Anda di halaman 1dari 16

PERISTIWA HIJRAH DARI

MEKKAH KE MADINAH

O L E H : M U T H M A I N N A H & T R I WA H Y U N I N G R U M
SEBELUM KEBERANGKATAN
Setelah kaum Quraisy menentukan hari untuk membunuh Rasulullah saw. pada
pertemuan mereka di Darun Nadwah, malaikat Jibril as. datang kepada Rasulullah saw.
untuk memerintahkannya berhijrah dan melarangnya tidur di tempat tidurnya pada
malam itu.

Setelah peristiwa tersebut, Rasulullah saw. datang ke rumah Abu Bakar dan
menyampaikan rencananya untuk berangkat hijrah. kemudian Aisyah ra. dan Asma
binti Abu Bakar mempersiapkan segala keperluan dan bekal secepat mungkin.
Rasulullah saw. kemudian menemui Ali bin Abi Thalib dan memerintahkannya untuk
menunda keberangkatan hingga selesai mengembalikan barang-barang titipan orang lain
yang ada pada Rasulullah saw.

Sementara itu, Abu Bakar memerintahkan anak laki-lakinya Abdullah untuk menyadap
berita-berita yang dibicarakan orang banyak di luar untuk disampaikan pada sore
harinya kepadanya di dalam gua.

Selain Abdullah, Abu BAkar juga memerintahkan Amir bin Fahirah untuk
mengembalakan kambingnya di siang hari dan sore harinya supaya digiring ke gua untuk
diperah susunya dan menghapuskan jejak.

Kepada Asma’, Abu Bakar menugasinya supaya membawa makanan kepadanya setiap
sore.
MALAM KEBERANGKATAN
Pada malam hijrah Rasulullah saw. orang-orang musyrik telah menunggu di pintu
Rasulullah saw. mengintai hendak membunuhnya. Akan tetapi, Rasulullah saw. lewat di
hadapan mereka dengan selamat karena Allah mendatangkan rasa kantuk pada mereka.

Sementara itu, Ali bin Abi Thalib dengan tenang tidur di atas tempat tidur Rasulullah
saw. setelah mendapatkan jaminan dari beliau bahwa mereka tidak akan berbuat
kejahatan kepadanya.

Selanjutnya, berangkatlah Rasulullah saw. bersama Abu Bakar menuju Gua Tsur.
Peristiwa hijrah menurut riwayat yang paling kuat terjadi pada tanggal 2 Rabi’ul Awwal,
bertetapan dengan 20 September 622 M, tiga belas tahun setelah bit’tsah.

Sesampainya di Gua Tsur Abu Bakar memasuki gua terlebih dahulu untuk melihat
barangkali ada binatang buas atau ular. Di gua inilah keduanya menginap selama tiga
hari.

Setiap malam, Abdullah bin Abu Bakar menginap bersama mereka kemudian turun ke
Mekkah pada waktu subuh. Sementara itu, Amir bin Fahirah datang ke gua dengan
kambing-kambingnya untuk menghapuskan jejak kaki Abdullah.

Pada saat itu, kaum musyrik mencari Rasullah saw. dengan mengawasi semua jalan ke
arah Madinah dan memeriksa setiap persembunyian, bahkan sampai ke Gua Tsur tetapi
Allah menutup mata kaum musyrik sehingga tidak seorangpun mengetahui keberadaan
Rasulullah.
DARI GUA TSUR MENUJU QUBA’
Setelah tidak ada lagi yang mencari dan setelah datang Abdullah bin Uraiqith
berangkatlah Rasulullah saw. dan Abu Bakar menyusuri jalan pantai menuju Quba’.

Pada waktu itu, kaum Quraisy mengumumkan tawaran bahwa siapa saja yang dapat
menangkapa Muhammad saw. dan Abu Bakar akan diberi hadiah tebusan.

Pada suatu hari, ketika sejumlah orang dari bani Mudjil sedang mengadakan pertemuan,
di antara mereka terdapat Suraqah bin Ja’tsam, tiba-tiba datang kepada mereka seorang
lelaki sambil berkata, “Saya baru saja melihat beberapa bayangan hitam di pantai. Saya
yakin mereka adalah Muhammad dan sahabatnya.”
Suraqah pun mafhum bahwa mereka adalah Muhammad saw, tetapi dengan berpura-pura ia
berkata, “Bukan, mereka adalah si fulan dan si fulan yang sedang berpergian untuk suatu
keperluan.”

ia berhenti sejenak kemudian menunggang kudanya untuk mengejar rombongan itu, hingga
ketika sampai di dekat Rasulullah saw. tiba-tiba kudanya tersungkur dan dia pun jatuh
terpelanting sampai beberapa kali hingga pada akhirnya dia berteriak memanggil-manggil
minta diselamatkan.

Saat Rasulullah saw. dan Abu Bakar menghampirinya, ia meminta maaf dan memohon
supaya Rasulullah saw. mau memohonkan ampunan untuknya. Setelah itu, Suraqah pulang
dan menyarankan orang-orang yang mencari Rasulullah untuk kembali.
TIBA DI QUBA’
Sesampainya di Quba’, Rasulullah saw disambut gembira oleh penduduknya dan tinggal
di rumah Kaltsum bin Hidam selama beberapa hari.

Disinilah Ali bin Abi Thalib menyusul Rasulullah saw. setelah mengembalikan barang-
barang titipan kepada pemiliknya.

Rasulullah kemudian membangun masjid Quba’, masjid yang disebut oleh Allah sebagai
“masjid yang didirikan atas dasar taqwa sejak hari pertama”

Setelah itu Rasulullah melanjutkan perjalanannya ke Madinah.


SAMPAI DI MADINAH
Rasulullah saw. memasuki Madinah tepat pada malam hari tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Di
sini, Rasulullah saw. disambut dengan meriah dan dijemput oleh orang-orang Anshar.

Setiap orang berebut tali untanya mengharapkan Rasulullah saw. tinggal di rumahnya.
tetapi Rasulullah berpesan kepada mereka untuk membiarkan tali unta tersebut.

Unta Rasulullah terus berjalan hingga sampai pada sebidang tanah tempat pengeringan
kurma milik dua anak yatim dari bani Najjar di depan rumah Abu Ayyub al-Anshari. Abu
Ayyub lalu segera membawa kendaraan itu ke rumahnya dan menyambut Rasulullah
dengan gembira.
DI RUMAH ABU AYYUB
Rasulullah menempati bagian bawah rumah, sedangkan Abu Ayyub dan Ummu Ayyub di
bagian atas. Karena tidak suka Rasulullah berada di bawahnya, Abu Ayyub meminta
Rasulullah untuk naik namun beliau menolak agar orang yang bersama beliau dan orang-
orang yang ingin mengunjungi beliau tidak bersusah payah.

Suatu hari gentong air di rumah Abu Ayyub pecah, sesegera mungkin Abu Ayyub dan
Ummu Ayyub membersihkannya dengan selimut mereka satu-satunya agar air itu tidak
menetes ke bawah dan mengganggu Rasulullah. Setelah itu, Abu Ayyub turun dan meminta
Rassulullah saw. pindah ke atas sehingga beliau bersedia ke atas.
Abu Ayyub dan Ummu Ayyub biasa membuatkan makan malam untuk Nabi saw. Setelah
siap, mereka kirimkan makanan itu kepada beliau. Jika sisa makanan itu dikembalikan
kepada mereka, mereka berebut bekas tangan beliau dan makan bersama sisa makanan itu
untuk mendapatkan berkah beliau.

Pada suatu malam, mereka mengantarkan makanan yang dicampuri dengan bawang
merah dan bawang putih kepada beliau, tetapi ketika makanan itu dikembalikan
Rasulullah saw., mereka tidak melihat adanya bekas tangan yang menyentuhnya. Dengan
rasa cemas Abu Ayyub kemudian menanyakannya pada Rasulullah. Rasulullah saw.
menjawab “Aku temui makanan itu bau bawang, padahal aku senantiasa bermunajat
(kepada Allah). Tetapi untuk kalian, makan sajalah.” kemudian Abu Ayyub dan Ummu
Ayyub memakannya. Setelah itu, mereka tidak pernah lagi menaruh bawang pada
makanan beliau.
BEBERAPA ‘IBRAH
1. Tidak ada nilai dan arti tanah air, bangsa, harta, dan kehormatan apabila aqidah
dan syiar-syiar Islam terancam kepunahan dan kehancurannya. karena itu, Allah
mewajibkan hamba-Nya untuk mengorbankan segala sesuatu (jika diperlukan)
demi mempertahankan aqidah islam.
2. Kepribadian Abu Bakar adalah contoh ideal bagi setiap muslim yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya. Jujur, setia, bahkan siap mengorbankan jiwa dan
segala yang dimilikinya demi membela Rasulullah saw.
3. Umar ra. berhijrah secara terang-terangan karena semua tindakannya dianggap
sebagai tindakan pribadi, tidak menjadi hujjah syar’iyyah. sedangkan Rasulullah
saw. bertugas menjelaskan syariat dimana semua tindakannya merupakan syariat
bagi kita.
4. Kehati-hatian merupakan tugas pensyariatan (wazhifah tasyri’iyah) yang harus
dilaksanakan, setelah melaksanakan tugas tersebut, kembalikan dan gantungkan
semuanya kepada Allah.
5. Tugas Ali ra. menggantikan Rasululllah saw. dengan mengembalikan barang-barang
titipan yang dititipkan pemiliknya kepada Rasulullah saw. merupakan bukti bahwa
keingkaran dan penolakan kaum musyrik pada Rasulullah saw. bukan karena
meragukan kejujuran beliau, melainkan karena kesombongan dan keangkuhan mereka
terhadap kebenaran yang dibawa Rasulullah saw. di samping karena takut kehilangan
kepemimpinan dan kesewenang-wenangan mereka.
6. Tugas yang diberikan oleh Abu Bakar kepada anak-anaknya merupakan suatu
gambaran dan sosok kepribadian yang harus diwujudkan oleh para pemuda muslim
yang berjuang di jalan Allah.
Kegiatan yang dilakukan para pemuda muslim tidak hanya terbatas pada ritus-ritus
peribadatan, tetapi harus mengerahkan segenap potensi dan seluruh kegiatannya untuk
perjuangan Islam.

7. Apa yang dialami oleh Suraqah dan kudanya ketika menghampiri Rassulullah saw.
merupakan mukjizat bagi beliau.
8. Mukjizat teerbesar yang terjadi dalam kisah hijrah Rasulullah saw. ialah keluarnya
Rasulullah saw. dari rumahnya yang sudah dikepung oleh kaum musyrik yang hendak
membunuhnya tanpa diketahui seorang pun.
9. Sambutan masyarakat kepada Rasulullah saw. memberikan gambaran kepada kita
betapa besar kencintaan yang telah memasuki kaum Anshar. Semua ini menunjukkan
bahwa mencintai Rasulullah tidak memiliki arti lain kecuali dengan mengikuti dan
meneladaninya dalam beramal.
10. Gambaran saat Rasulullah saw. singgah di rumah Abu Ayyub al-Anshari
menunjukkan betapa besar cinta para sahabat kepada Rasulullah saw.
11. Tabarruk (mengharapkan berkah) dari sisa-sisa Rasulullah saw. adalah perkara
yang diisyaratkan dan dibenarkan oleh Rasulullah saw. seperti tabaruk Abu Ayyub
dan istrinya pada bekas-bekas sentuhan jari-jari Rasulullah saw. pada hidangan
makanan ketika sisa makanan itu dikembalikan.
‫َج َزا ك الله َخيْ ًرا ك َ ِثيْ ًرا‬

Anda mungkin juga menyukai