Anda di halaman 1dari 15

STUDI KASUS

EPIDEMIOLOGI COVID-19
By: Kelompok 2 Angkatan I
Anggota
• Drg. Mhd. Ikhwan Zulmi Dalimunte
• Drg. Cut Dara Indriani
• Nurul Fatuniyah, A.Md.Gz

• Rova Mauliana Dewi, A.Md.Gz


• Jumarlini, A.Md.AK
• Indah Mulia, Amd.KL
• Apt. Said Muhtadar, S. Farm
• Irnaida, A.Md.Keb
• Sri Mahazir, SKM
• Ismail, A.Md. AK
• Sri Marnita, A.Md.AK
• Salamuddin, AMKL
• Khairil Novrianto Zam, S.ST
• Muhammad Agus, Amd. Kep
• Nindi Pratiwi, S.Tr. Kes
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Tujuan umum kegiatan surveilans antara lain:
• Memantau tren penularan COVID-19 pada tingkat nasional dan global.
• Melakukan deteksi cepat pada wilayah tanpa transmisi virus dan monitoring kasus pada wilayah
dengan transmisi virus termasuk pada populasi rentan.
• Memberikan informasi epidemiologi untuk melakukan penilaian risiko tingkat nasional, regional,
dan global.
• Memberikan informasi epidemiologi sebagai acuan kesiapsiasiagaan dan respon penanggulangan.
• Melakukan evaluasi terhadap dampak pandemi pada sistem pelayanan kesehatan dan sosial.
• Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR.

Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:


Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
Alur Pelaporan ke Puskesmas, petugas surveilans puskesmas menjadi koordinator
pelaporan
• Relawan, setiap hari mencatat, sehingga memiliki data-data seperti warga pendatang/
pemudik, penduduk rentan, penduduk sakit/pendatang sakit, penduduk dalam
karantina/isolasi dan petugas/relawan yang melayani karantina/isolasi) dan melaporkan
setiap hari ke Posko Satgas RT/RW/Desa, termasuk ketika tidak terjadi perubahan
• Posko Desa melaporkan setiap hari ke Puskesmas termasuk ketika tidak terjadi perubahan
• Berkoordinasi dengan Puskesmas untuk berkonsultasi terkait tindak lanjut, dan analisis
data.
Kasus
• Tanggal 20 Maret 2020 Puskesmas Tapaktuan, Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh
Selatan, Provinsi Aceh kedatangan pasien an Bpk. Taufik/32 th/Laki-laki. Alamat: Jl. T.Ben
Mahmud, Kelurahan Air Berudang, Kecamatan Tapaktuan, Kab. Aceh Selatan Lahir: 3 Maret
1988. Pekerjaan: Swasta dengan keluhan utama penciuman berkurang. Pasien tidak bisa
merasakan makanan sejak hari ini. Pasien mengeluh demam sejak empat hari yang lalu yang
sedikit berkurang dengan minum obat warung. Pasien juga mengeluh nafas terasa berat, nyeri
tenggorok, batuk kering Sebelumnya Bp Taufik sempat kontak dengan teman kerja yang
positif Covid 1 minggu yang lalu.
• 2. Dari pemeriksaan fisik T: 120/80, N: 100 x/m, RR 30x/menit dan sempat dilakukan
pengukuran Saturasi Oksigen 93 %, suhu 38 C. Pasien dicurigai sebagai kasus suspek
Covid19, kemudian dirujuk ke RS Yuliddin Away Tapaktuan di Kabupaten Aceh Selatan.
Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Penerapan kewaspadaan berdasarkan transmisi antara lain:


• a)  Melakukan triase dengan melakukan penyaringan dipintu masuk ruang penerimaan pasien baru.
• b)  Pemisahan antara pasien dengan gangguan sistem pernapasan dan tidak dengan gangguan sistem pernapasan
• c)  Memberi penanda khusus untuk mengatur jarak minimal 1 meter di lokasi-lokasi antrian pasien/pengunjung.
• d)  Membuat penghalang fisik (barrier) antara petugas dan pengunjung. Pembatas terbuat dari kaca atau mika
dan dapat dipasang pada: loket pendaftaran, apotek, penerimaan spesimen, kasir, dan lain-lain.
• e)  Mengatur penempatan posisi meja konsultasi, tempat tidur periksa dan kursi pasien dengan tenaga
kesehatan, dan lain - lain yang mencegah aliran udara dari pasien ke pemeriksa/petugas.
• f)  Menempatkan kasus suspek atau terkonfirmasi positif di ruang Isolasi
• (1)  Pasien COVID-19 dengan menggunakan ruangan tersendiri jika
memungkinkan atau melakukan kohorting dengan memberi jarak tempat tidur
minimal 1 meter - 1.8 meter dengan ventilasi yang baik. Apabila menggunakan
ventilasi natural, ventilasi yang adekuat sebesar 60L/s per pasien.
• (2)  Ruangan tidak harus tekanan negatif kecuali pasien dengan penyakit
penyerta yang lain/ komorbid dan kondisi menurun dengan pemasangan alat
dan tindakan yang berisiko menghasilkan aerosol dan menimbulkan airborne,
maka wajib ditempatkan di ruang isolasi dengan tekanan negatif.
RUJUKAN PASIEN COVID-19 KE
RUMAH SAKIT RUJUKAN

• Petugas melakukan konfirmasi kesediaan tempat tidur RS Rujukan bagi Pasien


COVID-19 melalui Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE)
• Jika tersedia tempat tidur, petugas memastikan kesediaan ambulans AGD
• Jika ambulans AGD tidak tersedia, petugas menyiapkan ambulans fasilitas
kesehatan setempat
• Petugas yang akan melakukan rujukan harus secara rutin menerapkan
kebersihan tangan, mengenakan masker dan sarung tangan medis ketika
memindahkan pasien ke ambulan
• Pengemudi ambulans harus terpisah dari pasien (jaga jarak minimal satu
meter). Tidak diperlukan alat pelindung diri (APD) jika jarak dapat
dipertahankan. Bila pengemudi juga harus membantu memindahkan pasien
ke ambulans, maka pengemudi harus menggunakan APD.
• Petugas menyiapkan dokumen yang diperlukan (Formulir PE, hasil
pemeriksaan rontgen thoraks, formulir rujukan termasuk resume hasil
pemeriksaan dan data pemeriksaan penunjang lainnya)
• Petugas mengantarkan pasien COVID-19 ke Rumah Sakit Rujukan
• Petugas melakukan serah terima pasien kepada petugas Rumah Sakit Rujukan.
• Ambulans dibersihkan dan didesinfeksi dengan perhatian khusus pada area yang
bersentuhan dengan pasien.
• Pembersihan menggunakan desinfektan yang mengandung 0,5% natrium hipoklorit
(yaitu setara dengan 5000 ppm) dengan perbandingan 1 bagian desinfektan untuk 9
bagian air
• APD harus diganti setiap menangani pasien yang berbeda dan dibuang dengan benar
dalam wadah dengan penutup sesuai dengan peraturan nasional tentang limbah infeksius
Ambulans
• Bagi pengemudi ambulans :
• Pengemudi ambulans dalam kabin terpisah (minimal jarak 1 meter). Tidak perlu
APD jika jarak bisa dipertahankan
• Jika pengemudi membantu memindahkan pasien ke ambulans, maka harus
menggunakan APD lengkap
• Jika pengemudi ambulans bukan dalam kabin terpisah, tapi tidak ikut
memindahkan pasien (tidak ada kontak) maka cukup menggunakan masker
bedah.
Maka, supir ambulans cukup memakai masker bedah, sedangkan
perawat yang membawa menggunakan APD lengkap
Dekontaminasi ambulans
• Ambulans harus dibersihkan dan didisinfeksikan dengan bahan hipoklorin yang berlabel “EPA-
APPROVED” pada seluruh permukaan yang kontak dengan pasien. Cara pembuatan dengan
melarutkan 100 cc hipoklorin ke dalam 900cc air.
• Jika ambulans melakukan transfer dengan pasien yang diperlukan tindakan medis yang
menyebabkan aerosol menyebar (nebulisasi, bagging, intubasi, ventilator mekanis), maka
dilakukan disinfeksi dengan Dry Mist dengan bahan H202.
• Untuk linen seperti sprei, selimut yang tidak sekali pakai, dilakukan pencucian dengan detergen
ditambah air dengan suhu 600 C – 900 C dan di jemur kering.
• Petugas yang membersihkan menggunakan APD (masker bedah, baju cover, sarung tangan,
google dan sepatu boot).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai