Anda di halaman 1dari 11

MODUL PELATIHAN MATERI DASAR 2:

PERENCANAAN PROGRAM IMUNISASI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Perencanaan nasional penyelenggaraan imunisasi program dilaksanakan oleh
Pemerintah berdasarkan perencanaan yang dilakukan oleh puskesmas, pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan pemerintah daerah provinsi secara berjenjang. Perencanaan
sebagaimana dimaksud meliputi penentuan sasaran, kebutuhan logistik, dan pendanaan.
Perencanaan merupakan salah satu unsur manajemen yang penting dalam
pengelolaan program imunisasi. Pada dasarnya perhitungan kebutuhan untuk pelayanan
imunisasi harus berasal dari unit Puskesmas (bottom-up) dengan dasar besaran jumlah
sasaran tiap jenis pelayanan imunisasi untuk menghindari terjadi kelebihan, kekurangan
atau tidaksesuaian dengan situasi riil di wilayah kerja. Kekurangan logistik dapat
mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan program imunisasi, tidak tercapainya target
kegiatan, serta hilangnya kepercayaan masyarakat. Sebaliknya kelebihan berpotensi
mengakibatkan pemborosan keuangan negara.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menyusun perencanaan sasaran dan
kebutuhan logistik program Imunisasi

2. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
2.1. Menyusun perencanaan sasaran program Imunisasi
2.2. Menyusun kebutuhan logistik program imunisasi

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:
1. Perhitungan sasaran program Imunisasi
1.1 Menentukan Sasaran Imunisasi Dasar
1.2 Sasaran Imunisasi Lanjutan
1.3 Sasaran Imunisasi Tambahan
1.4 Sasaran Imunisasi Khusus

2. Kebutuhan logistik program imunisasi


2.1 Menghitung kebutuhan Vaksin
2.2 Menghitung Kebutuhan ADS,
2.3 Menghitung kebutuhan safety boks
2.4 Menghitung kebutuhan peralatan cold chain

1
3. Perencanaan Pembiayaan

IV. METODE
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Penugasan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU


1. Bahan tayang
2. Modul
3. Laptop
4. LCD
5. Papan tulis

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


1. Pengajar menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta pembelajar.
2. Pengajar menyajikan bahan ajar dalam bentuk ppt dan narasi.
3. Pengajar memberikan penugasan dan mengorganisasikan peserta
pembelajar ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4. Pengajar membimbing kelompok bekerja dan belajar selama penugasan.
5. Pengajar memberikan umpan balik dan evaluasi.
6. Pengajar memberikan penghargaan pada peserta.
7. Pengajar menyimpulkan hasil proses pembelajaran di akhir sesi.

VII. URAIAN MATERI

A. PERHITUNGAN SASARAN
1. Menentukan Sasaran
Menentukan jumlah sasaran program imunisasi merupakan unsur paling penting
dalam menghitung kebutuhan logistik dalam mendukung terselenggaranya pelayanan
imunisasi. Jumlah sasaran program imunisasi bisa didapatkan dari data estimasi program
kesehatan Kementerian Kesehatan atau dari hasil pendataan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Sebelum melakukan perencanaan kebutuhan vaksin dan logistik
lainnya, terlebih dahulu harus menentukan berapa jumlah sasaran imunisasi dalam
satu tahun yang akan dilayani di wilayah kerja masing-masing.
Tabel 1: Sasaran, Jenis Vaksin, Jadwal Pemberian Imunisasi
Jenis Imunisasi Usia Anak Jenis Vaksin
< 24 jam Hepatitis B
1 bulan BCG, OPV1
Imunisasi
2 bulan DPT-HB-Hib 1, OPV 2, PCV1*
Dasar
3 bulan DPT-HB-Hib 2, OPV 3, PCV2*
4 bulan DPT-HB-Hib 3, OPV 4, IPV

2
9 bulan Campak/MR
10 bulan JE**
12 bulan PCV3*
18 bulan Campak/MR, DPT-HB-Hib
Kelas 1 SD Campak/MR, DT
Imunisasi Kelas 2 SD Td
Lanjutan Kelas 5 SD Td, HPV***
Kelas 6 SD HPV***
Wanita Usia Subur Td

Keterangan:
* Introduksi bertahap sampai tahun 2024
** Introduksi di daerah endemis
***Program demonstrasi

1.1. Menentukan Sasaran Imunisasi Dasar


a. Sasaran Bayi (lahir hidup)
Jumlah bayi lahir hidup di tingkat provinsi dan kabupaten dihitung/ditentukan
berdasarkan angka yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.
Jumlah bayi baru lahir di tingkat kecamatan/desa dapat dihitung sebagai berikut:
1) Kecamatan : CBR provinsi x jumlah penduduk kecamatan
atau
Jumlah bayi kecamatan tahun lalu

Kecamatan = ---------------------------------------------- x Jumlah bayi kab/kota tahun ini


Jumlah bayi kab/kota tahun lalu

2) Desa : Pendataan langsung ke seluruh rumah penduduk


atau
Jumlah bayi desa tahun lalu

Desa = ---------------------------------------------- x Jml. bayi kecamatan tahun ini


Jumlah bayi kecamatan tahun lalu

b. Sasaran bayi bertahan hidup (surviving infant)


Jumlah bayi yang bertahan hidup (Surviving Infant) dihitung/ditentukan
berdasarkan jumlah bayi baru lahir dikurangi dengan jumlah kematian bayi
yang didapat dari perhitungan Angka Kematian Bayi (AKB) dikalikan dengan
jumlah bayi baru lahir. Jumlah ini digunakan sebagai sasaran imunisasi bayi
usia 2-11 bulan.

3
Surviving Infant (SI) = Jumlah bayi baru lahir – (AKB x Jumlah bayi baru lahir)

1.2. Sasaran Imunisasi Lanjutan


a. Sasaran anak Bawah Usia Dua Tahun (Baduta)
Data sasaran imunisasi lanjutan pada baduta sama dengan jumlah Surviving
Infant (SI) tahun lalu.
b. Menentukan sasaran anak usia Sekolah Dasar (SD)/sederajat
Pada setiap awal tahun ajaran, petugas puskesmas meminta data jumlah anak
sekolah SD/MI/sederajat kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan kantor
wilayah agama kabupaten/kota. Sedangkan untuk anak usia sekolah yang tidak
bersekolah data dapat diperoleh dari dinas social kabupaten/kota atau dengan
melakukan pendataan langsung oleh kader di masyarakat. Data tersebut
diperlukan untuk menghitung kebutuhan logistik dan menentukan jumlah
sasaran.
c. Menentukan sasaran Wanita Usia Subur (WUS)
WUS yang diintervensi program imunisasi adalah semua wanita usia 15 s.d 39
tahun, termasuk ibu hamil. Sebelum memutuskan pemberian imunisasi Td
kepada WUS perlu didahului dengan skrining untuk menentukan status T pada
WUS yang bersangkutan. Menghitung estimasi sasaran WUS dapat
menggunakan data yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan atau pemerintah
daerah atau dengan menggunakan rumus 21,9 % x jumlah penduduk.
1.3. Sasaran Imunisasi Tambahan
Sasaran imunisasi tambahan adalah kelompok (golongan umur) yang paling beresiko
terkenanya kasus berdasarkan kajian epidemiologis. Jumlah sasaran didapatkan
berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan atau pemerintah daerah
atau pendataan langsung.

1.4 Sasaran Imunisasi Khusus


Sasaran imunisasi khusus ditetapkan dengan keputusan tersendiri (misalnya jema’ah
Ibadah Haji dan masyarakat yang akan pergi ke negara tertentu).

B. PERHITUNGAN KEBUTUHAN LOGISTIK IMUNISASI


1. Menghitung Kebutuhan Vaksin
Untuk menghitung kebutuhan vaksin diperlukan data jumlah sasaran, target cakupan,
IP vaksin dan jumlah dosis yang diberikan terhadap kelompok sasaran yang sudah
ditentukan. Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke kabupaten/kota
untuk dilakukan kompilasi, kemudian diteruskan ke provinsi dan ke pusat
(perencanaan secara bottom up). Perhitungan kebutuhan vaksin harus
mempertimbangkan estimasi sisa stok pertanggal 31 Desember pada tahun berjalan
atau pertanggal 1 Januari pada tahun yang direncanakan.

4
1.1. Cara Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin
Menghitung Indeks Pemakaian (IP) vaksin berdasarkan jumlah
cakupan imunisasi yang dicapai secara absolut dibagi dengan jumlah
(perkemasan) vaksin yang dipakai dalam kurun waktu tertentu. IP dihitung
berdasarkan data cakupan imunisasi dan penggunaan vaksin pada tahun
sebelumnya.
Rumus :
Jumlah cakupan yang dicapai tahun lalu
IP vaksin = ----------------------------------------------------------
Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu

Tabel 3: Dosis perkemasan vaksin dan IP Nasional


No Jenis vaksin Jumlah dosis/vial IP

1 Hepatitis B 1 1
2 BCG 20 3
3 OPV 10 6
4 DPT-HB-Hib 5 4
5 IPV 5 4
6 Campak/MR 10 4
7 DT 10 8
8 Td 10 8
9 HPV 1 1
10 PCV 1 1
11 JE 5

IP vaksin pada pelaksanaan imunisasi massal, seperti pada Bulan Imunisasi


Anak Sekolah (BIAS), kampanye, ORI, Sub PIN, PIN dan lain-lain, lebih besar
dari pada pelayanan imunisasi rutin.
1.2. Cara Menghitung Kebutuhan Vaksin
Setelah menentukan jumlah sasaran, target, dan IP vaksin, maka data-data
tersebut dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan vaksin. Selanjutnya
diperlukan data mengenai jumlah dosis yang diberikan terhadap kelompok
sasaran yang sudah ditentukan. .
Dalam menghitung jumlah kebutuhan vaksin, harus diperhatikan beberapa hal, yaitu
jumlah sasaran, jumlah pemberian, target cakupan 100% dan indeks pemakaian
vaksin dengan memperhitungkan sisa vaksin (stok) sebelumnya.

5
!"#$%& (%(%)%* + !"#$%& ,-#.-)/%* + 011%
Kebutuhan = {
3, 4%5(/*
} – sisa stok

Indek Pemakaian vaksin (IP) adalah pemakaian rata–rata setiap kemasan vaksin.
Cara menghitung IP adalah dengan membagi jumlah cakupan dengan jumlah
(kemasan) vaksin yang dipakai.

IP = Jumlah cakupan/Jumlah vaksin yang dipakai

Untuk menentukan jumlah kebutuhan vaksin ini, maka perhitungan IP vaksin harus
dilakukan pada setiap level. IP vaksin untuk kegiatan imunisasi massal (BIAS atau
kampanye) lebih besar dibandingkan dengan imunisasi rutin, karena sasaran
berkumpul dalam jumlah besar pada satu tempat dan waktu yang bersamaan.
Di tingkat Pusat, penyediaan logistik ditambah cadangan maksimal 25% dari
kebutuhan satu tahun untuk pemenuhan kebutuhan logistik di awal tahun berikutnya,
sebagai persediaan jika dilaksanakan imunisasi tambahan, dan sebagai antisipasi
apabila terjadi kerusakan vaksin.

2. MENGHITUNG KEBUTUHAN LOGISTIK LAINNYA


Auto disable syringe (ADS) dan safety box (SB) termasuk logistik imunisasi yang harus
direncanakan kebutuhannya secara bersamaan dalam jumlah yang berimbang
(system bundling).

2.1. Menghitung Kebutuhan Auto Disable Syringe


Alat suntik yang dipergunakan dalam pemberian imunisasi adalah alat suntik
yang akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian (Auto Disable
Syringe/ADS). Ukuran ADS beserta penggunaannya terlihat seperti tabel berikut:
Tabel 4. Ukuran ADS dan Penggunaan
No Ukuran ADS Penggunaan
1 0,05 ml Pemberian imunisasi BCG
2 0,5 ml Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib, MR, DT, Td,
IPV, JE
3 5 ml Untuk mencampurkan pelarut vaksin BCG dan
MR

Di tingkat Pusat, berdasarkan sistem bundling maka perencanaan dan penyediaan


ADS mengikuti jumlah vaksin dan indeks pemakaian vaksin.

2.2. Menghitung Kebutuhan Safety Box


Safety box digunakan untuk menampung ADS bekas pelayanan imunisasi sebelum
dimusnahkan. Safety box ukuran 2,5 liter mampu menampung 50 buah ADS bekas,
sedangkan ukuran 5 liter dapat menampung 100 buah ADS. Selain ADS dan limbah

6
tajam infeksius lainnya tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box. Jumlah
penyediaan safety box disesuaikan dengan jumlah ADS. Safety box yang sudah berisi
alat suntik bekas harus segera dimusnahkan.

Tabel : Penghitungan kebutuhan Logistik Vaksin dan Lainnya


A. DATA SASARAN
Jumlah Penduduk
Bayi Baru Lahir
Surviving Infant
Baduta
Kelas 1
Kelas 2
Usia Sekolah
Kelas 6
Kelas 6
WUS (15-39 th)
B. INDEKS PEMAKAIAN VAKSIN
DPT-
HB0 BCG bOPV IPV MR HPV PCV JE DT Td
Nama Vaksin HB-Hib
IP Vaksin Imunisasi
Dasar
IP Vaksin Imunisasi
Baduta
IP Vaksin Imunisasi
anak usia Sekolah
C. KEBUTUHAN VAKSIN 1 TAHUN
Perkiraan
Jumlah
Kebutuha Sisa Stok
Usulan
Vaksin n 1 Tahun per 31
Kebutuh
(Vial) Desember
an (Vial)
Tahun ini
HB0
BCG
bOPV
DPT-HB-Hib
IPV
MR
HPV
DT
Td
PCV
JE
Kebutuhan Logistik Lainnya
1. ADS 0.05 ml
2. ADS 0,5 ml
3. ADS 5 ml
4. Safety Boc 0,5 L
5. Safety Box 5 l
7
2.3. Menghitung Kebutuhan Peralatan Cold Chain
Vaksin merupakan bahan biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan pada
suhu tertentu (pada suhu 2 s.d 8º C untuk vaksin sensitif beku atau pada suhu -15
s.d -25º C untuk vaksin yang sensitif panas).

Sesuai dengan tingkat administrasi, maka sarana cold chain yang dibutuhkan adalah:
Provinsi : Cold room, freeze room, vaccine refrigerator dan freezer
Kabupaten/kota : Cold room, vaccine refrigerator dan freezer
Puskesmas : Vaccine refrigerator

Tabel 5. Jenis Standar Minimal Peralatan Program Imunisasi


JENIS Provinsi Kab/Kota Puskesmas
Voltage Stabilizer √ √ √
Indikator pembekuan dan pemantau
√ √ √
suhu panas
Alat pencatat suhu kontinyu √ √ √
Thermometer √ √ √
ADS (autodisable syringe) √ √ √
Safety box √ √ √
Kendaraan berpendingin khusus √ √
Komputer √ √ √
Tabung pemadam kebakaran √ √ √
Suku cadang √ √ √
Tool kits √ √ √

Penentuan jumlah kapasitas cold chain harus dihitung berdasarkan volume puncak
kebutuhan vaksin rutin (maksimal stok) ditambah dengan kegiatan tambahan (bila
ada).

Maksimal stok vaksin provinsi adalah 3 bulan, dengan pembagian untuk stok 2 bulan
dan untuk cadangan selama 1 bulan. Kabupaten/kota adalah dua bulan, dimana untuk
stok 1 bulan dan cadangan selama 1 bulan. Sedangkan di puskesmas, stok maksimal
adalah satu 1 bulan ditambah satu minggu cadangan. Permintaan vaksin segera
dilakukan ketika memasuki masa/jumlah stok cadangan.

Selain kebutuhan vaccine refrigerator dan freezer, harus direncanakan juga kebutuhan
vaksin carrier untuk membawa vaksin ke lapangan serta cool pack sebagai penahan
suhu dingin dalam vaksin carrier selama masa transportasi vaksin.

Cara perhitungan kebutuhan cold chain adalah dengan mengalikan jumlah stok
maksimal vaksin (semua jenis vaksin) dengan volume setiap jenis vaksin, dan
membandingkannya dengan volume vaccine refrigerator/freezer.

Tabel 6. Volume Beberapa Jenis Vaksin/ Kemasan

8
Panjang Lebar Tinggi Volume Jumlah Vulume/Vial
Vaksin
(cm) (cm) (cm) (Liter) Vial/Box (Liter)
BCG Bio Farma 20 ds 8,6 3,5 11,1 0,334 10 0,033
BCG SII 20 ds 18,5 9,8 5 0,907 50 0,018
IPV 5 ds 11 4,5 4,5 0,223 10 0,022
DT 10 ds 11 4,5 4,5 0,223 10 0,022
bOPV 10 ds 8,5 3,6 4 0,122 10 0,012
DPT-HB-Hib 5 ds 13,2 5 6 0,396 10 0,040
HB PID 1 ds (uniject) 15,2 11,6 11,9 2,098 100 0,021
MR SII 10 ds 18,5 9,8 5 0,907 50 0,018
Td 10 ds 11 4,5 4,5 0,223 10 0,022
HPV Gardasil 1 ds 3 3 8,3 0,075 1 0,075
PCV 1 ds
JE 5 ds

Cara menentukan volume vaccine refrigerator/freezer adalah dengan mengukur


langsung pada bagian dalam (ruangan) penyimpanan vaksin. Volume bersih untuk
penyimpanan vaksin adalah 70% dari total volume. Kegiatan seperti BIAS, PIN, atau
Outbreak Response Immunization (ORI) juga harus diperhitungkan dalam perhitungan
kebutuhan coldchain.

Simulasi penghitungan kebutuhan Cold Chain di Puskesmas

Setelah mengetahui jenis dan jumlah kebutuhan vaksin untuk satu bulan ditambah satu
minggu dan volume Refrigerator yang dimiliki, petugas dapat menghitung kecukupan
ruang penyimpan vaksin, seperti tabel berikut ini :

Tabel : Contoh penghitungan kebutuhan volume vaccine refrigerator


Vaksin Kebutuha
Kebutuhan n 1 Bulan Vulume/Bul
Jumah Sasaran Dosis/ Jumlah per Tahun +1 an+1 Mg
Jenis Vaksin IP (Vial) Minggu (Liter)
Vial Pemberian
(Vial)
A. Imunisasi Dasar
1. Bayi 1000 HB0 1 1 1 1000 104 2,19
BCG 20 3 1 333 35 0,63
2. Surviving Infant 900 bOPV 10 6 4 600 63 3,06
DPT-HB-Hib 5 4 3 675 70 8,58
IPV 5 4 1 225 23 0,95
PCV 1 1 2
JE
MR 10 4 1 225 23 0,42
B. Imunisasi Lanjutan
3. Anak Baduta 900 PCV 1 1 1
DPT-HB-Hib 5 4 1 225 23 0,95
MR 10 4 1 225 23 0,42
4. WUS 500 Td 10 8 1 63 7 0,15
TOTAL VOLUME UNTUK IMUNISASI DASAR + LANJUTAN ( TANPA BIAS) 17,36

9
C. Imunisasi Lanjutan BIAS
4. Kelas 1 SD 850 DT 10 8 1 106,25 11 0,25
MR 10 8 1 106,25 11 0,20
5. Kelas 2 SD 850 Td 10 8 1 106,25 11 0,25
6. Kelas 5 SD 850 Td 10 8 1 48 5 0,11
430 HPV 1 1
7. Kelas 6 SD 430 HPV 1 1
JUMLAH VOLUME VAKSIN BIAS 0,81
TOTAL JUMLAH VOLUME VAKSIN RUTIN + BIAS 18,18

Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa kebutuhan maksimal penyimpanan vaksin
untuk kegiatan imunisasi rutin (Imunisasi Dasar, Baduta, BIAS dan WUS) adalah
sebesar 18,18 liter per bulan.
Jika di Puskesmas tersedia refrigerator model RWW50 AC dengan kapasitas simpan
24 Liter, maka masih tersedia ruang penyimpanan sekitar 5,84 liter. Kebutuhan ini akan
meningkat jika ada introduksi Vaksin Baru dan atau pemberian Imunisasi masal.

C. PERENCANAAN PEMBIAYAAN
1. Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan untuk imunisasi dapat berasal dari pemerintah dan sumber
pembiayaan lain yang sah menurut peraturan yang berlaku. Pembiayaan yang
bersumber dari pemerintah berbeda-beda pada tiap tingkat administrasi yaitu tingkat
pusat bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), tingkat provinsi
bersumber dari APBN (dekon) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
provinsi, tingkat kabupaten/kota bersumber dari APBN (tugas perbantuan) dan APBD
kabupaten/kota berupa DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus).
Pendanaan ini dialokasikan dengan menggunakan formula khusus antara lain
berdasarkan jumlah penduduk, kapasitas fiskal, jumlah masyarakat miskin dan
lainnya.

2. Komponen yang Perlu Dibiayai


Di era desentralisasi, fungsi pemerintah pusat adalah dalam menjamin ketersediaan vaksin,
alat suntik dan safety box, bimbingan teknis, pedoman pengembangan, pemantauan dan
evaluasi, pengendalian kualitas, kegiatan TOT (training of trainer), advokasi, penelitian
operasional dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Meskipun ada komitmen yang kuat
dari pemerintah pusat dalam mendukung imunisasi dalam bentuk penyediaan vaksin dan alat
suntik ke seluruh kabupaten/kota sudah terbukti, dalam beberapa kasus, masih terjadi
masalah dalam ketersediaan biaya operasional yang seharusnya disediakan oleh pemerintah
daerah. Situasi ini akan berdampak besar misalnya terjadinya KLB di berbagai wilayah,
khususnya di daerah rural dan sulit.

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bertanggung jawab menyiapkan biaya operasional untuk


pelaksanaan pelayanan imunisasi rutin dan imunisasi tambahan.

Biaya operasional sebagaimana dimaksud meliputi biaya:


a. transport dan akomodasi petugas;
b. bahan habis pakai;
c. penggerakan masyarakat; dan
10
d. perbaikan serta pemeliharaan peralatan rantai vaksin dan kendaraan
imunisasi.
e. distribusi logistik dari kabupaten/kota sampai ke fasilitas pelayanan kesehatan;
dan
f. pemusnahan limbah medis imunisasi

Puskesmas bertanggung jawab untuk memberikan laporan pertanggungjawaban


ke kabupaten/kota, provinsi dan pusat.

Diperlukan perencanaan yang komprehensif yang melibatkan lintas sektor dan lintas
program untuk mendukung keberlanjutan kegiatan imunisasi. Perencanaan kegiatan
imunisasi memerlukan informasi yang dapat menggambarkan situasi pencapaian
imunisasi dan sumber daya yang ada saat ini dan juga tujuan yang akan dicapai pada
masa mendatang yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan.
Perencanaan ini harus diikuti dengan penyusunan penganggaran yang dibutuhkan
sehingga merupakan satu kesatuan perencanaan yang komprehensif.

PENUGASAN
1. Menghitung jumlah sasaran Imunisasi Rutin dan Kebutuhan Vaksin serta kebutuhan
logistik lainnya dalam bentuk dokumen/ppt
2. Menghitung Volume vaksin dan sarana penyimpan vaksin (vaccine refrigerator) srta
menganalisa kecukupannya dalam bentuk dokumen/ppt

VIII. REFERENSI
1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Permenkes No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
3. Kepmenkes No.1121/ Menkes/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan
DasarPermenkes Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi

11

Anda mungkin juga menyukai