I. DESKRIPSI SINGKAT
Perencanaan nasional penyelenggaraan imunisasi program dilaksanakan oleh
Pemerintah berdasarkan perencanaan yang dilakukan oleh puskesmas, pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan pemerintah daerah provinsi secara berjenjang. Perencanaan
sebagaimana dimaksud meliputi penentuan sasaran, kebutuhan logistik, dan pendanaan.
Perencanaan merupakan salah satu unsur manajemen yang penting dalam
pengelolaan program imunisasi. Pada dasarnya perhitungan kebutuhan untuk pelayanan
imunisasi harus berasal dari unit Puskesmas (bottom-up) dengan dasar besaran jumlah
sasaran tiap jenis pelayanan imunisasi untuk menghindari terjadi kelebihan, kekurangan
atau tidaksesuaian dengan situasi riil di wilayah kerja. Kekurangan logistik dapat
mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan program imunisasi, tidak tercapainya target
kegiatan, serta hilangnya kepercayaan masyarakat. Sebaliknya kelebihan berpotensi
mengakibatkan pemborosan keuangan negara.
1
3. Perencanaan Pembiayaan
IV. METODE
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Penugasan
A. PERHITUNGAN SASARAN
1. Menentukan Sasaran
Menentukan jumlah sasaran program imunisasi merupakan unsur paling penting
dalam menghitung kebutuhan logistik dalam mendukung terselenggaranya pelayanan
imunisasi. Jumlah sasaran program imunisasi bisa didapatkan dari data estimasi program
kesehatan Kementerian Kesehatan atau dari hasil pendataan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Sebelum melakukan perencanaan kebutuhan vaksin dan logistik
lainnya, terlebih dahulu harus menentukan berapa jumlah sasaran imunisasi dalam
satu tahun yang akan dilayani di wilayah kerja masing-masing.
Tabel 1: Sasaran, Jenis Vaksin, Jadwal Pemberian Imunisasi
Jenis Imunisasi Usia Anak Jenis Vaksin
< 24 jam Hepatitis B
1 bulan BCG, OPV1
Imunisasi
2 bulan DPT-HB-Hib 1, OPV 2, PCV1*
Dasar
3 bulan DPT-HB-Hib 2, OPV 3, PCV2*
4 bulan DPT-HB-Hib 3, OPV 4, IPV
2
9 bulan Campak/MR
10 bulan JE**
12 bulan PCV3*
18 bulan Campak/MR, DPT-HB-Hib
Kelas 1 SD Campak/MR, DT
Imunisasi Kelas 2 SD Td
Lanjutan Kelas 5 SD Td, HPV***
Kelas 6 SD HPV***
Wanita Usia Subur Td
Keterangan:
* Introduksi bertahap sampai tahun 2024
** Introduksi di daerah endemis
***Program demonstrasi
3
Surviving Infant (SI) = Jumlah bayi baru lahir – (AKB x Jumlah bayi baru lahir)
4
1.1. Cara Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin
Menghitung Indeks Pemakaian (IP) vaksin berdasarkan jumlah
cakupan imunisasi yang dicapai secara absolut dibagi dengan jumlah
(perkemasan) vaksin yang dipakai dalam kurun waktu tertentu. IP dihitung
berdasarkan data cakupan imunisasi dan penggunaan vaksin pada tahun
sebelumnya.
Rumus :
Jumlah cakupan yang dicapai tahun lalu
IP vaksin = ----------------------------------------------------------
Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu
1 Hepatitis B 1 1
2 BCG 20 3
3 OPV 10 6
4 DPT-HB-Hib 5 4
5 IPV 5 4
6 Campak/MR 10 4
7 DT 10 8
8 Td 10 8
9 HPV 1 1
10 PCV 1 1
11 JE 5
5
!"#$%& (%(%)%* + !"#$%& ,-#.-)/%* + 011%
Kebutuhan = {
3, 4%5(/*
} – sisa stok
Indek Pemakaian vaksin (IP) adalah pemakaian rata–rata setiap kemasan vaksin.
Cara menghitung IP adalah dengan membagi jumlah cakupan dengan jumlah
(kemasan) vaksin yang dipakai.
Untuk menentukan jumlah kebutuhan vaksin ini, maka perhitungan IP vaksin harus
dilakukan pada setiap level. IP vaksin untuk kegiatan imunisasi massal (BIAS atau
kampanye) lebih besar dibandingkan dengan imunisasi rutin, karena sasaran
berkumpul dalam jumlah besar pada satu tempat dan waktu yang bersamaan.
Di tingkat Pusat, penyediaan logistik ditambah cadangan maksimal 25% dari
kebutuhan satu tahun untuk pemenuhan kebutuhan logistik di awal tahun berikutnya,
sebagai persediaan jika dilaksanakan imunisasi tambahan, dan sebagai antisipasi
apabila terjadi kerusakan vaksin.
6
tajam infeksius lainnya tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box. Jumlah
penyediaan safety box disesuaikan dengan jumlah ADS. Safety box yang sudah berisi
alat suntik bekas harus segera dimusnahkan.
Sesuai dengan tingkat administrasi, maka sarana cold chain yang dibutuhkan adalah:
Provinsi : Cold room, freeze room, vaccine refrigerator dan freezer
Kabupaten/kota : Cold room, vaccine refrigerator dan freezer
Puskesmas : Vaccine refrigerator
Penentuan jumlah kapasitas cold chain harus dihitung berdasarkan volume puncak
kebutuhan vaksin rutin (maksimal stok) ditambah dengan kegiatan tambahan (bila
ada).
Maksimal stok vaksin provinsi adalah 3 bulan, dengan pembagian untuk stok 2 bulan
dan untuk cadangan selama 1 bulan. Kabupaten/kota adalah dua bulan, dimana untuk
stok 1 bulan dan cadangan selama 1 bulan. Sedangkan di puskesmas, stok maksimal
adalah satu 1 bulan ditambah satu minggu cadangan. Permintaan vaksin segera
dilakukan ketika memasuki masa/jumlah stok cadangan.
Selain kebutuhan vaccine refrigerator dan freezer, harus direncanakan juga kebutuhan
vaksin carrier untuk membawa vaksin ke lapangan serta cool pack sebagai penahan
suhu dingin dalam vaksin carrier selama masa transportasi vaksin.
Cara perhitungan kebutuhan cold chain adalah dengan mengalikan jumlah stok
maksimal vaksin (semua jenis vaksin) dengan volume setiap jenis vaksin, dan
membandingkannya dengan volume vaccine refrigerator/freezer.
8
Panjang Lebar Tinggi Volume Jumlah Vulume/Vial
Vaksin
(cm) (cm) (cm) (Liter) Vial/Box (Liter)
BCG Bio Farma 20 ds 8,6 3,5 11,1 0,334 10 0,033
BCG SII 20 ds 18,5 9,8 5 0,907 50 0,018
IPV 5 ds 11 4,5 4,5 0,223 10 0,022
DT 10 ds 11 4,5 4,5 0,223 10 0,022
bOPV 10 ds 8,5 3,6 4 0,122 10 0,012
DPT-HB-Hib 5 ds 13,2 5 6 0,396 10 0,040
HB PID 1 ds (uniject) 15,2 11,6 11,9 2,098 100 0,021
MR SII 10 ds 18,5 9,8 5 0,907 50 0,018
Td 10 ds 11 4,5 4,5 0,223 10 0,022
HPV Gardasil 1 ds 3 3 8,3 0,075 1 0,075
PCV 1 ds
JE 5 ds
Setelah mengetahui jenis dan jumlah kebutuhan vaksin untuk satu bulan ditambah satu
minggu dan volume Refrigerator yang dimiliki, petugas dapat menghitung kecukupan
ruang penyimpan vaksin, seperti tabel berikut ini :
9
C. Imunisasi Lanjutan BIAS
4. Kelas 1 SD 850 DT 10 8 1 106,25 11 0,25
MR 10 8 1 106,25 11 0,20
5. Kelas 2 SD 850 Td 10 8 1 106,25 11 0,25
6. Kelas 5 SD 850 Td 10 8 1 48 5 0,11
430 HPV 1 1
7. Kelas 6 SD 430 HPV 1 1
JUMLAH VOLUME VAKSIN BIAS 0,81
TOTAL JUMLAH VOLUME VAKSIN RUTIN + BIAS 18,18
Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa kebutuhan maksimal penyimpanan vaksin
untuk kegiatan imunisasi rutin (Imunisasi Dasar, Baduta, BIAS dan WUS) adalah
sebesar 18,18 liter per bulan.
Jika di Puskesmas tersedia refrigerator model RWW50 AC dengan kapasitas simpan
24 Liter, maka masih tersedia ruang penyimpanan sekitar 5,84 liter. Kebutuhan ini akan
meningkat jika ada introduksi Vaksin Baru dan atau pemberian Imunisasi masal.
C. PERENCANAAN PEMBIAYAAN
1. Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan untuk imunisasi dapat berasal dari pemerintah dan sumber
pembiayaan lain yang sah menurut peraturan yang berlaku. Pembiayaan yang
bersumber dari pemerintah berbeda-beda pada tiap tingkat administrasi yaitu tingkat
pusat bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), tingkat provinsi
bersumber dari APBN (dekon) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
provinsi, tingkat kabupaten/kota bersumber dari APBN (tugas perbantuan) dan APBD
kabupaten/kota berupa DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus).
Pendanaan ini dialokasikan dengan menggunakan formula khusus antara lain
berdasarkan jumlah penduduk, kapasitas fiskal, jumlah masyarakat miskin dan
lainnya.
Diperlukan perencanaan yang komprehensif yang melibatkan lintas sektor dan lintas
program untuk mendukung keberlanjutan kegiatan imunisasi. Perencanaan kegiatan
imunisasi memerlukan informasi yang dapat menggambarkan situasi pencapaian
imunisasi dan sumber daya yang ada saat ini dan juga tujuan yang akan dicapai pada
masa mendatang yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan.
Perencanaan ini harus diikuti dengan penyusunan penganggaran yang dibutuhkan
sehingga merupakan satu kesatuan perencanaan yang komprehensif.
PENUGASAN
1. Menghitung jumlah sasaran Imunisasi Rutin dan Kebutuhan Vaksin serta kebutuhan
logistik lainnya dalam bentuk dokumen/ppt
2. Menghitung Volume vaksin dan sarana penyimpan vaksin (vaccine refrigerator) srta
menganalisa kecukupannya dalam bentuk dokumen/ppt
VIII. REFERENSI
1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Permenkes No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
3. Kepmenkes No.1121/ Menkes/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan
DasarPermenkes Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
11