Anda di halaman 1dari 19

PANCASILA MENJADI

SISTEM ETIKA

YULI PUTRI UTARI


NIM (2020184202B0027 )
PENGERTIAN
• Etika merupakan  hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, karena dengan memiliki etika maka kita mampu
menjalankan kehidupan bernegara dengan baik sebagai masyarakat yang
mempunyai  perilaku yang  baik, kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama
maknanya dengan moral.
• Nilai-nilai Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realita
sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun
sebenarnya juga nilai-nilai yang bersifat universal dapat diterima oleh siapa pun
dan kapan pun. Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar
dalam kehidupan manusia.
BAGAIMANA PANCASILA MENJADI SISTEM
ETIKA?
• Pancasila sebagai sistem etika di samping • Anda sebagai mahasiswa berkedudukan
merupakan way of life bangsa Indonesia, juga sebagai makhluk individu dan sosial sehingga
merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk setiap keputusan yang diambil tidak hanya
memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap
terkait dengan diri sendiri, tetapi juga
warga negara Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, berimplikasi dalam kehidupan sosial dan
dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi lingkungan. Pancasila sebagai sistem etika
moralitas dalam diri setiap individu sehingga merupakan moral guidance yang dapat
memiliki kemampuan menampilkan sikap diaktualisasikan ke dalam tindakan konkrit,
spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan.
berbangsa, dan bernegara. Mahasiswa sebagai Oleh karena itu, sila-sila Pancasila perlu
peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah- diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam
akademik yang memerlukan sistem etika yang
putusan tindakan sehingga mampu
orisinal dan komprehensif agar dapat mewarnai
setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi
mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan
ilmiah. Sebab keputusan ilmiah yang diambil tanpa berwawasan moral-akademis. Dengan
pertimbangan moralitas, dapat menjadi bumerang demikian, mahasiswa dapat mengembangkan
bagi dunia ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan karakter yang Pancasilais melalui berbagai
dunia ilmiah itu hampa nilai (value –free) sikap yang positif, seperti jujur, disiplin,
tanggung jawab, mandiri, dan lainnya.
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila
sebagai Sistem Etika
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi
Pancasila sebagai Sistem Etika
• a. Pengertian Etika Pernahkah Anda mendengar istilah • Etika selalu terkait dengan masalah nilai
“etika”? Kalaupun Anda pernah mendengar istilah
tersebut, tahukah Anda apa artinya? Istilah “etika” berasal sehingga perbincangan tentang etika, pada
dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal umumnya membicarakan tentang masalah
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, nilai (baik atau buruk). Apakah yang Anda
watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Secara
etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang
ketahui tentang nilai? Frondizi menerangkan
biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam bahwa nilai merupakan kualitas yang tidak
arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, real karena nilai itu tidak ada untuk dirinya
tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun
masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan
sendiri, nilai membutuhkan pengemban
diwariskan dari satu 187 generasi ke generasi yang lain. untuk berada (2001:7). Misalnya, nilai
Dalam artian ini, etika sama maknanya dengan moral. Etika kejujuran melekat pada sikap dan
dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas tentang
kriteria baik dan buruk (Bertens, 1997: 4--6). Etika pada
kepribadian seseorang. Istilah nilai
umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai mengandung penggunaan yang kompleks
segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam dan bervariasi. Lacey menjelaskan bahwa
perilaku manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan
norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerapkali
paling tidak ada enam pengertian nilai
disebut moralitas atau etika (Sastrapratedja, 2002: 81). dalam penggunaan secara umum, yaitu
sebagai berikut.
• Dengan demikian, nilai sebagaimana pengertian
1. Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang
hidupnya.
butir kelima (5), yaitu sebagai standar
fundamental yang menjadi pegangan bagi
2. Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan,
seseorang dalam bertindak, merupakan kriteria
makna atau pemenuhan karakter untuk kehidupan yang penting untuk mengukur karakter
seseorang. seseorang. Nilai sebagai standar fundamental ini
pula yang diterapkan seseorang dalam
3. Suatu kualitas atau tindakan sebagian membentuk pergaulannya dengan orang lain sehingga
identitas seseorang sebagai pengevaluasian diri, perbuatannya dapat dikategorikan etis atau tidak.
penginterpretasian diri, dan pembentukan diri.

4. Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk


memilih sesuatu yang baik di antara berbagai
kemungkinan tindakan.

5. Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh


seseorang ketika bertingkah laku bagi dirinya dan orang
lain.

6. Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengan


sesuatu yang sekaligus membentuk hidup yang berharga
dengan identitas kepribadian seseorang. Objek nilai
mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek yang
disucikan, budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan alam
itu sendiri. (Lacey, 1999: 23).
b. Aliran-aliran Etika
• Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam
bidang filsafat, meliputi etika keutamaan,
teleologis, deontologis.
• Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah • Etika teleologis adalah teori yang menyatakan
teori yang mempelajari keutamaan (virtue), bahwa hasil dari tindakan moral menentukan
artinya mempelajari tentang perbuatan manusia nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan
itu baik atau buruk. Etika kebajikan ini dilawankan dengan kewajiban. Seseorang yang
mengarahkan perhatiannya kepada keberadaan mungkin berniat sangat baik atau mengikuti
manusia, lebih menekankan pada What should I asas-asas moral yang tertinggi, akan tetapi
be?, atau “saya harus menjadi orang yang hasil tindakan moral itu berbahaya atau jelek,
bagaimana?”. Beberapa watak yang terkandung maka tindakan tersebut dinilai secara moral
dalam nilai keutamaan adalah baik hati, ksatriya, sebagai tindakan yang tidak etis. Etika
belas kasih, terus terang, bersahabat, murah teleologis ini menganggap nilai moral dari
hati, bernalar, percaya diri, penguasaan diri, suatu tindakan dinilai berdasarkan pada
sadar, suka bekerja bersama, berani, santun,
efektivitas tindakan tersebut dalam mencapai
jujur, terampil, adil, setia, ugahari (bersahaja),
tujuannya. Etika teleologis ini juga
disiplin, mandiri, bijaksana, peduli, 191 dan
menganggap bahwa di dalamnya kebenaran
toleran (Mudhofir, 2009: 216--219). Orang yang
dan kesalahan suatu tindakan dinilai
memelihara metabolisme tubuh untuk
mendapatkan kesehatan yang prima juga dapat berdasarkan tujuan akhir yang diinginkan
dikatakan sebagai bentuk penguasaan diri dan (Mudhofir, 2009: 214). Aliran-aliran etika
disiplin, sebagaimana nasihat Hippocrates teleologis, meliputi eudaemonisme,
berikut ini. hedonisme, utilitarianisme.
Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban
moral sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau
akibat. Kewajiban moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya,
kebenaran moral atau kelayakan, kepatutan. Kewajiban moral mengandung
kemestian untuk melakukan tindakan. Pertimbangan tentang kewajiban moral
lebih diutamakan daripada pertimbangan tentang nilai moral. Konsep-konsep
nilai moral (yang baik) dapat didefinisikan berdasarkan pada kewajiban moral
atau kelayakan rasional yang tidak dapat diturunkan dalam arti tidak dapat
dianalisis (Mudhofir, 2009: 141).
c. Etika Pancasila
• Setelah Anda mendapat gambaran tentang pengertian • Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian
etika dan aliran etika, maka selanjutnya perlu etika keutamaan atau etika kebajikan, meskipun
dirumuskan pengertian etika Pancasila, dan aliran corak kedua mainstream yang lain, deontologis
yang lebih sesuai dengan etika Pancasila. Etika dan teleologis termuat pula di dalamnya.
Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari Namun, etika keutamaan lebih dominan karena
sila-sila Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di saleh, yaitu kebijaksanaan, kesederhanaan,
Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila keteguhan, dan keadilan. Kebijaksanaan artinya
terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, melaksanakan suatu tindakan yang didorong
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai oleh kehendak yang tertuju pada kebaikan serta
tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia atas dasar kesatuan akal – rasa – kehendak yang
dalam semua aspek kehidupannya. Sila ketuhanan berupa kepercayaan yang tertuju pada
mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas kenyataan mutlak (Tuhan) dengan memelihara
yang mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, nilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai-nilai
ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya. Sila hidup religius. Kesederhaaan artinya membatasi
kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya diri dalam arti tidak melampaui batas dalam hal
menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu upaya kenikmatan. Keteguhan artinya membatasi diri
meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan dalam arti tidak melampaui batas dalam
antarsesama. Sila persatuan mengandung dimensi menghindari penderitaan. Keadilan artinya
nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta memberikan sebagai rasa wajib kepada diri
tanah air. Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai sendiri dan manusia lain, serta terhadap Tuhan
berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar
terkait dengan segala sesuatu yang telah
pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak
menjadi haknya (Mudhofir, 2009: 386).
kepada orang lain. Sila keadilan mengandung dimensi
nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan
membantu kesulitan orang lain
2. Urgensi Pancasila
sebagai Sistem Etika
• Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan • Etika Pancasila diperlukan dalam
problem yang dihadapi bangsa Indonesia sebagai berikut.
Pertama, banyaknya kasus korupsi yang melanda negara kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
Indonesia sehingga dapat melemahkan sendi-sendi bernegara sebab berisikan tuntunan nilai-
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, masih nilai moral yang hidup. Namun, diperlukan
terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama
sehingga dapat merusak semangat toleransi dalam kajian kritis-rasional terhadap nilai-nilai
kehidupan antar umat beragama, dan meluluhlantakkan moral yang hidup tersebut 195 agar tidak
semangat persatuan atau mengancam disintegrasi bangsa. terjebak ke dalam pandangan yang bersifat
Ketiga, masih terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
(HAM) dalam kehidupan bernegara, seperti: kasus mitos. Misalnya, korupsi terjadi lantaran
penyerbuan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan seorang pejabat diberi hadiah oleh
Yogyakarta, pada 2013 yang lalu. Keempat, kesenjangan seseorang yang memerlukan bantuan atau
antara kelompok masyarakat kaya dan miskin masih
menandai kehidupan masyarakat Indonesia. Kelima, jasa si pejabat agar urusannya lancar. Si
ketidakadilan hukum yang masih mewarnai proses pejabat menerima hadiah tanpa
peradilan di Indonesia, seperti putusan bebas bersyarat memikirkan alasan orang tersebut
atas pengedar narkoba asal Australia Schapell Corby.
Kesemuanya itu memperlihatkan pentingnya dan memberikan hadiah. Demikian pula halnya
mendesaknya peran dan kedudukan Pancasila sebagai dengan masyarakat yang menerima
sistem etika karena dapat menjadi tuntunan atau sebagai
sesuatu dalam konteks politik sehingga
Leading Principle bagi warga negara untuk berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. dapat dikategorikan sebagai bentuk suap,
B. Menanya Alasan Diperlukannya Pancasila
sebagai Sistem Etika
• Kedua, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat,
• Anda perlu mengetahui bahwa Pancasila sebagai sistem terutama generasi muda sehingga membahayakan kelangsungan
etika tidaklah muncul begitu saja. Pancasila sebagai sistem hidup bernegara. Generasi muda yang tidak mendapat
etika diperlukan dalam kehidupan politik untuk mengatur pendidikan karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas
sistem penyelenggaraan negara. Anda dapat bayangkan nilai yang melanda Indonesia sebagai 197 akibat globalisasi
apabila dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara tidak sehingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu terjadi
ada sistem etika yang menjadi guidance atau tuntunan bagi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai
para penyelenggara negara, niscaya negara akan hancur. Pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan.
Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu Contoh-contoh dekadensi moral, antara lainpenyalahgunaan
diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa hormat kepada
Indonesia, meliputi hal-hal sebagai berikut. orang tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di kalangan para
• Pertama, korupsi akan bersimaharajalela karena para pelajar. Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai
penyelenggara negara tidak memiliki rambu-rambu moral dalam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara Pancasila sebagai sistem etika diperlukan kehadirannya sejak dini,
negara tidak dapat membedakan batasan yang boleh dan terutama dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk (good and bad). • Ketiga, pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam
Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman kehidupan bernegara di Indonesia ditandai dengan melemahnya
atas kriteria baik (good) dan buruk (bad). Archie Bahm penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain. Kasus-kasus
dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai media, seperti
buruk merupakan dua hal yang terpisah. Namun, baik dan penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga (PRT),
buruk itu eksis dalam kehidupan manusia, maksudnya penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak yang seharusnya
godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu muncul. melindungi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain-lain.
Ketika seseorang menjadi pejabat dan mempunyai peluang Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat
untuk melakukan tindakan buruk (korupsi), maka hal terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum berjalan
tersebut dapat terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu, maksimal. Oleh karena itu, di samping diperlukan sosialisasi
simpulan Archie Bahm, ”Maksimalkan kebaikan, sistem etika Pancasila, diperlukan pula penjabaran sistem etika ke
minimalkan keburukan” (Bahm, 1998: 58) dalam peraturan perundang-undangan tentang HAM (Lihat
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
• Keempat, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai
aspek kehidupan manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan,
nasib generasi yang akan datang, global warming, perubahan cuaca, dan
lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa kesadaran
terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum mendapat
tempat yang tepat di hati masyarakat. Masyarakat Indonesia dewasa ini
cenderung memutuskan tindakan berdasarkan sikap emosional, mau
menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak yang
ditimbulkan dari perbuatannya. Contoh yang paling jelas adalah
pembakaran hutan di Riau sehingga menimbulkan kabut asap. Oleh
karena itu, Pancasila sebagai sistem etika perlu diterapkan ke dalam
peraturan perundang-undangan yang menindak tegas para pelaku
pembakaran hutan, baik pribadi maupun perusahaan yang terlibat.
Selain itu, penggiat lingkungan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara juga perlu mendapat penghargaan.
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis,
Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Etika
1. Sumber historis 2. Sumber Sosiologis
• Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai • Sumber sosiologis Pancasila
sistem etika masih berbentuk sebagai sebagai sistem etika dapat
Philosofische Grondslag atau
Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai Pancasila ditemukan dalam kehidupan
belum ditegaskan ke dalam sistem etika, masyarakat berbagai etnik di
tetapi nilai-nilai moral telah terdapat Indonesia. Misalnya, orang
pandangan hidup masyarakat. Masyarakat Minangkabau dalam hal
dalam masa orde lama telah mengenal nilai-
bermusyawarah memakai prinsip
nilai kemandirian bangsa yang oleh Presiden
Soekarno disebut dengan istilah berdikari “bulat air oleh pembuluh, bulat
(berdiri di atas kaki sendiri). Pada zaman kata oleh mufakat”. Masih banyak
Orde Baru, Pancasila sebagai sistem etika lagi mutiara kearifan lokal yang
disosialisasikan melalui penataran P-4 dan bertebaran di bumi Indonesia ini
diinstitusionalkan dalam wadah BP-7. Ada
banyak butir Pancasila yang dijabarkan dari
sehingga memerlukan penelitian
kelima sila Pancasila sebagai hasil temuan yang mendalam
dari para peneliti BP-7.
3. Sumber politis
• Sumber politis Pancasila sebagai • Etika politik mengatur masalah perilaku
sistem etika terdapat dalam norma- politikus, berhubungan juga dengan praktik
norma dasar (Grundnorm) sebagai institusi sosial, hukum, komunitas, struktur-
sumber penyusunan berbagai struktur sosial, politik, ekonomi. Etika politik
memiliki 3 dimensi, yaitu tujuan, sarana, dan
peraturan perundanganundangan di
aksi politik itu sendiri. Dimensi tujuan
Indonesia. Hans Kelsen mengatakan terumuskan dalam upaya mencapai
bahwa teori hukum itu suatu norma kesejahteraan masyarakat dan hidup damai
yang berbentuk piramida. Norma yang yang didasarkan pada kebebasan dan
lebih rendah memperoleh keadilan. Dimensi sarana memungkinkan
kekuatannya dari suatu norma yang pencapaian tujuan yang meliputi sistem dan
lebih tinggi. Semakin tinggi suatu prinsip-prinsip dasar pengorganisasian
praktik penyelenggaraan negara dan yang
norma, akan semakin abstrak sifatnya, mendasari instituisi-institusi sosial. Dimensi
dan sebaliknya, semakin rendah aksi politik berkaitan dengan pelaku
kedudukannya, akan semakin konkrit pemegang peran sebagai pihak yang
norma tersebut (Kaelan, 2011: 487). menentukan rasionalitas politik. Rasionalitas
Pancasila sebagai sistem etika politik terdiri atas rasionalitas tindakan dan
merupakan norma tertinggi keutamaan. Tindakan politik dinamakan
rasional bila pelaku mempunyai orientasi
(Grundnorm) yang sifatnya abstrak,
situasi dan paham permasalahan
sedangkan perundang-undangan (Haryatmoko, 2003: 25 – 28)
merupakan norma yang ada di
bawahnya bersifat konkrit
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan
Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila • Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila
sebagai Sistem Etika diletakkan dalam bentuk penataran P-4. Pada zaman
• Beberapa argumen tentang dinamika Pancasila Orde Baru itu pula muncul konsep manusia
sebagai sistem etika dalam penyelenggaraan Indonesia seutuhnya sebagai cerminan manusia
pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai dengan
sebagai berikut. Pertama, pada zaman Orde nilai-nilai Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya
Lama, pemilu diselenggarakan dengan semangat dalam pandangan Orde Baru, artinya manusia
demokrasi yang diikuti banyak partai politik, sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
secara kodrati bersifat monodualistik, yaitu makhluk
tetapi dimenangkan empat partai politik, yaitu
rohani sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk
Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Muslimin
individu sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai
Indonesia (PARMUSI), Partai Nahdhatul Ulama
makhluk pribadi memiliki emosi yang memiliki
(PNU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tidak
pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan, dan
dapat dikatakan bahwa pemerintahan di zaman
tanggapan emosional dari manusia lain dalam
Orde Lama POLITIK 208 mengikuti sistem etika
kebersamaan hidup. Manusia sebagai mahluk sosial,
Pancasila, bahkan ada tudingan dari pihak Orde memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan
Baru bahwa pemilihan umum pada zaman Orde sejahtera. Tuntutan tersebut hanya dapat terpenuhi
Lama dianggap terlalu liberal karena melalui kerjasama dengan orang lain, baik langsung
pemerintahan Soekarno menganut sistem maupun tidak langsung. Oleh karena itulah, sifat
demokrasi terpimpin, yang cenderung otoriter. kodrat manusia sebagai mahluk individu dan sosial
harus dikembangkan secara selaras, serasi, dan
seimbang (Martodihardjo, 1993: 171).
2. Argumen tentang Tantangan
Pancasila sebagai Sistem Etika
• Apakah Anda mengetahui bentuk tantangan
terhadap Pancasila sebagai sistem etika apa saja
• yang muncul dalam kehidupan bangsa Indonesia?
Ketiga, sistem etika Pancasila pada era
Hal-hal berikut ini dapat menggambarkan beberapa
reformasi tenggelam dalam eforia
bentuk tantangan terhadap sistem etika Pancasila.
demokrasi. Namun seiring dengan Pertama, tantangan terhadap sistem etika Pancasila
perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi pada zaman Orde Lama berupa sikap otoriter dalam
tanpa dilandasi sistem etika politik akan pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam
menjurus pada penyalahgunaan kekuasaan, penyelenggaraan negara yang menerapkan sistem
serta machiavelisme (menghalalkan segala demokrasi terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai
cara untuk mencapi tujuan). Sofian Effendi, dengan sistem etika Pancasila yang lebih
Rektor Universitas Gadjah Mada dalam menonjolkan semangat musyawarah untuk mufakat.
sambutan pembukaan Simposium Nasional • Kedua, tantangan terhadap sistem etika Pancasila
Pengembangan Pancasila sebagai Paradigma pada zaman Orde Baru terkait dengan masalah NKK
209 Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan
Nasional (2006: xiv) mengatakan sebagai penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai
berikut.“Bahwa moral bangsa semakin hari dengan keadilan sosial karena nepotisme, kolusi,
semakin merosot dan semakin hanyut dalam dan korupsi hanya menguntungkan segelintir orang
arus konsumerisme, hedonisme, atau kelompok tertentu. Ketiga, tantangan terhadap
eksklusivisme, dan ketamakan karena bangsa sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa
eforia kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan
Indonesia tidak mengembangkan blueprint
norma-norma moral. Misalnya, munculnya
yang berakar pada sila Ketuhanan Yang Maha
anarkisme yang memaksakan kehendak dengan
Esa”. mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi
Pancasila sebagai Sistem Etika
1. Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika
• Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal- • Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada
hal sebagai berikut. Pertama, hakikat sila ketuhanan kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga
terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan bangsa yang mementingkan masalah bangsa di
sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap atas kepentingan individu atau kelompok. Sistem
perilaku warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai
etika yang berlandaskan pada semangat
moral yang bersumber pada norma agama. Setiap
prinsip moral yang berlandaskan pada norma agama,
kebersamaan, solidaritas sosial akan melahirkan
maka prinsip tersebut memiliki kekuatan (force) untuk kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai yang
dilaksanakan oleh pengikutpengikutnya. 211 Kedua, bersifat memecah belah bangsa. Keempat, hakikat
hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah
yaitu tindakan manusia yang mengandung implikasi dan untuk mufakat. Artinya, menghargai diri sendiri
konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus sama halnya dengan menghargai orang lain.
homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh
kemanusiaan yang mengandung implikasi moral rakyat Indonesia merupakan perwudan dari sistem
diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan etika yang tidak menekankan pada kewajiban
beradab sehingga menjamin tata pergaulan
semata (deontologis) atau menekankan pada
antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan
tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan
dan kearifan menonjolkan keutamaan (Virtue ethics) yang
terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri.
2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika

• Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan


Pancasila sebagai sistem etika meliputi hal-hal sebagai
berikut. Pertama, meletakkan sila-sila Pancasila sebagai
sistem etika berarti menempatkan Pancasila sebagai
sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan,
dan keputusan yang diambil setiap warga negara. Kedua,
Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi
setiap warga negara sehingga memiliki orientasi yang jelas
dalam tata pergaulan baik lokal, nasional, regional, maupun
internasional. Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat
menjadi dasar analisis bagi berbagai kebijakan yang dibuat
oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari
semangat negara 212 kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
Keempat, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi
filter untuk menyaring pluralitas nilai yang berkembang
dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak globalisasi
yang memengaruhi pemikiran warga negara.
F. Rangkuman tentang Pengertian dan
Pentingnya Pancasila sebagai Sistem Etika
• Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang
dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk mengatur perilaku
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia
Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Pentingnya
pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah
menjadi rambu normatif untuk mengatur perilaku kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dengan
demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara, seperti
korupsi (penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai