Langkah pertama adalah menganalisis apakah terdapat selisih antara biaya perolehan dengan
proporsi nilai ekuitas dan nilai wajar asset neto. Caranya adalah dg membuat perhitungan sbb:
Keterangan Jumlah
Biaya perolehan 430.000.000
Nilai Tercatat Ekuitas (40% x 1.000.000.000) 400.000.000
Selisih (Differensial) 30.000.000
10 Januari 2015
Pada saat investee mengumumkan dividen, Investor B mengurangi nilai tercatat investasi
sebesar 40% x Rp 40.000.000 dengan jurnal :
1 April 2015
Pengakuan laba bersih oleh investee mengakibatkan nilai ekuitasnya meningkat sehingga
investor juga meningkatkan nilai tercatat investasinya sebesar Rp 40.000.000 (40% x Rp
100.000.000), dengan jurnal:
31 Desember 2015
Amortisasi negatif berarti dilakukan dengan menurunkan nilai tercatat investasi, dan
sebaliknya.
31 Desember 2015
Amortisasi atas alokasi ke mesin dilakukan selama 4 tahun yaitu Rp 4.000.000 per tahun.
Alokasi atas mesin bernilai negative, sehingga amortisasinya bernilai positif. Berikut jurnal
terkait amortisasi atas alokasi pada mesin:
31 Desember 2015
Utang Bank
Amortisasi atas alokasi ke Utang Bank dilakukan selama 4 tahun yaitu Rp 3.000.000 per tahun.
Alokasi atas utang bank bernilai negative, sehingga amortisasinya bernilai positif. Berikut jurnal
terkait amortisasi atas alokasi pada utang bank:
31 Desember 2015
Nilai tercatat investasi pada akhir tahun 2015 menjadi Rp 459.000.000 yaitu:
Nilai tercatat investasi tersebut akan menjadi nilai tercatat awal tahun 2016.
Saldo Bagian Laba atas Entitas Asosiasi yang diakui tahun 2015 adalah Rp 45.000.000 yaitu:
Pendapatan tsb diakui di Laporan Laba Rugi dan tidak diakumulasi pd tahun-tahun berikutnya.
Untuk tahun-tahun berikutnya, penyesuaian yang sama tetap dilakukan atas alokasi ke mesin
dan utang bank sampai habis masa manfaat atau jangka waktunya. Sedangkan alokasi ke tanah
akan diakui oleh investor B jika tanah tersebut dijual investee ke pihak lain.
Alokasi Nilai Tercatat Investasi pada Entitas Asosiasi
Goodwill
16.000.000
Persediaan Goodwill Goodwill
2.000.000 16.000.000 16.000.000
Tanah 430 Tanah 459 Tanah 490
40.000.000 by pero- 40.000.000 40.000.000
Proporsi atas lehan Proporsi atas Proporsi atas
Ekuitas Investee Ekuitas Investee Ekuitas Investee
400.000.000 400-16+40=424 424-16+40=448
0
Mesin Mesin Mesin
(16.000.000) (12.000.000) (8.000.000)
Utang Bank Utang Bank Utang Bank
(12.000.000) (9.000.000) (6.000.000)
_
Penghentian Pengakuan
Investor menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal investasinya
berhenti menjadi investasi pada entitas asosiasi (hilangnya pengaruh signifikan),
yaitu ketika:
1. Investasinya menjadi investasi pada anak perusahaan, maka investor mencatat
investasinya sesuai dengan PSAK 22 dan PSAK 65 (Kepemilikan > 50%)
2. Menjual sebagian investasinya dan sisa kepentingan dalam entitas asosiasi
merupakan aset keuangan, maka investor mengukur sisa kepentingan tersebut
pada nilai wajar sesuai PSAK 55. (kepemilikan < 20%)
Investor mengakui dalam laba rugi selisih apapun antara:
a. Nilai wajar sisa kepentingan apapun dan hasil apapun dari pelepasan
sebagian kepentingan pada entitas asosiasi atau ventura bersama; dan
b. Jumlah tercatat investasi pada tanggal penggunaan metode ekuitas
dihentikan.
Ketika investor menghentikan penggunaan metode ekuitas, maka seluruh jumlah
yang sebelumnya telah diakui oleh investor dalam penghasilan komprehensif lain
(OCI) direklasifikasi dari ekuitas ke laporan laba rugi.
Contoh Penghentian Pengakuan
Pada tanggal 1 Juli 2015, investor C memiliki saldo akhir investasi pada entitas asosiasi sebesar
Rp 600.000.000 dan pada tanggal tersebut investor C menjual sepertiganya seharga Rp
220.000.000. Akibat penjualan tersebut, investor C kehilangan pengaruh signifikan terhadap
entitas asosiasi. Sisa investasi memiliki nilai wajar Rp 440.000.000
Atas penjualan tersebut, investor C mengakui keuntungan di Laporan Laba Rugi sebesar:
Keuntungan Rp 60.000.000 terdiri dari keuntungan atas bagian yang dijual Rp 20.000.000
(220.000.000 – 200.000.000) dan keuntungan atas penyesuaian nilai wajar sisa investasi Rp
40.000.000 (440.000.000 – 400.000.000)
Penyajian dan Pengungkapan
Pada metode ekuitas, investasi disajikan pada nilai tercatatnya. Sedangkan Bagian
Laba atas Entitas Asosiasi disajikan di Laporan Laba Rugi dalam pos tersendiri.
Berikut adalah contoh penyajian dan pengungkapan atas investasi dengan metode
biaya dan nilai wajar. (slide berikut)
Pengungkapan yang disyaratkan PSAK 67 Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas
Lain terkait investasi pada entitas asosiasi adalah untuk setiap entitas asosiasi yang
material bagi entitas pelapor:
1. Nama pengaturan bersama atau entitas asosiasi
2. Sifat hubungan entitas dengan pengaturan bersama atau entitas asosiasi
(sebagai contoh, dengan menggambarkan sifat aktivitas pengaturan bersama
atau entitas asosiasi dan apakah mereka strategis terhadap aktivitas entitas)
3. Lokasi utama kegiatan usaha (dan Negara tempat pendirian, jika dapat
diterapkan dan berbeda dari lokasi utama kegiatan usaha) pengaturan bersama
atau entitas asosiasi.
4. Proporsi bagian kepentingan atau penyertaan modal yang dimiliki oleh entitas
dan, jika berbeda, proporsi hak suara yang dimiliki (jika dapat diterapkan).
ISU LAIN SEPUTAR METODE EKUITAS
Nilai Tercatat Investasi Negatif pada Metode Ekuitas
Jika nilai tercatat investasi menjadi nol atau negatif akibat bagian investor
terhadap rugi entitas asosiasi sama dengan atau melebihi kepentingannya pada
entitas asosiasi, maka investor menghentikan pengakuan bagiannya atas rugi lebih
lanjut.
Setelah kepentingan entitas dikurangkan menjadi nol, tambahan kerugian
dicadangkan.
Jika entitas asosiasi pada periode selanjutnya melaporkan laba, maka investor
mulai mengakui bagiannya atas laba tersebut hanya setelah bagiannya atas laba
tersebut sama dengan bagian atas rugi yang belum diakui (dicadangkan).
Contoh Nilai Tercatat Investasi Negatif
Pada awal tahun 2015, investor D memiliki investasi sebesar 40% atas saham beredar entitas asosiasi
dengan nilai tercatat Rp 200.000.000. Selama tahun 2015, investee membagikan dividen pada tanggal 1
April sebesar Rp 100.0000.000, melaporkan rugi bersih sebesar Rp 450.000.000.
Pada saat entitas asosiasi mengumumkan dividen, investor D mengurangi nilai tercatat investasi
sebesar 40% x Rp 100.000.000 dengan jurnal:
1 April 2015
Pengakuan bagian rugi bersih entitas asosiasi mengakibatkan menurunnya nilai tercatat
investasinya sebesar Rp 180.000.000 (40% x Rp 450.000.000). Namun nilai tercatat investasi
terkini adalah Rp 160.000.000 (Rp 200.000.000 – Rp 40.000.000) sehingga investor D hanya bisa
mengurangi nilai tercatat investasinya sebesar Rp 160.000.000 sampai menjadi nol dan sisa Rp
20.000.000 dicadangkan. Jurnal yang dicatat investor D adalah:
31 Desember 2015
Jika terjadi rugi lebih lanjut atas entitas asosiasi pada tahun 2016, investor C tidak mengakui
kerugian tersebut namun masih mencadangkannya. Sebaliknya,
jika pada tahun 2016 entitas asosiasi mengumumkan laba bersih Rp 80.000.000 maka investor
D hanya mengakui kenaikan investasi sebesar Rp 12.000.000 yaitu sebesar bagian laba yang
seharusnya Rp 32.000.000 (40% x Rp 80.000.000) dikurangi cadangan kerugian tahun 2015
(20.000.000)
Transaksi Hulu dan Hilir
Yaitu transaksi yang terjadi antara investor dengan entitas asosiasi. Misalnya jual-
beli aset atau jasa.
Jika investor bertindak sebagai pihak penjual dan entitas asosiasi sebagai
pembeli maka transaksi tersebut disebut transaksi hulu, dan sebaliknya disebut
sebagai transaksi hilir.
Keuntungan dan kerugian yang dihasilkan dari transaksi hilir dan hulu antara
investor dan entitas asosiasinya diakui dalam laporan keuangan investor
tersebut hanya sebesar bagian investor lain dalam entitas asosiasi.
Bagian investor atas keuntungan atau kerugian entitas asosiasi yang dihasilkan
dari transaksi tersebut dieliminasi.
Contoh:
Transaksi Hilir Penjualan aset dari entitas asosiasi kepada investor
Transaksi Hulu Penjualan aset dari investor kepada entitas asosiasinya.
Contoh Transaksi Hulu dan Hilir
PT Investee adalah entitas asosiasi dari investor dengan kepemilikan 40%. Pada tahun 2015, PT Investee
menjual persediaan kepada investor (transaksi hilir) dengan keuntungan Rp 25.000.000.
Sampai dengan akhir tahun 2015, 20% atas persediaan tersebut belum terjual oleh PT Investor kepada
pihak ketiga. Keuntungan Rp 25.000.000 sudah diperhitungkan dalam laba bersih yang dilaporkan PT
Investee.
Keuntungan belum terealisasi adalah Rp 5.000.000, namun karena transaksi hilir di mana PT Investee
hanya dimiliki 40% oleh investor, maka bagian investor atas keuntungan tersebut, yaitu Rp 2.000.000,
harus dieliminasi dengan jurnal:
31 Desember 2015
Jika yang terjadi pada transaksi tersebut adalah transaksi hulu, yaitu penjualan dari investor ke entitas
asosiasi, maka seluruh keuntungan yang belum terealisasi sebesar Rp 5.000.000 adalah bagian (hak)
investor, sehingga seluruh bagian investor tersebut dieliminasi dengan jurnal:
31 Desember 2015