Anda di halaman 1dari 36

PERENCANAAN KEBUTUHAN

VAKSIN DAN PENGELOLAAN


RANTAI VAKSIN
kelompok 2

Nama – nama anggota kelompok :


1. MIKAEL RIVALDO E. NABU
2. ESTER RETNOWATI NES
3. ISYANI SUHADA DAHLAN
4. YULIANA FEBRIANA PARERA
5. DEFIKA ADRIANA L. ELLO
6. FERDINANDA K. BUPU
7. DENTRIANI E. BETTI
8. CORY D. KALE DARA
9. ALMENDO B. E LENGGU
10. KHOERUNNISA
11. VICKY FEBRIAN
12. NADIA SYIFA NURJANAH
13. ISMI MAULIAH
PERENCANAAN KEBUTUHAN
VAKSIN
Perencanaan kebutuhan Vaksin dimulai dari
Level bawah ke atas :

1. Puskesmas ( level bawah)


2. Kabupaten / Kota
3. Provinsi
4. Pusat (buttom up)

Perencanaan merupakan kegiatan yang


sangat penting sehingga harus dilakukan
Berdasarkan
secara benar.
Permintaan
Ketidaktepatan dalam perencanaan akan
kebutuhan vaksin.
mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan
( puskesmas ke
program dan tidak tercapainya target
Dinkes Kab Ke
kegiatan.
Provinsi)
1. Menentukan sasaran
Menentukan jumlah sasaran
merupakan hal paling penting dalam
menghitung sasaran untuk setiap jenis
kegiatan pelayanan imunisasi.
Sebelum melakukan perencanaan
kebutuhan vaksin dan logistik
lainnya, terlebih dahulu harus
menentukan berapa jumlah sasaran Jumlah sasaran imunisasi yang
imunisasi dalam satu tahun yang akan dihitung adalah :
dilayani di wilayah kerja masing-  Jumlah sasaran bayi,
masing.  Jumlah sasaran ibu hamil,
 Jumlah sasaran Anak Sekolah
kelas : 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar
 Jumlah sasaran wanita usia subur
(WUS = 15-39 tahun).
Menghitung sasaran Bayi
Menghitung sasaran bayi bersadarkan analisa penambahan jumlah bayi
dalam tahun terakhir atau rata-rata penambahan bayi dalam beberapa tahun
(Crude Birth Rate / CBR ). Jumlah bayi tahun berjalan didapat dari jumlah
sasaran bayi tahun lalu, ditambah dengan rata-rata penambahan bayi
tahunan.
Contoh rumus perhitungan penambahan
bayi :
o Level Rumus
Nasional CBR (Crude Birth Rate) Nasional x Jumlah
penduduk Nasional
2 Provinsi CBR Provinsi x Jumlah penduduk Provinsi
3 Kab/Kota CBR Provinsi x Jumlah penduduk Kabupaten/Kota
4 Kecamatan CBR Provinsi x Jumlah penduduk Kecamatan
5 Desa Pendapatan sasaran riel per desa, yaitu semua bayi yang
(Sebaiknya lahir di desa tersebut, baik yang ditolong oleh bidan
Riel) maupun yang tidak
2. Menentukan Target cakupan
Berdasarkan KEPUTUSAN MENTERI
Menentukan target cakupan adalah KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
menetapkan berapa besar cakupan NOMOR 1059/MENKES/SK/IX/2009
yang akan dicapai pada tahun yang TENTANG PEDOMAN
direncanakan untuk mengetahui PENYELENGGARAAN IMUNISASI.
kebutuhan vaksin yang akan Penentuan target merupakan bagian yang
dibutuhkan. penting dari perencanaan karena target
dipakai sebagai salah satu tolak ukur
1. Analisa situasi dalam pelaksanaan, pemantauan maupun
evaluasi.
Untukmenunjang Analisa situasi diperlukan data yang lengkap
mengenai :
• Peta wilayah dengan jumlah penduduk/sasaran.
• Data wilayah, jumlah tenaga, jumlah peralatan imunisasi,
unit palayanan imunisasi yang ada.
• Data kesakitan dan kematian.
• Hasil analisah PWS, hasil evaluasi.
2. Menghitung Target

a. Aksesibilitas/ jangkauan program (cakuapan DPT-1)


Kelompokkan Wilayah kerja dalam 3 kelompok:
• Wilayah I, adalah wilayah yang dapat dijangkau pelayanan imunisasi secara
teratur, minimal 4 kali dalam setahun.
• Wilayah II, adalah wilayah yang dapat dijangkau pelayanan imunisasi namun
kurang dari 4 kali setahun.
•Wilayah III, adalah wilayah yang tidak terjangkau pelayanan imunisasi
b. Tingkat perlindungan program (cakupan DPT-3/campak)
Secara kasar dapat dihitung dari cakupan kontak pertama dikurangi 10%, atau
jumlah cakupan DPT-3/campak dari komponen statis, komponen lapangan
dan dari praktik swasta pada tahun sebelumnya serta ditambah jumlah terget
sweeping.
c. Cara mencapai target
Setelah melakukan Analisa situasi dan menghitung target tentukan pemecahan
masalah yang besar daya ungkitnya serta mungkin dilaksanakan untuk tahun
yang akan datang
3. Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin (IP)
Menghitung Indeks pemakaian Vaksin (IP)
Berdasarkan jumlah cakupan imunisasi yang
dicapai secara absolut dibagi dengan jumlah
vaksin yang dipakai. IP dihitung berdasarkan data
cakupan dan penggunaan vaksin tahun
sebelumnya.

Rumus :

Jumlah cakupan yang dicapai tahun lalu


IP vaksin =
Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu

(IP vaksin dalan pelaksanaan kegiatan massal akan lebih besar


dari pada pelayanan imunisasi rutin karena jumlah sasaran
yang lebih besar sehingga lebih efektif dalam pemakain
vaksin).
lanjutan
Dosis Perkemasan vaksin dan IP
No Jenis Vaksin Jumlah IP
dosis/vial
1. Hepatitis B 1 1
2. Polio 10 6
3. Campak 10 4
4. BCG 20 4
5. DPT/HB 5 3,5
6. DPT/Hb/Hib 5 3,5
7. IPV 10 8
8. DT 10 8
9. Td 10 8
10. TT 10 6
4. Menghitung kebutuhan Vaksin
Kebutuhan vaksin dihitung dengan menggunakan data-data:
1. Jumlah sasaran (Sas)
2. Target per antigen
3. Angka indek pemakaian (IP) per antigen

Kebutuhan vaksin sebaiknya dihitung ditingkat puskesmas (Botoom Up Planning).


Hasil perhitungan kebutuhan vaksin pada level puskesmas dikirimkan
kabupaten/kota untuk dilakukan kompilasi, kemudian diteruskan ke propinsi dan ke
pusat

Rumus menghitung kebutuhan tiap jenis vaksin :

BAYI

1. Vaksin BCG

=
Lanjutan

2. Vaksin Hepatitis B
=
3. Vaksin Polio
=
4. Vaksin DPT-HB-Hib

=
5. Vaksin IPV
=
6. Vaksin Campak
=
BATITA
WANITA USIA SUBUR

1. Vaksin DPT-HB-Hib Vaksin TT


=
=
2. Vaksin Campak

ANAK SEKOLAH DASAR

1. Vaksin campak SD
=
2. Vaksin DT
=

3. Vaksin Td
=
STUDI KASUS DI PUSKESMAS

Puskesmas Oenino, kecamatan Oenino,


Kabupaten TTS . Perencanaan kebutuhan vaksin
sama dengan (slide 1).
Puskesmas memberikan
permintaan ke Dinas Ke Dinas
Kesehatan kabupaten dan dari
Dinkes kabupaten membuat
permintaan ke Provinsi.
Kasus yang pernah terjadi yaitu kekurangan
Vaksin. Dan yang dilakukan oleh pihak
Puskesmas untuk mengatasi hal tersebut
adalah membuat permintaan yang dikirim ke
Dinkes kabupatan.
setelah mendapatkan vaksin sesuai dengan
yang dibutuhkan maka selanjutnya dilakukan
sweeping imunisasi langsung ke sasaran.
5. Perencanaan kebutuhan alat suntik dan
Safety Box
Perencanaan kebutuhan alat suntik dan safety box tidak dapat
dipisahkan dengan perencanaan kebutuhan vaksin. Untuk menjamin
ketersediaan vaksin, alat suntik dan safety box secara bersamaan dan
cukup untuk pelayanan imunisasi.
Perhitungan kebutuhan alat suntik didasarkan atas jumlah cakupan
yang akan dicapai dalam tahun berjalan dan jumlah dosis pemberian
imunisasi.

a. Menghitung Kebutuhan Alat Suntik


No Jenis Alat Suntik Jenis imunisasi Rumus perhitunga alat suntik per
antigen
1. Alat suntik 0,05 ml BCG Sasaran × Target BCG (95%)
Untuk imunisasi BCG
2. Alat suntik 0,5 ml DPT Sasaran × (target D1 (95%) + sasaran
×( target D2 (90%) + sasaran × (target
D3 (90%)
Lanjutan
Campak Sasaran × target cakupan
TT Ibu Hamil Sasaran × target cakupan (TT1,
TT2+)
TT SD Sasaran × target cakupan (Kelas 2
& 3)

TT WUS Sasaran × target cakupan (T1, T2,


T3, T4,T5)
DT Sasaran × target cakupan
DPT-HB Sasaran × target cakupan (DPT-
HB1, DPT-HB2, DPT-HB3)
Campak SD Sasaran × target cakupan
Td Sasaran × target cakupan

3. Alat Suntik 5 ml oplos Jumlah kebutuhan vaksin BCG +


jumlah kebutuhan vaksin campak
(bayi & anak sekolah)
Ringkasan ukuran ADS beserta Penggunaan terlihat seperti tabel berikut:

No Ukuran ADS Penggunaan


1. 0,05 ml Pemberian Imunisasi BCG
2. 0,5 ml Pemberian Imunisasi DPT-HB-Hib,
campak, DT, Td, dan TT
3. 5 ml Untuk melarutkan vaksin BCG dan
Campak

b. Menghitung kebutuhan alat suntik

Safety box adalah kotak tempat pembuangan limbah medis tajam dengan tujuan
untuk keamanan bagi petugas, sasaran, dan masyarakat.

Ada dua jenis safety box dalam program imunisasi yaitu ukuran 5 liter dan 2,5 liter:
1. Safety box ukuran 5 liter dapat menampung 100 alat suntik atau 300 uniject HB
digunakan saat pelayanan di puskesmas dan posyandu.
2. Safety box 2,5 liter dapat menampung 50 alat suntik atau 150 uniject. Jenis ini
dapat juga digunakan oleh bidan didesa atau pustu untuk pelayanan pemberian
imunisasi dosis pertama antara 0,7 hari di rumah/ polindes dengan hepatitis B PID.
No Ukuran Rumur perhitungan safety Box
Safety Box
1. 5 Liter

2. 2,5 Liter

6. Sistem Bandling

Perencanaan dengan sistem bandling adalah perencanaan dengan


menghitung semua kebutuhan vaksin sebagai satu kesatuan peralatan
imunisasi dalam pelaksanaan imunisasi mulai dari perencenaan sampai
dengan pelayanan dan pengamanan limbah (safetybox) yang tidak
terpisahkan meliputi :
1. Vaksin + pelarut + alat suntik (ADS)
2. Kotak pengaman limbah (safetybox)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam siatembandling, antara lain :


1. Pada pengiriman vaksin dari Provinsi ke Kabupaten dilakukan dengan
melengkapi setiap vaksin + pelarut + alat suntik (ADS) + kotak pengaman
limbah.Seterusnya juga ,hal itu dilakukan pada tingkat Kabupaten ke tingkat
Puskesmas dan tungkat puskesmas ke pelayanan imunisasi.
2. Kotak pengaman (safetybox) dengan volume 5 liter dapat menampung ADS
antara 100-120 buah.
3. Kotak pengaman dengan volume 2,5 liter dapat menampung HB-ADS PID
sebanyak 50-75 buah.
4. Kotak pengaman dengan volume 0,25 liter dapat menampung HB-ADS PID
sebanyak 10 buah.

Contoh :
•Setiap 10 vial vaksin DPT @ 10 dosis dilengkapi dilengkapi dengan 100 ADS + 1
buah safetybox
•Atau setiap 10 vial (1 box vaksin DPT )@ 10 dosis dilengkapi dengan ADS yang
dihitung berdasarkan IP vaksun tahun lalu + 1 buah safetybox
7. Menghitung Kebutuhan Peralatan Rantai
vaksin
Setiap obat yang berasal dari bahan bioligik harus dilindungi dari sinar matahari,
suhu beku, termasuk juga vaksin. Untuk itu dibutuhkan sarana rantai vaksin
yang dibuat khusus untuk menjaga potensi vaksin.

Dalam penyimpan vaksin, sesuai dengan tingkat administrasi, maka sarana


coldchain yang dibutuhkan adalah :
•Provinsi : cold room, freezer room, lemari es, dan freezer
•Kabupaten : cold room, lemari es, freezer
•Puskesmas : lemari es
lanjutan
1. Maksimal stok vaksin provinsi 2 bulan kebutuhan ditambah 1 bulan
cadangan
2. Kabupaten/kota 1bulan kebutuhan ditambah 1 bulan cadangan
3. Puskesmas 1 bulan kebutuhan ditambah 1 minggu cadangan

Kebutuhan Dan Daya Tahan Sarana Penyimpanan Pembawa Vaksin

No Nama barang Kebutuhan minimal Daya Tahan


1. Lemari es 1 buah 10 Tahun
2. Vaccine carrier 3-5 buah 4 tahun
3. Thermos +4 Sejumlah tim 4 tahun
buah coldpack lapangan
4. Cold box 1 buah 5 Tahun
5. Freeze tag/ Lah tim 5 Tahun
freeze watch lapanganngan
8. Sarana Penyimpanan dan Pembawa
vaksin untuk program Imunisasi

1. Lemari Es

2. Vaccine Carrier

3. Thermos

4. Cold Box

5. Freeze Tag/ Freeze watch


9. Pengiriman Dan Permintaan vaksin
a. Pengiriman
Seluruh proses distribusi vaksin program dari pusat sampai ketingkat
pelayanan, harus mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar
mampu memberikan kekebalan yang optimal kepada sasaran.

1. Pusat Ke Provinsi
2. Provinsi ke Kabupaten/ Kota
3. Kabupaten/kota Ke Puskesmas
4. Puskesmas Ke tempat pelayanan
b. Perminataan vaksin

1. Memperhitungkan kapasitas tempat penyimpanan


2. Permintaan vaksin dilakukan sesuai dengan kebutuhan penggunaan
3. Permintaan vaksin disemua toingkatan dilakukan pada saat stok vaksin
telah mencapai stok minimum
4. Bila permintaan pengiriman vaksin dilakukan dalam satu kali setahun
maka dibutuhkan tempat penyimpanan vaksin yang besar dan risiko
keruskan vaksin dalam penyimpanan juga akan menjadi besar. Namun biaya
pengiriman menjadi murah
5. Bila permintaan pengiriman vaksin dilakukan dalam satu bulan sekali,
maka persediaan vaksin akan menjadi kecil, tidak membutuhkan tempat
penyimpanan yang besar risiko kesukana pada vaksin dalam penyimpanan
menjadi kecil karena penyimpanan dapat sesuai persyaratan. Namun biaya
pengiriman menjadi mahal.
6. Permintaan vaksin sesuai tingkatan administrasi
Periode permintaan vaksin ditiap
tingkatan

a. Puskesmas ke Kabupaten/Kota
Banyaknya vaksin yang diminta ke kabupaten atau kota adalah untuk
kebutuhan satu bulan pemakaian + satu minggu cadangan - sisa vaksin yang
masih ada. Permintaan dilakukan setiap satu bulan sekali
b. Tingkat Kabupaten/Kota
Banyaknya vaksin yang diminta ke provinsi adalah untuk kebutuhan satu bulan
pemakaian + satu bulan cadangan – sisa vaksin yang masih ada. Permintaan
dilakukan setiap satu bulan sekali
c. Tingkat Provinsi
Banyaknya vaksin yang diminta ke pusat atau Biofarma adalah untuk
kebutuhan dua bulan pemakaian + satu bulan cadangan – sisa vaksin yang
masih ada. Permintaan dilakukan setiap dua bulan sekali
10. Menentukan stok minimun dan maximum

1. Stok vaksin di semua tingkatan harus dilaporkan setiap bulan.

2. Stock minimum adalah jumlah vaksin yang tersedia untuk


kebutuhan minimum(Puskesmas 1 minggu, Kabupaten/Kota 1
bulan, Provinsi 1 bulan)
3. Stock maximum adalah jumlah vaksin yang tersedia untuk
kebutuhan maximum (puskesmas = kebutuhan 1 bulan + 1
minggu cadangan, Kabupaten/Kota, kebutuhan 1 bulan + 1
bulan cadangan, Provinsi kebutuhan 2 bulan + 1 bulan
cadangan)
Perencanaan kebutuhan vaksin untuk
vaksin Covid-19

Penyusunan Perencanaan :
1. Proses penyusunan perencanaan pelaksanaan vaksinasi dilakukan oleh
masing-masing jenjang administarsi
2. perencanaan disusun dengan memperhitungkan data dasar
3. Perencanaan didukung oleh sistem informasi satu Data vaksinasi
Covid-19
PENGELOLAAN RANTAI
VAKSIN
a. Jenis peralatan rantai vaksin
Lemari Es

Sistem Kompresi Sistem absorpsi


a. Lebih cepat dingin a. Pendinginan lebih lambat
b. Menggunakan komresor b. Tidak menggunakan
sebagai mekanik yang dapat mekanik sehingga tidak ada
menimbulkan aus bagian yang bergerak sehingga
c. Hanya dengan listrik tidak ada aus
AC/DC c. Dapat dengan listrik AC/DC
d. Bila terjadi kebocoran pada atau nyala api minyak
sistem mudah diperbaiki. tanah/gas.
Contoh : lemari es rumah d. Bila terjadi kebocoran pada
tangga, Vestfrost, Sansio, sistem tidak dapat diperbaiki.
sanyo, Haier, dll. Contoh : lemari Es RCW
42EK, RCW 50EK, dll
Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Bila suhu pada lemari es sudah stabil antara +2°C s.d +


8°C, maka posisi termostat jangan dirubah-rubah BERI
SELOTIP
2. Merubah termostat bila suhu pada lemari es di bawah +2°C
atau di atas 8°C
3. Perubahan termostat tidka dapat merubah suhu lemari es
dalam waktu sesaat, perubahan sushu dapat diketahui setelah
24 jam.

Berdasarkan cara membukanya

1. Lemari es buka atas


2. Lemari es buka depan
Lanjutan

Bentuk buka dari depan Bentuk buka dari atas


a. Suhu tidak stabil Pada saat a. Suhu lebih stabil Pada saat pintu
pintu lemari es dibuka kedepan lemari dibuka keatas maka suhu
maka suhu dingin dari atas dingin dari atas akan turun
akan turun kebawah dan keluar kebawah dan tertampung.
b. Bila listrik padam suhu tidak b. Bila listrik padam suhu dapat
dapat bertahan lama (max 2 bertahan lama (6-10 jam tanpa
jam tanpa membuka pintu membuka lemari es)
lemari es) c. Jumlah vaksin yang dapat
c. Jumlah vaksin yang ditampung ditampung lebih banyak.
lebih sedikit d. Penyusunan vaksin agak sulit
d. Susunan vaksin menjadi karena vaksin bertumpuk dan
mudah dan vaksin terlihat jelas tidak jelas dilihat dari atas.
dari depan
Vaccine Carrier

Vaccine Carrier adalah alat untuk mengirim atau membawa vaksin.


Biasanya digunakan untuk membawa vaksin dari kabupaten/kota ke
Puskesmas dan ke tempat pelayanan .

Kotak dingin cair (cool pack)

Adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang diisi


dengan air kemudian didinginkan pada lemari es selama
24 jam. Berguna untuk menjaga suhu +2°C s.d +8°C
selama 12 jam bila dimasukkan ke dalam vaccine carrier.
 
b. Perawatan Lemari es

 Harian
1. Memantau suhu dengan thermometer setiap hari pada pagi dan sore
2. Memeriksa bunga es (apabila Bunga es lebih dari 0,5 cm maka lakukan defrosting atau pencarian
bunga es )
3. Lakukan pencatatan langsung pada kartu pencatatan suhu pada kartu pencatatan suhu setelah selesai
melakukan pengecekan suhu dan defrosting
 Mingguan
1. Perhatikan steker adanya tanda tanda steker hangus dengan melihat perubahan warna pada steker,
bila terjadi maka gantilah steker dengan yang baru.
2. Sebelum membersihkan badan lemari es, cabut steker terlwbih dahulu agar tidak terjadi koslet
3. lalu bersihkan lemari es dengan mwnggunakan lap basah, kuas/busa dan sabun.
Lakukan pencatatan Kembali sebagai kegiatan pemeliharaan mingguan
Bulanan
1. Sehari sebelum pemeliharaan bulanan, lakukan penghitungan vaksin yang akan di pindahkan
dangan kondisi cool pack (kotak dingin cair), vaksin carrier atau cold box sesuai dengan kebutuhan
2. Sebelum melakukan defrosting cabut steker lemari es dan lakukan pembersihan kondersor
setelah selesai melakukan hal tersebut colokan kembali steker suhu lemari es mencapai 2 sampai
dengan 8 Celcius
3. lakukan pencatatan pada kartu pemeliharaan sebagai pemeliharaan.
c. Penanganan Vaksin
Penyimpanan vaksin

1. Semua vaksin di puskesmas disimpan pada suhu 2C s/d 8°C


2. Letakkan cool pack di bagian bawah lemari es sebagai penahan
dingin dan menjaga kestabilan suhu.
3. Peletakan dus vaksin mempunyai jarak antara, minimal 1- 2 cm
atau satu jari
tangan.
4. Vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakkan dekat dengan
evaporator.
5. Vaksin FS (Hepatitis B, DPT-HB-Hib, DT, Td, T) diletakkan
jauh dengan evaporator.
6. Vaksin dalam lemari es harus diletakkan dalam kotak vaksin.
Penanganananan Vaksin di Unít
Pelayanan

Tempat pelayanan imunisasi baik di komponen statis maupun di


Posyandu adalah merupakan mata rantai paling akhir dari
sistem rantai vaksin. Oleh karena itu perlakuan vaksin di unit ini
sangat penting.

1. Puskesmas dan unit pelayanan statis lainnya (RS, Klinik Bersalin,


Dokter/bidan dan Praktik Mandiri).
2. Di Posyandu dan komponen lapangan lainnya
Pada prinsipnya sama seperti di komponen statis, dan intinya vaksin
tetap berada pada suhu 2°C s/d 8°C
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai