan RI No. I.
98061428 PTS.1. Obat bebas terbatas.
c. Funginat FP 51
Funginat FP 51 Norel & Nature, Spanyol/ United Chemicals Inter
Aneka. Bentuk sediaan bubuk Komposisi setiap kg mengandung
Sodium Propionat, Kalium Formiat, Asam Propionat, dan Kalsium
Propionat Indikasi antifungi yang tidak korosif dengan spektrum luas
untuk pakan ternak dan bahan baku pakan ternak Dosis dan Cara
Pemakaian 300-1000 g dicampur merata dalam 1 ton pakan ternak
atau bahan baku pakan ternak Kemasan kantong @ 25 kg Deptan RI
No. I. 03092135 PTS.1 Obat bebas terbatas.
d. G.V – Eleven Naremco
G.V – Eleven Naremco, USA/Lito Prima Mandiri. Bentuk sedian
powder. Komposisi mengandung gentian violet 1,6 %. Indikasi untuk
anti jamur pada pakan. Dosis dan Cara Pemakaian dicampur dengun
pakan, dosis 0,5 kg G.V–eleven/ton pakan. Kemasan paper sak 25 kg
Deptan RI No. I. 99121588 PTS.1 Obat bebas terbatas.
e. Luctamold HC 1777Z

Luctamold HC 1777Z Lucta SA., Spanyol/Agrotech Veterindo Jaya.


Bentuk sediaan serbuk Komposisi mengandung Natrium propionat,
Amonium propionat, Asam propoinat, Asam asetat Indikasi Antifungi
pada pakan ternak dan bahan baku pakan ternak Dosis dan Cara
Pemakaian tergantung tingkat kontaminasi dari 0.25 sampai 3.0
kg/Ton pakan ternak atau bahan baku pakan ternak Kemasan kantong
25 kg Deptan RI No. I. 02102479 PTS Obat bebasterbatas.
f. Mold Band Inhibitor
Mold Band Inhibitor Oddysey,AmerikaSerikat/ Indovetraco
Makmur Abadi. Bentuk sediaan serbuk Komposisi Tiap 1kg
mengandung Asam propionat 500g Indikasi anti jamur Dosis dan Cara
Pemakaian kelembaban e” 15% 455 g/ton Paparan.
3. Anti Protozoaz
a. Coccin

Coccin Agro Makmur Sentosa. Bentuk sediaan serbuk Komposisi


setiap gram mengandung amprolium 200 mg, sulfaquinoxaline 150
mg, vitamin A 25 mg, vitamin K3 5 mg. Indikasi pengobatan
koksidiosis akut dan kronis baik pada usus halus maupun sekum
unggas Dosis dan Cara Pemakaian pencegahan 1g/ 2 liter air dengan
sistem 3-2-3, pengobatan 1g/ 1 liter air dengan sistim 3-2-3 Kemasan
100 g, 1 kg Deptan RI No. D. 0009956 PTS. Obat bebas terbatas.
b. Decoxy
Decoxy Medion. Bentuk Sediaan Serbuk Komposisi Setiap kg
mengandung 2,6-dichloro-”-(4- c h l o r o p h e n y l ) - 4 - ( 4 , 5 - d i h
ydro-3,5-dioxo-1,2,4-triazin-2(3H)-yl)
benzeneacetonitrile 200 mg dan Bahan pembantu sampai 1 kg
Indikasi Koksidiosis Dosis dan Cara Pemakaian 250 gram tiap 50 kg
ransum, diberikan selama 7 hari. Akan didapatkan perlindungan
terhadap koksidiosis yang baik, bila diberikan mulai umur 18 hari dan
diulangi setiap 3-4 minggu sampai ayam berumur 18 minggu.
Campurkan terlebih dahulu 250 gram dalam 1 kg ransum secara
merata, kemudian diaduk rata lagi dengan sisa ransum tersebut.
Perhatian Jangan gunakan lebih dari 6 bulan pada kandang yang
sama. boleh digunakan lagi setelah 6 bulan kemudian dengan
menggunakan antikoksidiosis yang lain. Hentikan pemakaian obat 5
hari sebelum unggas dipotong untuk dikonsumsi. Kemasan Sachet isi
250 g Deptan RI No. D. 02061002 PTS. Obat bebas terbatas.
4. Diuretika

Nephryl Virbac S.A./Kalbe Farma,Tbk. Bentuk sediaan Serbuk


Komposisi Metenamin, vitamin B1, B2 dan K Indikasi Diuretikum dan
antiseptik pada saluran kemih, pencegahan Pembengkakan ginjal dan
deposit asam urat pada ginjal Dosis dan Cara Pemakaian 1 g/liter air
minum Kemasan Sachet 100 gr Deptan RI No. I. 5021120 PKS.2. Obat
bebas terbatas.
5. Anti Defisiensi Vitamin, Mineral Dan Asam Amino

Aminovit Medion. Bentuk Sediaan Serbuk Komposisi Setiap kg


mengandung Methionine 375 g, Lysine .62,5 g, Vitamin A 6.250.000 IU,
Vitamin D3 1.250.000 IU, Vitamin E .6.250 IU, Vitamin B1 .625 mg,
Vitamin B2 1,25 g, Vitamin B6 .2,5 g, Vitamin B12 .6,25 mg, Calcium D-
pantothenate .2,5 g, Nicotinamide .7,5 g, Folic acid .125 mg, Vitamin C
12,5 g , Elektrolit berupa Natrium, Kalium, Kalsium dan Magnesium .500 g
Indikasi Menambah produksi telur dan memperpanjang masa bertelur
pada ayam. Memperbesar telur, menguatkan kerabang telur dan
menambah kesuburan (fertilitas). Memperbaiki konversi ransum.
Mencegah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan vitamin dan
mempertinggi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. mencegah
lelah kandang pada ayam telur yang dipelihara di kandang baterai. Dosis
Dan Cara Pemakaian 1 gram tiap 2 l air minum Kemasan Sachet
aluminium isi 5 gram, 10 gram. Gelas isi 100 gram. Wadah Plastik isi 500
gram, 1 kg.. Tin isi 5 kg, 10 kg, 15 kg, 20 kg. Drum isi 50 kg Deptan RI No. D
9912644 PTS.1 Obat bebas terbatas
6. Hormon Reproduksi
a. Chorulon

Chorulon Intervet Intl. B.V. Belanda/Intervet Indonesia. Bentuk


sediaan Serbuk kering beku untuk injeksi Komposisi Setiap vial
mengandung 1500 IU hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin)
Indikasi Kontrol masalah fertilitas (induksi ovulasi, sista ovaria,
anestrus, ovulasi yang tertunda, kurang libido dan cryptorchidism)
pada sapi, anjing, kuda Peringatan Simpan Obat pada suhu 8-15oC
Dosis dan Cara Pemakaian Sapi 1500 IU im/iv, Kuda betina 1500-3000
IU im/iv, Anjing 100-500 IU im Kemasan Vial berisi 1500 IU dan 5000
IU hCG + pelarut Deptan RI No. I. 9807413 PKS.1 Obat keras.
b. Brucella Abortus

Brucella Abortus RB-51 Colorado Serum Company,USA/Paeco


Agung. Bentuk sediaan serbuk kering beku Komposisi mengandung
bakteri Brucella abortus strain RB-51 Indikasi untuk pencegahan sapi
betina dari penyakit keluron/ keguguran/abortus yang disebabkan
oleh bakteri Brucella abortus. Penggunaan vaksin harus dibawah
pengawasan Dokter Hewan Kemasan 5 dosis/vial Deptan RI No.DPS. I.
0407087 VKC. Obat keras.
c. Brucivet

Brucivet Pusat Veterinaria Farma. Bentuk sediaan kering beku


Komposisi diformulasi dengan stabilizer yang mengandung tryptone
2,5%, saccharost 5% dan sodium glutamate 1 %, setelah dilarutkan,
setiap dosis vaksin (2ml) mengandung 40-120 x 109 kuman Brucella
abortus strain 19 Indikasi Pengebalan aktif terhadap penyakit
Brucellosis pada sapi betina. Dosis dan Cara Pemakaian Sapi betina
umur 3-8 bulan 2 ml subkutan Larutkan vaksin dengan garam faali 20
ml. Kocok sampai rata sebelum dipakai.Vaksin harus habis dipakai
setelah dilarutkan. Masa kekebalan berlangsung lebih dari 7 tahun
Kemasan Vial berisi 10 dosis Deptan RI No. D. 9810544 VKS.1. Obat
keras.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2008, Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan Pelunasan,
ITB, Bandung, 199-20.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Farida Ibrahim,
penerjemah. Jakarta:Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari
Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Lieberman, Herbert, a., et, al.1990. Pharmaceutical Dosage Form : Tablets.
Volume 1. Marcell Dekker:New York.
Gennaro, A.R. 1998. Remangtons Pharmaceutical Science, 18th Edition, Marck
Publishing Co, Easton.
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan.

Anda mungkin juga menyukai