Anda di halaman 1dari 15

PENGETAHUAN

BAYANI,
BURHANI N
IRFANI DALAM
DAKWAH
MUHAMMAD SULTHON
PENGETAHUAN DA’WAH

• Pengetahuan : Hasil interaksi subyek pengetahuan dengan


obyek pengetahuan
• Pengetahuan da’wah : hasil interaksi subyek pengetahuan
dengan da’wah sebagai obyek pengetahuan
• Da’wah sebagai obyek pengetahuan : praktek da’wah yang
ada saat ini atau praktek da’wah yang direkonstruksi dari
masa lalu, sekarang atau yang akan datang
EPISTEM BAYANI

• Epistemologi yang menekankan pada bahasa, mendikotomikan


antara lafadz dan makna
• Memberi tekanan pada cara-cara memperoleh pengetahuan yang
berasal dari pemahaman kita terhadap kandungan nash (ayat
alqur’an, dan hadis nabi), langsung maupun tidak langsung
• Langsung: teks ayat atau hadis langsung memberi kita pengetahuan yang
dapat kita amalkan
• Tidak Langsung: pengetahuan diperoleh dg cara memahami teks dg terlebih
dahulu melakukan penalaran secara mendalam dan sungguh-sungguh
CIRI EPISTEME BAYANI

• Terbatas pada wilayah bahasa, menghindari ta’wil


• Terbatas Pada format-2 bahasa dan bentuk-2 bayani yang
bersifat indrawi
• Terbatas pada definisi yang mengidentifikasi sifat-2 dan
bukan substansi
• Perluasan terbatas pada teori munasabah (kemiripan), bukan
kausalitas
• Menolak ide ketakberhinggaan
PENGETAHUAN DAKWAH
DENGAN EPISTEMOLOGY
BAYANI
• Pengetahuan dakwah yang diperoleh dari pemahaman kita
terhadap kata-kata tertulis, atau ucapan yang kita dengar.
• Pengetahuan dakwah yg kita peroleh setelah melakukan
kajian teks Bahasa: pernyataan verbal, baik tertulis atau
rekaman suara
• Pengetahuan dakwah yg kita peroleh setelah menafsirkan
ayat atau matan hadis secara tematik
EPISTEMOLOGI IRFANI

• Pemerolehan pengetahuan yang merepresentasikan ide tentang


“Wahyu dalam dan ilham batin” (Inner revelation n insight)
• Zahir, eksoterik di satu pihak dengan batin, esoterik di lain
pihak, sebagai suatu pasangan
• Teks, zahir, yg terbaca tak akan pernah persis
merepresentasikan batin, isoterik. Aspek lahir teks adalah
bacaannya, aspek batin teks adalah takwilnya.
• Yang terbaca pada dasarnya merupakan transformasi ungkapan
lahir dari batin dengan berpedoman pada petunjuk batin
(isyarat)
EPISTEMOLOGI IRFANI (LANJ.)

• Dengan epistem Irfani, seseorang berusaha agar teks


berbunyi sesuai dengan ide-2 pemikirannya yang telah
mengalami sendiri pengalaman keagamaan (yang tentu tak
bisa terkatakan, karena terbatasnya aspek bahasa)
• Sumber pengetahuan = pengalaman batin, mendalam,
Otentik, fitri, tak terkatakan oleh logika, tak terungkapkan
oleh bahasa.
• Tradisi eksistensialis barat: pra verbal, pre-reflective
consciousness, pre-logical knowledge
PENGETAHUAN DAKWAH
DENGAN EPISTEMOLOGY IRFANI
• Pengetahuan dakwah yang kita peroleh dari pemahaman
kita terhadap pengalaman batin kita sendiri atau
pengalaman beragama yang kita alami sendiri ketika kita
mengamalkan ajaran Islam tertentu.
• Pengetahuan dakwah yang kita peroleh dari pengalaman
batin, pengalaman spiritual, suara hati nurani dari dalam diri
kita sendiri
PERBANDINGAN BAYANI-IRFANI

BAYANI IRFANI
• Pengetahuan berasal dari • Pengetahuan yang
lafadz menuju makna sesungguhnya adalah makna
menuju lafadz
• Lafadz = asal; sedangkan
makna = furu’ • Makna = asal; sedangkan
lafadz = furu’
• Qiyas bayani = munasabah,
butuh illat, pertalian lafadz dan • Qiyas irfani = mumatsalah,
makna berpedoman pada isyarat
(petunjuk batin)
EPISTEMOLOGI BURHANI

• Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada penalaran rasional


dan didasarkan pada pembuktian inferensial.
• Pengetahuan dikembangkan berdasarkan pemikiran
aristoteles:
• yang realitas adalah yg kongkrit, yg bermacam-2, yg berubah, yg
beralih. Mengapa? Karena, itulah yang dapat dibuktikan.
• Idea tidaklah merupakan realitas tersendiri di dunianya sendiri,
melainkan sifat-2 yang sama, yang terdapat pada hal-2 yang kongkrit
PENGETAHUAN DAKWAH DENGAN
EPISTEMOLOGY BURHANI

• Pengetahuan dakwah yang kita peroleh dari hasil kerja akal


sehat atau kemampuan berfikir logis kita setelah mengamati
atau mengalami dalam suatu eksperimen dakwah, atau
dalam praktek da’wah yang dilakukan oleh kita sendiri atau
orang lain.
• dalam ranah epritemologi Burhani, akal sehat dan
kemampuan berfikir logis menjadi sumber utama
pengetahuan da’wah.
PENGEMBANGAN PEMAHAMAN
DUNIA
• Bayani: Prinsip infisal (diskontinuitas) dan tazwij
(ketidaktetapan)
• Irfani : Prinsip penyerupaan (similarity), berdasarkan
isyarat batin.
• Burhani : hubungan kausalitas antara berbagai unsur
sehingga ide tentang hukum alam menjadi mungkin.
SUMBER PENGETAHUAN

• Bayani : teks, akal berfungsi mengukuhkan kebenaran teks


• Irfani : Pengalaman langsung (direct experience); ilmu
Hudhuri.
• Burhan : realitas, al-waqi’I; akal berfungsi menguji dan
menganalisis. Ilmu Hushuli: ilmu yang dikonsep, disusun,
dikonseptualisasi lewat premis2 logika.
VALIDITAS PENGETAHUAN

• Bayani : kedekatan dan keserupaan teks / nash dengan


realitas.
• Irfani : Empati, simpati, prinsip saling memahami
(verstehen)
• Burhani : Korespondensi, kesesuaian antara rumus-
rumus/konsep2 dengan hukum alam . Dan Koherensi
keruntutan dan ketaraturan logis.
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai