Anda di halaman 1dari 49

SISTEM

SISTEM PROTEKSI
PROTEKSI KEBAKARAN
KEBAKARAN
BERBASIS
BERBASIS KINERJA
KINERJA
BERBASIS KINERJA.......?
Berbasis
Preskriptif
salah satu cara yang ditempuh untuk tingkat keselamatan yang
memenuhi kriteria bangunan aman ditetapkan oleh peraturan
kebakaran adalah dengan mengikuti preskriptif dinilai terlalu tinggi
persyaratan yang tercantum di dalam sehingga untuk memenuhinya
peraturan keselamatan terhadap dibutuhkan biaya yang relatif
kebakaran mahal

Berbasis
Kinerja
Fleksibel dan hemat

(1) adanya rumusan Tujuan dan Sasaran peraturan yang disepakati bersama,
(2) adanya tingkat keselamatan yang mencerminkan seberapa besar risiko bahaya
kebakaran yang dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, dan
(3) adanya metode yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauhmana tingkat
keselamatan yang disyaratkan telah dipenuhi.

Wahyu Sujatmiko
BERBASIS KINERJA.......?
Berbasis Kinerja
DICIRIKAN:
1. Tujuan (goals),
Menggambarkan prioritas perlindungan yang diinginkan atau ingin
dicapai oleh pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders),
2. Sasaran (objectives)
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan.Sasaran
kinerja juga menggambarkan tingkat risiko yang dapat diterima
oleh stakeholders, karena itu dapat disebut dengan sasaran
kerugian (loss objectives)
3. Kriteria kinerja (performance criteria)
digunakan sebagai acuan untuk menilai kesesuaian sebuah solusi
desain dengan tujuan dan sasaran kinerja yang ditetapkan sebelumnya.

Wahyu Sujatmiko
Gedung arsip negara

Wahyu Sujatmiko
PENDAHULUAN : FENOMENA KEBAKARAN

Wahyu Sujatmiko
TUJUAN

Tujuan : keselamatan jiwa

Mencegah penyulutan Mengelola dampak


kebakaran kebakaran

Mengelola kebakaran Mengelola paparan

Pengendalian Pemadaman Pengendalian Pembatasan jumlah Perlindungan


proses kebakaran kebakaran yang terpapar yang terpapar
pembakaran dengan
konstruksi
bangunan
Memperta- Mengevaku-
hankan yang asi yang
terpapar di terpapar
tempat

Wahyu Sujatmiko
STRATEGI

Strategi : keselamatan jiwa

1. Pencegahan Mengelola dampak


Kebakaran kebakaran

2. Manajemen Kebakaran 3. Manajemen Penghuni

Pengendalian Pemadam- Pengenda- Pembatasan jumlah Perlindungan


proses an lian yang terpapar yang terpapar
pembakaran kebakaran kebakaran
dengan
konstruksi
bangunan Memperta- Mengevaku-
hankan yang asi yang
terpapar di terpapar
tempat

Wahyu Sujatmiko
PENGKAJIAN KESELAMATAN JIWA

Langkah 3

Langkah 1 Langkah 2
Risiko Risiko
kebakaran penghuni

Pencegahan Kebakaran Pengkajian


kebakaran yang keselamatan
diperkirakan jiwa

Manajemen Manajemen
kebakaran penghuni

FSM merupakan proses yang menerus tanpa lengah. Perbaikan


keselamatan jiwa dalam bangunan merupakan proses iteratif
untuk menyesuaikan antara faktor risiko dan faktor
keselamatan.
Selaku manajemen darurat kebakaran memiliki 3 komponen :
pencegahan (pra), respons (pada saat), dan pemulihan (pasca).
Wahyu Sujatmiko
PENDAHULUAN

Wahyu Sujatmiko
UPAYA PEMBAKUAN :
1
SFPE ENGINEERING
GUIDE TO PERATURAN BERBASIS KINERJA
PERFORMANCE-BASED ISI :
FIRE PROTECTION
1. Pendahuluan
Analysis and Design of
Buildings 2. Glosari
edisi 2000 [SFPE dan 3. Tinjauan Umum Proses Analisis dan
NFPA] Rancangan Proteksi Kebakaran Berbasis
Kinerja
4. Pendefinisian Lingkup Pekerjaan
5. Pengidentifikasian Sasaran
6. Pendefinisian Tujuan Stakeholder dan Tujuan Rancangan
7. Pengembangan Kriteria Kinerja
8. Pengembangan Skenario Kebakaran Rancangan
9. Pengembangan Rancangan Awal
10. Pengevaluasian Rancangan Awal
11. Pengembangan Ringkasan Rekayasa Proteksi Kebakaran
12. Dokumentasi dan Spesifikasi
Wahyu Sujatmiko
PERATURAN BERBASIS KINERJA
SFPE ENGINEERING GUIDE TO PERFORMANCE-BASED FIRE PROTECTION
Analysis and Design of Buildings edisi 2000 [SFPE dan NFPA]

Contoh Sasaran Proteksi Kebakaran :


Minimalkan kebakaran terkait dengan cidera dan mencegah
kerugian kehilangan jiwa
Contoh Tujuan Stakeholder terkait dengan itu :
Menyediakan waktu yang mencukupi untuk penghuni sebelum
terkena kebakaran untuk mencapai tempat yang aman.
Menyediakan waktu yang mencukupi untuk penghuni di luar
ruangan yang terbakar untuk mencapai tempat yang aman.
dst.
Contoh Tujuan Rancangan terkait dengan itu :
Mencegah flashover terjadi di ruangan asal api.
Contoh Kriteria Kinerja terkait dengan itu :
Mencegah temperatur lapisan atas tidak lebih dari 200oC.

Wahyu Sujatmiko
PERATURAN BERBASIS KINERJA
SFPE ENGINEERING GUIDE TO PERFORMANCE-BASED FIRE PROTECTION
Analysis and Design of Buildings edisi 2000 [SFPE dan NFPA]
SFPE ENFORCER’S GUIDE TO PERFORMANCE-BASED DESIGN REVIEW [2003]
SFPE ENGINEERING GUIDE for RISK ASSESSMENT in FIRE PROTECTION
DESIGN [draft, 2005]

Tujuan Proteksi Pernyataan


Persyaratan Kinerja
Kebakaran Fungsional
Meminimalkan luka- Tidak terjadi korban Level COHb tidak
luka oleh kebakaran jiwa di luar ruangan melebihi 12 %
dan korban jiwa sia- asal kebakaran
sia

Meminimalkan Tidak terjadi Temperatur lapisan


kerusakan bangunan kerusakan termal yang atas < 200oC
oleh kebakaran signifikan pada
ruangan asal
kebakaran

Meminimalkan rugi Waktu berhenti proses HCl < 5 ppm


operasional produksi produksi < 8 jam Partikulat < 0,5 g/m3
Wahyu Sujatmiko
LEVEL 1 Sasaran / Tujuan
LEVEL 3 Persyaratan Operasi (Kejadian Kebakaran) :
(Keselamatan) :
Sarana jalan keluar harus dirancang sehingga penghuni
Menyediakan lingkungan
memiliki waktu untuk menyelamatkan diri tanps terkena
yang bebas dari cedera dan
kondisi yang tak tertahankan akibat kebakaran
kematian
HUBUNGAN
KOMPONEN-
KOMPONEN
SISTEM KINERJA LEVEL 2 Pernyataan
Fungsional (Keselamatan
LEVEL 4 Grup Kinerja / Risiko :
Kebakaran) :
Penggunaan Utama bangunan, nilai penting bangunan,
Menyediakan upaya yang
karakteristik risiko hunian, beban hunian dan beban api
memadai untuk melindungi
rancangan
penghuni bangunan dari
dampak kebakaran

LEVEL 6 Kriteria Kinerja :


Laju Pelepasan Kalor, Temperatur Gas, LEVEL 5 Level Kinerja :
Radiasi Termal, Tenabilitas, Stabilitas (Level Impak yang dapat
Struktural, Sistem dan Kelengkapan Ditoleransi)
Keselamatan

LEVEL 7 & 8 Metoda Si\olusi dan Verifikasi:


Metoda Uji, Standar Uji, Model, Panduan Rancangan

Wahyu Sujatmiko
CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA

NFPA 101 ISI :


Life Safety Code 5.1 Persyaratan Umum
edisi 2000 5.2 Kriteria Kinerja
Chapter 5 5.3 Persyaratan Preskriptif yang
PERFORMANCE- Dipertahankan
BASED OPTION
5.4 Spesifikasi Rancangan dan
Kondisi Lain
5.5 Skenario Kebakaran Rancangan
5.6 Evaluasi Rancangan Usulan
5.7 Faktor Keselamatan
5.8 Persyaratan Dokumentasi

Wahyu Sujatmiko
CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA

5.1 1. Penerapan
PERSYARATAN 2. Sasaran dan Tujuan
UMUM 3. Kualifikasi yang Disetujui
4. Pemeriksa Ulang Independen
5. Sumber Data
6. Penentuan Akhir
7. Pemeliharaan Kelengkapan
Rancangan
8. Definisi Khusus

Wahyu Sujatmiko
CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA

5.1.1 Penerapan

Persyaratan Preskriptif Skenario Kebakaran Spesifikasi


yang Dipertahankan (5.3) Rancangan (5.5) Rancangan dan
Kondisi Lain (5.4)

Evaluasi Rancangan
Sasaran (4.1) Usulan (5.6)

Tujuan (4.2) Faktor Keselamatan (5.7) Rubah


Rancangan

Kriteria Dapat
Kinerja diterima?
(5.2)

Proses Pemenuhan
Persyaratan
Dokumentasi (5.8) Life Safety Code
Berbasis Kinerja
Wahyu Sujatmiko
CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA

Sasaran (4.1) PENGERTIAN

4.1.1 Darurat Kebakaran dan yang Serupa. Sasaran Code ini adalah untuk
menyediakan lingkungan untuk penghuni yang reasonably safe dari darurat
kebakaran dan yang serupa dengan cara berikut :
(1). Proteksi penghuni sehingga tidak terkena pertumbuhan awal kebakaran.
(2). Perbaikan survaivabilitas penghuni yang terkena pertumbuhan kebakaran
awal.
4.1.2 Pergerakan Kerumuman. Sasaran tambahan adalah menyediakan
reasonably safe pergerakan kerumuman darurat dan, bilamana diperlukan,
reasonably safe pergerakan kerumuman bukan darurat.

Tujuan (4.2)

4.2.1 Proteksi Penghuni. Struktur bangunan harus dirancang, dikonstruksi,


dan dipelihara untuk memproteksi penghuni sehingga tidak terkena
pertumbuhan kebakaran awal selama waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi,
relokasi, atau bertahan di tempat.

Wahyu Sujatmiko
CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA
PENGERTIAN
Tujuan (4.2)

4.2.2 Integritas Struktur. Integritas struktur bangunan harus dipelihara selama


waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi, relokasi, atau bertahan di tempat
penghuni sehingga tidak terkena pertumbuhan awal kebakaran.
4.2.3 Keefektivitasan Sistem. Sistem yang dipergunakan untuk mencapai
sasaran Seksi 4.1 harus efektif dalam mitigasi bahaya atau kondisi sesuai
penggunaannya, harus andal, harus dipelihara pada level rancangan
operasinya, dan harus tetap operasional.

Kriteria Kinerja (5.2)

5.2.1 Umum. Suatu rancangan harus memenuhi spesifikasi tujuan Seksi 4.2
jika, untuk setiap skenario kebakaran rancangan, asumsi, dan spesifikasi
rancangan, kriteria kinerja dalam butir 5.2.2 dipenuhi.
5.2.2 Kriteria Kinerja. Penghuni yang tidak terkena penyulutan tidak ada satu
pun yang terpapar kondisi untenable baik sesaat atau pun akumulasi.

Wahyu Sujatmiko
CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA
Persyaratan Preskriptif PENGERTIAN
yang Dipertahankan (5.3)

5.3.1 Sistem dan Kelengkapan. Seluruh sistem proteksi kebakaran dan


kelengkapan bangunan harus memenuhi Standar-Standar terkait dengan sistem
dan kelengkapan tersebut.
5.3.2 Sarana Jalan Keluar. Rancangan harus sesuai dengan persyaratan
berikut sebagai tambahan kriteria kinerja Seksi 5.2 dan metode Seksi 5.4
sampai 5.8. : perubahan level dalam sarana jalan keluar, pegangan, pintu,
tangga, ramp, fire escape ladders, alternating tread devices, kapasitas sarana
jalan keluar, hambatan ke jalan keluar, iluminasi sarana jalan keluar,
pencahayaan darurat, penandaan sarana jalan keluar.
5.3.3 Ekuivalensi.

Spesifikasi Rancangan dan Kondisi Lain (5.4)

5.4.1 Pernyataan yang Jelas.


5.4.2 Asumsi dan Data Spesifikasi Rancangan.
5.4.3 Karakteristik Bangunan.
5.4.4 Status Operasional dan Keefektifan Kelengkapan dan Sistem
Bangunan

Wahyu Sujatmiko
CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA
Skenario Kebakaran PENGERTIAN
Rancangan (5.5)

5.5.1 Skenario Kebakaran Rancangan. Instansi berwenang harus menyetujui


parameter yang terlibat dalam skenario kebakaran rancangan. Rancangan usulan harus
ditinjau sesuai sasaran dan tujuan jika itu mencapai kriteria kinerja untuk setiap skenario
kebakaran rancangan yang dipersyaratkan.
5.5.2 Evaluasi. Skenario kebakaran rancangan harus dievaluasi menggunakan metoda
yang diterima instansi berwenang dan sesuai untuk kondisi tersebut. Setiap skenario
kebakaran rancangan harus sedapat mungkin sesuai kondisi nyata yang terjadi dalam
bangunan dengan mengacu sekurang-kurangnya salah satu dari spesifikasi skenario
berikut :
(1) Lokasi kebakaran awal
(2) Laju awal pertumbuhan keganasan api
(3) Pembangkitan asap
5.5.3. Skenario Kebakaran Rancangan yang Dipersyaratkan. (Terdapat Skenario
Kebakaran Rancangan 1 [hunian khusus], 2 [ultrafast], 3 [ruang tak berpenghuni], 4
[dinding dan langit-langit tersembunyi], 5 [slow], 6 [most severe], 7 [paparan luar], dan 8
[bahan mudah terbakar biasa].
5.5.4 Data Skenario Kebakaran Rancangan. Setiap skenario kebakaran rancangan
yang digunakan dalam usulan rancangan berbasis kinerja harus diterjemahkan ke dalam
spesifikasi data masukan, yang sesuai untuk metode perhitungan atau model.

Wahyu Sujatmiko
CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA

Spesifikasi Rancangan dan Kondisi Lain (5.4) PENGERTIAN

5.4.5 Karakteristik Penghuni.


5.4.5.1 Umum
5.4.5.2 Karakteristik Respon
5.4.5.3 Lokasi
5.4.5.4 Jumlah Penghuni
5.4.5.5 Perbantuan Staf
5.4.6. Personil Tanggap Darurat.
5.4.7 Kondisi Pasca-Konstruksi.
5.4.8 Kondisi Off-Site.
5.4.9 Konsistensi Asumsi.
5.4.10 Ketentuan Khusus.

Wahyu Sujatmiko
CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA
Evaluasi Rancangan
Usulan (5.6) PENGERTIAN

5.6.1 Umum. Kinerja rancangan usulan harus dikaji relatif terhadap setiap tujuan
kinerja Seksi 4.2 dan setiap skenario yang dapat diterapka dalam butir 5.53,
dengan pengkajian dilaksanakan melalui pengunaan metode perhitungan yang
sesuai. Instansi berwenang harus menyetujui pilihan metode pengkajian.
5.6.2 Penggunaan. Rancangan profesional harus menggunakan metode
pengkajian untuk memperlihatkan bahwa usulan rancangan akan mencapai
sasaran dan tujuan, sebagaimana diukur dengan kriteria kinerja sesuai dengan
margin keselamatan analisis ketidakpastian, untuk setiap skenario, asumsi yang
diberikan.
5.6.3 Data Masukan
5.6.3.1 Data
5.6.3.2 Persyaratan Data
5.6.3.3 Ketidakpastian dan konservatism data
5.6.4 Data Keluaran. Metoda pengkajian yang dipergunakan harus secara akurat
dan sesuai menghasilkan data keluaran yang dipersyaratkan dari data masukan
berdasarkan spesifikasi rancangan, asumsi, dan skenario.
5.6.5 Validitas. Bukti harus diberikan untuk mengkonfirm bahwa metode
pengkajian valid dan sesuai untuk bangunan, penggunaan, dan kondisi yang
diusulkan.
Wahyu Sujatmiko
CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA
Persyaratan
Dokumentasi (5.8) PENGERTIAN

5.8.1 Umum.
5.8.2 Referensi dan Sumber Teknis.
5.8.3 Spesifikasi Rancangan Bangunan.
5.8.4 Kriteria Kinerja.
5.8.5 Karakteristik Penghuni.
5.8.6 Skenario Kebakaran Rancangan.
5.8.7 Data Masukan.
5.8.8 Data Keluaran.
5.8.9 Faktor Keselamatan.
5.8.10 Persyaratan Preskriptif.
5.8.11 Kelengkapan Pemodelan.
5.8.12 Bukti Kapabilitas Pembuat Model.
5.8.13 Evaluasi Kinerja.
5.8.14 Penggunaan Pilihan Rancangan Berbasis Kinerja.

Wahyu Sujatmiko
CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA

NFPA 204
Standard for
Smoke and Heat
Venting
edisi 2002
Telah
diupayakan
jadi SNI
Pembuangan
Asap dan
Panas Akibat
Kebakaran

Wahyu Sujatmiko
CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA

NFPA 204 mengatur :


 Dasar-dasar rancangan
 Ketentuan mengenai ven, saluran masuk udara,
penghalang asap, kebakaran rancangan, sistem
pembuangan asap mekanik, pembuangan asap
pada bangunan berspringkler
 Perhitungan ukuran ven
 Pemeriksaan dan pemeliharaan
 Dokumentasi Rancangan

Wahyu Sujatmiko
NFPA 204 CONTOH PERATURAN BERBASIS KINERJA
Standard for
Smoke and Heat
Venting
edisi 2000

Wahyu Sujatmiko
2
STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUKO

Wahyu Sujatmiko
2
STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUKO

Wahyu Sujatmiko
SEMUA BERAWAL DARI SEBUAH RUANGAN

Contoh
Contohruko
ruko

Wahyu Sujatmiko
SEMUA BERAWAL DARI SEBUAH RUANGAN

Ditentukan dari Beban Api dan Penghunian Sifat Alami Bahan Bakar (Laju
Ditentukan dari Beban Api dan Penghunian Sifat Alami Bahan Bakar (Laju
pembakaran dan Titik Nyala)
Semakin pembakaran dan Titik
rendah laju pembakaran Nyala)
dan titik nyala makin
Semakin rendah laju semakin
tinggi pembakaran
amandan titik nyala makin
tinggi semakin aman

Bahan
Bahan
Bakar Jumlah Bahan Bakar
Bakar Jumlah
Semakin Bahan
sedikit semakinBakar
aman
Semakin sedikit semakin aman
Temp.
Temp. Laju Pemb.
Maks yg Laju Pemb.
KE- Maks yg Bhn Bakar Susunan Bahan Bakar
KE- dicapai Bhn Bakar Semakin sedikitSusunan Bahan
terpapar udara Bakar
semakin aman (bentuk
GA- dicapai Semakin
balok lebih sedikit terpapar
tidak mudah udara dibanding
terbakar semakin aman
wood (bentuk
crib)
GA- balok lebih tidak mudah terbakar dibanding wood crib)
NAS-
NAS- Suplai
AN
AN
Suplai
Udara
Udara
API
API Ukuran dan Bentuk Ruangan
Waktu Ukuran dan Bentuk Ruangan
Waktu Durasi Ukuran seminimum mungkin dan semakin rendah
Maks pada Durasi Ukuran baik.
semakin seminimum
Bentukmungkin
memanjangdan(koridor)
semakinlebih
rendah
Maks pada Bhn Bkr semakin baik.dibanding
Bentuk memanjang (koridor) lebih
Temp. Bhn Bkr
aman bujursangkar
Temp. Terbakar
aman dibanding bujursangkar
Tinggi Terbakar
Tinggi
Luas dan Bentuk Jendela
Kehilangan Luas dan Bentuk Jendela
Usahakan luas maksimum, tinggi minimum (AH)
Kehilangan
kalor Usahakan luas maksimum, tinggi minimum (AH)
kalor

Insulasi Termal Dinding & Langit-langit


Insulasi
SemakinTermal Dinding
rendah semakin & (k
aman Langit-langit
c tinggi)
Ditentukan dari Desain Semakin rendah semakin aman (kc tinggi)
Ditentukan dari Desain

Wahyu Sujatmiko
KOMPONEN KESELAMATAN KEBAKARAN

Wahyu Sujatmiko
IDENTIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN RUKO

1. 2. 3. 4. Bengkel 5.
Toko sepeda (penuh Toko makanan keringan, Toko Penjual Telur, Minyak Kedai
sepeda dan ban minuman, es krim, dan Tanah, dan Gas Soto
sepeda) beras
(a).
= rolling door Tampak Depan
(tempat akses keluar masuk pembeli - Bangunan
dan juga penghuni pada sisi depan bangunan)

Halaman Belakang Ja-


lan
Ha- 2 2 2 2 Sam
la- ping
man 1 1 1 1
Sam-
Tempat Tempat
ping Tempat Penjualan Makanan Tempat Penjualan Telur, Tempat
Penjualan Kedai
Sepeda Ringan dan Beras Minyak Tanah, dan Gas Bengkel Soto

Halaman Depan

Ket :
Jalan Raya 1 = kamar tidur dan dapur
(b). 2 = kamar mandi / WC
Denah Bangunan = rolling door
= pintu belakang

Wahyu Sujatmiko
IDENTIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN RUKO

Kasus A.
Asal api Lt. I. Di duga konsliting listrik. Tidak ada korban Kasus B.
jiwa, penghuni sempat terbangun akibat mencium asap Asal api Lt. I dan II. Di duga
yang sudah terlihat asap telah menebal di kamar tidur konsliting listrik. Terdapat 4
lantai II, dan ketika berupaya menyelamatkan diri, sang korban jiwa, tidak sempat lari dari
suami terkena jilatan api. lantai III dan IV dan bantuan
Kebakaran mulai 01.15, evakuasi sulit dilakukan akibat
Lt. V Tempat
api padam 04.30. kuatnya teralis. Kebakaran
karaoke
berlangsung pukul 13.00 dan
padam 15.00.

Lt. IV Tempat cuci / Lt. IVI Tempat


dapur karaoke
Kasus C.
Asal api Lt. II. Terdapat 45 korban jiwa,
tidak sempat lari dari lantai III, IV dan
Lt. III Tempat cuci / Lt. III Tempat Lt. III Tempat V akibat sarana penyelamatan yang
hanya satu tertutup api dan bantuan
dapur tinggal karaoke
evakuasi sulit dilakukan karena kondisi
bangunan yang tertutup rapat dinding.
Kebakaran berlangsung pukul 15.00
dari Lt. II, dengan cepat merambat ke
Lt. II Tempat tinggal / Lt. II Tempat jualan Lt. II Ruko Lt. III. Dinas Kebakaran hingga 16.30
hanya bisa melokalisir api akibat
kamar tidur makanan ringan terhalang papan nama. Pukul 21.00 Lt
II dan III mulai bisa di padamkan. Esok
harinya, 15.00 tim evakuasi mulai
masuk Lt. IV tapi api di dalam masih
menyala. Untuk pemadaman harus
Lt. I Tempat usaha Lt. I Tempat jualan Lt. I Ruko membobol dinding.
percetakan makanan ringan

(a). (b). (c).


Ruko Astanaanyar Ruko Harmoni Ruko Heppi
Bandung Mas Jakarta Karaoke
Palembang

Wahyu Sujatmiko
IDENTIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN RUKO

Pemberitahuan segera ke

Pohon
PohonKejadian
Kejadian
Dinas Kebakaran dan waktu
tanggap Dinas Kebakaran
maksimum 15 menit
Tidak Konsekuensi
sangat besar

Dikendalikan oleh Tidak


springkler Ya Konsekuensi
besar
Dipadamkan oleh
penghuni
Kebakaran Tidak Ya Konsekuensi
pada ruko sedang

Ya
Konsekuensi
kecil

Penghuni gagal menyelamatkan diri

OR

Penghuni tidak sempat menyelamatkan diri Penghuni tidak bisa menyelamatkan diri

OR OR

Tidur dan Tidur dan Terhalang Tak mampu


tak lambat
terbangun terbangun
Terjaga AND AND
dan
AND AND sehat
Eksit tak Tak ada
mencukupi Terjaga peno-
Tdk ada dan andal namun long
peringatan Terbangun cacat
kebakaran Tidur oleh bau asap fisik
dan panas api

OR

Pohon
PohonKegagalan
Alarm tdk

Kegagalan
Alarm ada tapi ada
tdk berfungsi

Wahyu Sujatmiko
IDENTIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN RUKO

Peristiwa Perkembangan Respons Respons Proteksi


Kebakaran Bahaya Bangunan Penghuni Kebakaran
Jalancagak a. Berawal dari salah a. Adanya atap a. Penghuni tidur, a. Tidak ada sistem
satu kios, terus gandeng membuat tidak ada alarm springkler maupun
menyebar lewat langit- langit-langit menyatu membuat hampir APAR. Meski APAR
langit yang menyatu. dan terlambat untuk kalau pun ada
b. Kandungan bahan- kompartemenisasi melakukan barangkali tidak
bahan kombustibel yang horisontal tidak ada. penyelamatan jiwa. membantu karena api
ada membuat Ruang langit-langit Sudah tidak ada diketahui sudah
kebakaran berlangsung sebagai jalan waktu untuk besar.
sangat cepat. penyebaran api menyelamatkan harta b. Ketiadaan air tidak
c. Lama kebakaran dan horisontal. benda. memungkinkan upaya
pendinginan 4 jam. b. Adanya akses bantuan pemadaman
Sampai 30 menit setelah keluar lewat pintu sebelum Unit
kejadian api sudah pada belakang sangat Pemadam datang.
tahap pembakaran membantu
penuh dan semua atap penyelamatan
telah runtuh. penghuni.
Astanaanyar a. Berawal dari Lt. I, a. Tidak adanya a. Penghuni tidur, a. Tidak ada sistem
terjadi penyebaran kompartemenisasi tidak ada alarm springkler maupun
vertikal ke Lt. II dan III. vertikal membuat membuat salah APAR. Meski APAR
b. Ditunjang kandungan penyebaran cepat. seorang cidera kalau pun ada
bahan kombustibel Saf tangga yang tak terkena api dan barangkali tidak
c. Lama kebakaran 3 terlindung menjadi hampir terlambat membantu karena api
jam 15 menit. jalan penyebaran api untuk melakukan diketahui sudah
dan asap secara penyelamatan jiwa. besar.
vertikal. Sudah tidak ada b. Bantuan
b. Tidak ada 2 eksit waktu untuk pemadaman awal
membuat menyelamatkan harta oleh warga sangat
penyelamatan sulit benda. membantu lokalisasi
kebakaran.

Tabel
TabelKinerja
KinerjaElemen
Elemen
Wahyu Sujatmiko
IDENTIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN RUKO

Peristiwa Perkembangan Respons Respons Proteksi


Kebakaran Bahaya Bangunan Penghuni Kebakaran
Harmoni Mas a. Berawal dari Lt. I atau a. Tidak adanya a. Penghuni tidak a. Tidak ada sistem
II, terjadi penyebaran kompartemenisasi tidur, namun springkler.
vertikal ke Lt. III dan IV. vertikal membuat terlambat menyadari b. Bantuan
b. Ditunjang kandungan penyebaran cepat. kalau ada kebakaran pemadaman dengan
bahan kombustibel. Saf tangga sebagai akibat tidak ada alarm APAR oleh petugas
c. Lama kebakaran 2 jalan penyebaran api sehingga tidak bisa Satpam tidak bisa
jam. vertikal. menyelamatkan diri. karena api diketahui
b. Tidak ada 2 eksit sudah besar.
plus adanya teralis
membuat
penyelamatan sulit

Heppi a. Berawal dari Lt. II, a. Tidak adanya a. Penghuni tidak a. Tidak ada sistem
Karaoke terjadi penyebaran kompartemenisasi tidur, namun springkler maupun
vertikal ke Lt. III, IV, dan vertikal membuat terlambat menyadari APAR. Meski APAR
V. penyebaran cepat. kalau ada kebakaran kalau pun ada
b. Ditunjang kandungan Saf tangga sebagai akibat tidak ada alarm barangkali tidak
bahan kombustibel jalan penyebaran api sehingga tidak bisa membantu karena api
c. Lama kebakaran dan vertikal. menyelamatkan diri. diketahui sudah
pendinginan mencapai b. Tidak ada 2 eksit besar.
24 jam karena kesulitan plus dinding yang b. Pemadaman dari
operasi. tertutup dan terhalang luar terhalang oleh
papan nama papan nama.
membuat
penyelamatan sulit

Tabel
TabelKinerja
KinerjaElemen
Elemen
Wahyu Sujatmiko
SIMULASI KEBAKARAN

Kurva
KurvaApi
ApiRancangan
Rancangan

50000
50000

45000
45000
40000
Besar Laju Pelepasan Kalor (kW)
40000
Besar Laju Pelepasan Kalor (kW)

35000
35000
30000 SLOW + konstan
30000 SLOW + konstan
MEDIUM + konstan
25000 MEDIUM + konstan
FAST + konstan
25000 FAST + konstan
ULTRAFAST + konstan
20000 ULTRAFAST + konstan
20000

15000
15000
10000
10000

5000
5000
0
0
100

500

600
50

150

200

250

300

350

400

450

550

650

700

750

800

850

900

1000

9000
0

150

700

1000

9000
0

50

100

200

250

300

350

400

450

500

550

600

650

750

800

850

900
Waktu (detik)
Waktu (detik)

Kebakaran
KebakaranRancangan
Rancangan
Wahyu Sujatmiko
SIMULASI KEBAKARAN

Tipe Luasan Bukaan normal A = 2 m2 Bukaan celah kecil A = 0,0002 m2


Ruang Asal
Api MEDIUM + Api ULTRA FAST + Api MEDIUM + Api ULTRA FAST +
Kebakaran Api SLOW + konstan Api FAST + konstan Api SLOW + konstan Api FAST + konstan
konstan konstan konstan konstan
Jalancagak Oksigen normal, tak Oksigen normal, Oksigen normal, Oksigen normal, Detik 215 mulai Detik 145 mulai Detik 95 mulai Detik 65 mulai
(24 m2) terjadi flashover, flashover detik 343 flashover detik 183 flashover detik 104 kurang oksigen, detik kurang oksigen, detik kurang oksigen, detik kurang oksigen, detik
detik 605 hingga 5930 hingga 9000 6805 hingga 9000 7235 hingga 9000 5510 hingga 9000
9000 temp = 399 oC temp = 109oC temp = 133oC temp = 164oC temp = 203oC

P. Indah B. E Oksigen normal, tak Oksigen normal, Detik 205 oksigen Detik 110 oksigen Detik 335 mulai Detik 220 mulai Detik 145 mulai Detik 95 mulai
(71 m2) terjadi flashover, flashover detik 388 mulai kurang, mulai kurang, kurang oksigen, detik kurang oksigen, detik kurang oksigen, detik kurang oksigen, detik
detik 885 hingga flashover detik 231 flashover detik 159 6065 hingga 9000 6140 hingga 9000 5145 hingga 9000 4930 hingga 9000
9000 temp = 399 oC temp = 149oC temp = 184oC temp = 229oC temp = 286oC

Astanaanyar Oksigen normal, tak Oksigen normal, Detik 205 oksigen Detik 120 mulai Detik 280 mulai Detik 255 mulai Detik 165 mulai Detik 105 mulai
(100 m2) terjadi flashover, flashover detik 417 mulai kurang, kurang oksigen, kurang oksigen, detik kurang oksigen, detik kurang oksigen, detik kurang oksigen, detik
detik 1085 hingga flashover detik 268 flashover detik 188 5585 hingga 9000 8315 hingga 9000 4740 hingga 9000 5180 hingga 9000
9000 temp = 399 oC temp = 165oC temp = 205oC temp = 255oC temp = 319oC

P. Indah B. A Oksigen normal, tak Detik 429 oksigen Detik 205 oksigen Detik 120 mulai Detik 400 mulai Detik 265 mulai Detik 170 mulai Detik 110 mulai
(112,35 m2) terjadi flashover, mulai kurang dan mulai kurang, kurang oksigen, kurang oksigen, detik kurang oksigen, detik kurang oksigen, detik kurang oksigen, detik
detik 1170 hingga detik 429 pula flashover detik 284 flashover detik 199 5870 hingga 9000 5665 hingga 9000 5995 hingga 9000 5185 hingga 9000
9000 temp = 399 oC flashover terjadi temp = 171oC temp = 212oC temp = 265oC temp = 331oC

Perban-
Perban- Flashover akan terjadi pada ruko untuk luasan
dingan
dingan
Hasil antara 24 m2 hingga 112,35 m2 antara 183 detik
Hasil
Simulasi
Simulasi
(3,05 menit) hingga 284 detik (4,7 menit)
setelah penyalaan
Wahyu Sujatmiko
Data
Data Percobaan Skala
Percobaan Skala
Penuh Penunjang
Penuh Penunjang
SIMULASI KEBAKARAN

Wahyu Sujatmiko
SIMULASI WAKTU EVAKUASI

Keselamatan Jiwa = RSET < ASET

RSET = td + ta + to + ti + te

Wahyu Sujatmiko
SIMULASI WAKTU EVAKUASI

Keselamatan Jiwa = RSET < ASET

RSET = td + ta + to + ti + te

td = waktu dari penyulutan hingga pendeteksian


ta = waktu dari pendeteksian hingga pemberitahuan bahaya
to = waktu dari pemberitahuan sampai keputusan aksi
ti = waktu dari keputusan aksi sampai memulai evakuasi
te = waktu dari mulai evakuasi hingga selesai
ASET = waktu aman yang tersedia untuk menyelamatkan diri

RSET = waktu aman yang dibutuhkan untuk menyelamatkan diri

RSET = waktu sebelum flashover, sebelum kandungan bahaya gas


beracun, dst.
Wahyu Sujatmiko
SIMULASI WAKTU EVAKUASI

Perhitungan Evakuasi Model Aliran Hidrolik


Asumsi-asumsi :
waktu start sama, tak ada interupsi individu, penggunaan fasilitas eksit
secara seimbang, dan secara fisik mampu menyelamatkan diri.
Langkah-langkah :
PENDEKATAN ORDE PERTAMA :
1. Estimasi kapabilitas aliran tangga eksit, 2. Estimasi kapasitas aliran
melalui pintu, 3. Estimasi laju pergerakan untuk perkiraan aliran tangga
eksit, 4. Estimasi waktu evakuasi bangunan.
ANALISIS LEBIH RINCI :
1. Estimasi kerapatan aliran, laju, aliran spesifik, lebar efektif, aliran
terhitung awal tipikal tiap lantai, 2. Estimasi pengaruh pintu masuk
tangga eksit pada aliran eksit, 3. Estimasi pengaruh tangga eksit pada
aliran eksit, 4. Estimasi pengaruh pertemuan aliran tangga eksit dan
aliran masuk tangga eksit pada aliran eksit, dan 5. Runut aliran
penyelamatan. Wahyu Sujatmiko
SIMULASI WAKTU EVAKUASI

Halaman belakang

I
Dapur II Tempat tidur

Ruang Toko 1 11
Halaman Depan (b) Model alur
(a) Sketsa denah lantai evakuasi
Program WayOut
Twig Door Slope Length Width Number of Number of Start Time, minutes:
width (Level, merging evacuees time Last evacuee Maximum
m Up,Down) m m streams s left at... egress time

1 1.00 Level 1.00 1.00 1 1 0' 6"


11 1.00 Level 4.00 1.00 0 4 0 0' 4" 0' 6"

(c) Hasil simulasi

Denah lantai, model, dan hasil simulasi


Wahyu Sujatmiko
SIMULASI WAKTU EVAKUASI
Lama Waktu Evakuasi (te)
Kasus Flashover
Penghuni 4 Penghuni 8 Penghuni 100
ruangan toko
orang orang orang
yang terbakar
Berlantai sama, 6 detik detik 183 atau
evakuasi ke luar (kasus menit 3,05
bangunan Jalancagak) (kasus
Jalancagak)
Hunian di atas
lantai terbakar,
evakuasi ke 26 detik detik 268 atau
43 detik 2,8 menit
lantai 1 (belum (kasus menit 4,47
(kasus Heppi
diperhitungkan Astanaanyar dan (kasus
Palembang)
kalau kemudian Harmoni) Astanaanyar)
ke luar
bangunan)

4 lt di atas lt terbakar, per lantai 50 orang


dengan 1 tangga, te = 4,5 menit
4 lt di atas lt terbakar, total 10 orang, dengan 1
tangga, te = 0,21 menit
Wahyu Sujatmiko
USULAN PROTEKSI

Flashover ruangan bangunan ruko dapat terjadi dalam waktu kurang


dari lima menit setelah penyulutan dengan penyalaan.

Sistem deteksi dan alarm (dengan detektor asap yang dapat teraktivasi
satu menit setelah penyulutan dengan penyalaan) merupakan sistem
yang dasar yang penting untuk disediakan.

Perlu disediakan sarana penyelamatan jiwa yang mencukupi dan andal.

Semakin tinggi lantai ruko dan semakin padat tingkat hunian perlantai
(meskipun hanya satu lantai), menjadikan waktu yang dibutuhkan untuk
evakuasi menjadi bertambah dan dapat melebihi batas waktu flashover
bangunan. Dalam kasus ini penyediaan sistem proteksi selain APAR
berupa sistem springkler otomatik sangat diperlukan agar flashover
dapat dihindari

Wahyu Sujatmiko
Thank You
Wahyu Sujatmiko
USULAN PROTEKSI

Wahyu Sujatmiko
USULAN PROTEKSI

Wahyu Sujatmiko
USULAN PROTEKSI

Wahyu Sujatmiko

Anda mungkin juga menyukai